Gen Z Indonesia: Mengapa Teknologi Retro Mulai Diminati Lagi
Gen Z di Indonesia mulai menyukai teknologi jadul seperti vinil, DVD, kamera fisik, dan PSP karena pengalaman autentik dan harga yang lebih ramah dompet dibanding streaming.
Gen Z di Indonesia kini kerap mencari kenyamanan berbeda dengan tren digital cepat. Mereka tertarik pada perangkat teknologi jadul karena menawarkan pengalaman yang lebih fokus, kepemilikan nyata, dan jeda dari layar yang terus menyala. Laporan global menunjukkan lonjakan permintaan barang retro menjelang momen belanja besar, dengan produk seperti pemutar vinyl portabel, mainan digital jadul, hingga kamera sekali pakai kembali ramai dicari.
Di Indonesia, sejumlah pengecer juga melaporkan peningkatan minat pada radio lawas, kamera instan, dan jam alarm—produk yang memberi nuansa nostalgia sekaligus fungsi praktis bagi generasi sekarang.
DVD: Keaslian yang Tak Lekang oleh Waktu

Beberapa remaja Indonesia lebih memilih menyimpan koleksi DVD karena kepemilikan fisik yang jelas dibanding streaming tanpa batas. Mereka tumbuh melihat nenek atau orang tua memiliki koleksi film, lalu memilih menambah koleksi pribadi mereka sendiri saat berkunjung ke toko fisik.
Alasan utama bagi mereka adalah kemasannya yang rapi dan jelas, memberi rasa bangga saat memilikinya sendiri. Meski layanan streaming mendominasi, owning terasa lebih berarti karena tidak bergantung pada akses internet atau langganan bulanan.
DVD dinilai sebagai cara ramah dompet karena harga berlangganan streaming bisa makin mahal, dan ketika akses hilang, koleksi pribadi tetap bisa dinikmati. Bagi sebagian orang, DVD juga membawa nuansa nostalgia keluarga dan nostalgia era pra-digital.
Vinyl: Suara yang Lebih Autentik

Para kolektor vinyl di Indonesia umumnya mengeluarkan biaya sekitar Rp600.000–Rp800.000 per rekaman baru, cukup mahal jika dibandingkan streaming. Namun banyak yang berpendapat kualitas suara dan nuansa fisik yang ditawarkan sebanding dengan harganya.
Rasa autentik pada piringan hitam membuat pengalaman mendengarkan terasa lebih nyata. Selain suara, ada elemen visual berupa kemasan dan karya seni yang bisa dinikmati langsung ketika menaruh piringan di atas pemainnya.
Beberapa penggemar menilai vinyl lebih dari sekadar musik; itu adalah pengalaman fisik yang melibatkan indera dan keterlibatan tangan. Meski tren ini bisa berfluktuasi, minat terhadap vinyl tetap kuat bagi mereka yang menghargai keunikan bentuk media.
Kamera Fisik: Seni Fotografi yang Tahan Lama

Seorang lajang berusia awal 20-an di Indonesia memilih kamera fisik untuk membentuk gaya fotografinya. Ia menilai kualitas gambar dan proses pengambilan gambar yang lebih sengaja sebagai pengalaman yang tidak bisa digantikan oleh kamera ponsel.
Menunggu hasil foto secara fisik setelah proses pemrosesan menambah unsur antisipasi yang tidak dimiliki fotografi digital. Aktivitas ini juga membawa kenangan masa kecil, ketika orang tua atau kakek nenek biasa mengabadikan momen lewat kamera film.
Gairah pada kamera fisik tidak hanya soal estetika. Banyak generasi muda merasa nostalgia terhadap cara orang tua dahulu membuat foto, sehingga mencoba pengalaman yang jarang mereka alami di era digital penuh instant gratification. Kamera fisik dipandang sebagai bagian dari budaya kamera analog yang bisa terus dinikmati tanpa tergantung pada pembaruan perangkat lunak.
Gawai Genggam Jadul: PSP dan Kenangan Hormat pada Era Awal Game

Beberapa pemuda di usia awal 20-an memilih perangkat game handheld jadul seperti PlayStation Portable (PSP) untuk merasakan nostalgia masa kecil tanpa kendala pembaruan dan unduhan yang kerap membuat perangkat modern terasa berat.
PSP dikenal sebagai konsol portabel yang sederhana namun menghadirkan akses game favorit tanpa lagi memerlukan internet untuk mengunduh pembaruan besar. Bagi beberapa orang, PSP menjadi kenyamanan rumah yang bisa dibawa kemanapun tanpa kerepotan teknis.
Seiring berjalannya waktu, tren ini sering dianggap sebagai bagian dari gaya hidup, tetapi bagi sebagian orang lain, itu adalah hobi jangka panjang yang mereka nikmati hingga perangkat tersebut rusak atau usang.
Kata Ahli
Menurut pakar perilaku konsumen, tren retro di kalangan Gen Z menunjukkan pencarian pengalaman yang lebih personal dan terukur. Mereka lebih menghargai kepemilikan fisik serta momen-momen yang bisa diulang tanpa bergantung pada langganan atau pembaruan digital.
Hal ini juga menunjuk pada keseimbangan antara kenyamanan digital dengan keinginan untuk menyimpan kenangan dalam bentuk konkret yang bisa disentuh dan dilihat kapan saja.
Ringkasan Singkat
Gen Z Indonesia semakin tertarik pada teknologi retro karena menawarkan kepemilikan nyata, pengalaman yang lebih fokus, dan sentuhan nostalgia yang tak tergantikan. DVD, vinyl, kamera film, dan konsol genggam jadul menjadi pilihan karena keseimbangan antara kualitas, biaya, dan kenangan pribadi. Kecenderungan ini menunjukkan bahwa meskipun streaming dominan, ada ruang bagi media fisik untuk bertahan dan memberi makna lebih bagi penggunanya.
Inti tren: Gen Z mengutamakan pengalaman autentik dan kepemilikan fisik melalui media retro sebagai cara melawan kenyamanan digital berkelanjutan. Sumber: BBC News


