Ilmiah warga bantu tupai merah kembali ke Aberdeen pusat kota

Tupai merah kembali terlihat di Aberdeen pusat kota berkat kerja sukarela warga dan program ilmu warga, menandai kebangkitan populasi satwa lokal pasca persaingan dengan tupai abu-abu. Inisiatif ini menunjukkan kekuatan komunitas dalam pelestarian satwa liar Skotlandia.

Di Aberdeen pada 2009, tupai merah hampir hilang karena tupai abu-abu asal Amerika mendominasi pepohonan dan taman kota. Kini, berkat ilmu warga dan kerja relawan yang terstruktur, populasi tupai merah mulai pulih.

Program Menyelamatkan Tupai Merah Skotlandia (SSRS) bekerja sama dengan Yayasan Satwa Liar Skotlandia (SWT) telah berjalan lebih dari 16 tahun untuk melindungi spesies ini. Koordinasi komunitas di wilayah timur laut dan upaya penyuluhan menjangkau banyak warga serta membantu memantau perubahan populasi di Aberdeen.

Naomi Bentley, mantan guru sekolah dasar, menjabat sebagai petugas koordinator komunitas. Ada lebih dari 30 relawan di Aberdeen, mulai dari pelajar hingga lansia, yang secara rutin mengumpulkan data untuk penelitian.

Menurut dia, kerja para relawan membuat peluang pengurangan tupai abu abu dari kota semakin nyata, sementara tupai merah berkembang biak dan jumlahnya meningkat di berbagai lingkup kota.

Keterlibatan warga sangat penting untuk melanjutkan kemajuan ini dan menunjukkan kekuatan ilmu warga dalam pelestarian alam.

Secara historis tupai abu abu yang lebih besar dan agresif bersaing dengan tupai merah asli, serta dapat membawa penyakit yang berbahaya bagi tupai merah. Mereka juga berkontribusi pada kerusakan hutan kota dengan mengupas kulit pohon.

Sejak program dimulai pada 2009, tupai merah mulai terpantau kembali di kota sekitar dua tahun kemudian, menandakan betapa tipisnya populasi pada saat itu. Pemantauan melalui penjebakan hidup-hidup dan tindakan pengendalian tupai abu abu yang lebih manusiawi membantu memberi tupai merah peluang pulih.

Pemantauan populasi juga dilakukan dengan memasang kotak umpan untuk mengumpulkan sampel rambut saat hewan melewati kotak tersebut. Data menunjukkan tren positif: Juli–September terdapat 1.540 sampel tupai merah yang terkonfirmasi, dan totalnya melebihi 900 sampel sejak Oktober.

Pemetaan data 2021–2024 menunjukkan peningkatan populasi tupai merah, sementara tupai abu abu hampir hilang. Bahkan sebuah kotak di Union Street, pusat kota Aberdeen, mencatat rambut tupai merah untuk pertama kalinya.

Joel Sangster, 23 tahun, telah menjadi relawan selama dua tahun. Ia mempelajari konservasi dan melihatnya sebagai peluang besar. Ia mengatakan minatnya terhadap alam membuatnya tetap berkomitmen, dan ia mengajak orang lain untuk ikut terlibat. Relawan lain, Seshadri, bekerja bersama putrinya Vani (15) dan Avni (8) dalam survei di tujuh kotak di wilayah setempat.

Salah satu tantangan lapangan adalah menghadapi siput, serangga, dan kotoran saat membersihkan kotak pakan, tetapi semua itu dianggap bagian dari upaya mengembalikan alam seperti semula. Seshadri menambahkan bahwa program ini juga mempererat kebersamaan di antara para relawan. Vani menjelaskan bahwa ia mengikuti program untuk meraih penghargaan Duke of Edinburgh dan terus terlibat karena kecintaannya pada alam, sedangkan Avni menyebut dirinya penasaran dan ingin membantu. Tim Aberdeen berharap upaya ini membuat tupai merah bertahan lama di kota.

Ahli dari SWT menekankan bahwa keterlibatan komunitas adalah kunci keberhasilan program konservasi ini dan menunjukkan bagaimana ilmu warga dapat mempercepat perlindungan satwa liar.

Ringkasan singkat

Kerja sama antara relawan, organisasi perlindungan satwa, dan program ilmu warga di Aberdeen berhasil mengembalikan tupai merah ke habitat kota. Metode pemantauan yang inklusif menunjukkan penurunan tupai abu abu dan peningkatan tupai merah berdasarkan data survei. Partisipasi keluarga dan kaum muda memperkuat upaya pemulihan satwa lokal.