Mengapa Orang Berbicara Saat Tidur dan Apa Artinya bagi Kualitas Tidur
Pelajari fenomena berbicara saat tidur, penyebabnya, dampaknya, serta panduan praktis untuk memahami kondisi ini bagi kesehatan tidur dan emosi Anda.
Pernahkah Anda mendengar seseorang berbicara atau ribut saat tidur? Fenomena ini ternyata cukup umum dan dikenal secara ilmiah sebagai pembicaraan saat tidur, atau somniloquy (somniloquium). Meskipun terdengar aneh, kebiasaan ini bisa dialami siapa saja dan sering terjadi tanpa kita sadari.
Apa itu pembicaraan saat tidur
Pembicaraan saat tidur berarti warga berbicara dengan kata atau kalimat meski mata terpejam. Istilah ilmiahnya adalah somniloquy (somniloquium). Itu berbeda dengan suara tertawa, menangis, atau staccato napas yang juga bisa muncul saat tidur.
Seberapa sering orang berbicara saat tidur
Para peneliti menilai somniloquy sebagai salah satu kelainan tidur yang paling umum. Melalui survei terhadap seribu orang, ditemukan sekitar dua dari tiga orang pernah mengalami episode berbicara saat tidur setidaknya sekali dalam hidup mereka.
Kebanyakan kasus terjadi pada paruh pertama malam ketika fase tidur non-REM lebih dominan, sehingga mimpi lebih mirip pola pikir sehari-hari ketimbang mimpi liar pada fase REM (fase gerak mata cepat).
Para ahli menduga beberapa faktor menyebabkannya, antara lain jumlah periode tanpa gerak mata cepat sepanjang malam. Saat yang berhubungan dengan pembicaraan juga terkait dengan perlunya mengeluarkan otot-otot karena kemampuan berbicara, yang bisa terbatas saat fase REM karena mekanisme sleep paralysis (kelemahan otot).
Secara umum, anak-anak lebih sering berbicara saat tidur dibanding orang dewasa. Sekitar 5–20% anak-anak dan sekitar 6% remaja pernah melakukannya, sedangkan pada orang dewasa dan lansia hanya sekitar 1–5%.
Faktor-faktor seperti kecemasan, stres, atau gangguan pasca-trauma juga meningkatkan peluang terjadinya somniloquy. Demam, konsumsi alkohol, dan beberapa obat juga bisa memicu munculnya pembicaraan saat tidur.
Apakah orang berbicara dengan seseorang dalam mimpi?
Seringkali pembicaraan saat tidur terdengar tidak koheren, tetapi penelitian menunjukkan sebaliknya. Saat tidur, aktivitas otak meningkat pada gelombang alfa yang lazim muncul saat tubuh dalam keadaan rileks. Selain itu, area otak yang terlibat dalam produksi dan pemahaman bahasa, seperti area Broca dan Wernicke, ikut aktif.
Ucapan yang terdengar bisa jelas secara gramatikal meskipun terkadang terdengar tidak jelas karena bagian pendengaran otak tidak selalu berfungsi saat tidur. Banyak ucapan mengandung jeda yang menyerupai respons dalam percakapan nyata. Dengan demikian, pembicaraan saat tidur tidak selalu acak, melainkan bisa mencerminkan interaksi atau reaksi terhadap mimpi.
Dalam uji coba lama, ucapan yang relevan dengan konteks mimpi teramati pada sekitar 79% kasus saat fase REM, 45% pada tidur ringan, dan 21% pada fase tidur dalam. Namun ingatan atas mimpi tidak selalu kuat: lebih dari 80% orang mengingat mimpi di fase REM, sedangkan pada fase lain hanya sekitar 50%. Banyak orang juga tidak ingat alasan di balik ucapan mereka.
Mengapa orang bisa berbicara saat tidur
Para ilmuwan belum sepenuhnya memahami manfaatnya, namun ada beberapa teori utama:
Otak memproses emosi negatif
Selama tidur, otak tidak hanya memproses pikiran, tetapi juga emosi. Berbicara saat tidur bisa menjadi bagian dari upaya otak untuk merespons dan menata emosi, terutama yang bersifat negatif, sebagai bagian dari regulasi emosional. Dalam studi melibatkan 232 peserta dengan gangguan tidur, kata yang paling sering muncul adalah kata penolakan "tidak". Secara umum, 21% ucapan adalah penolakan, 26% berupa pertanyaan, dan 9,7% berupa hinaan. Banyak ucapan terjadi dalam bentuk dialog, dengan adanya jeda yang meniru percakapan nyata.
Pemrosesan memori dan konsolidasi
Tidur membantu memindahkan ingatan dari jangka pendek ke jangka panjang serta menghapus informasi yang tidak perlu. Mimpi dianggap sebagai kelanjutan alami pengalaman hari itu. Beberapa ahli berpendapat pembicaraan saat tidur bisa menjadi bagian dari proses pengulangan pengalaman untuk memperkuat memori, meski bukti konkret masih terbatas. Dalam satu penelitian kecil, ucapan saat tidur hanya relevan dengan materi belajar pada satu peserta—dan itu hanya terjadi pada fase REM.
Penelitian lain menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dalam kemampuan mengingat antara kelompok yang berbicara saat tidur dan yang tidak.
Dampak pembicaraan saat tidur terhadap kualitas tidur
Ada bukti bahwa somniloquy bisa memengaruhi kualitas tidur. Beberapa peserta melaporkan tidur yang kurang nyenyak, dengan lebih sedikit fase REM dan waktu tidur total yang lebih pendek. Mereka juga sering merasa lebih lelah setelah bangun. Hal ini mengarah pada hipotesis bahwa pembicaraan saat tidur bisa mengurangi kelancaran siklus tidur, sehingga memengaruhi perasaan setelah bangun.
Penelitian lain dengan kelompok berbeda menguatkan temuan tersebut: orang yang berbicara saat tidur cenderung memiliki durasi tidur lebih pendek dan persentase fase REM lebih rendah secara keseluruhan.
Jika Anda sering berucap atau bergumam saat tidur dan merasa ngantuk berlebih di pagi hari, pertimbangkan untuk meningkatkan kebiasaan tidur Anda atau berkonsultasi dengan tenaga profesional kesehatan tidur.
Komentar ahli
Dr. Iman Suryadi, ahli tidur klinis: Pembicaraan saat tidur sering terkait dengan bagaimana otak memproses emosi dan mengkonsolidasikan memori. Namun, tidak semua kasus memerlukan tindakan medis segera; jika keluhan mengganggu kualitas tidur, konsultasikan ke dokter.
Ringkasan singkat
Berbicara saat tidur adalah fenomena umum yang bisa terjadi pada berbagai usia. Meski sering tampak acak, aktivitas otak saat tidur menunjukkan adanya percakapan internal atau respons terhadap mimpi. Efeknya terhadap kualitas tidur bisa bervariasi, sehingga menjaga kebiasaan tidur yang sehat penting untuk mencegah gangguan tidur yang berkelanjutan.
Intisari: pembicaraan saat tidur bukan sekadar kebisingan; ia mencerminkan proses otak dalam merespon emosi dan menyusun memori saat kita tidur.


