Kampanye Sopan Santun di Penerbangan AS Diperdebatkan Jelang Liburan Thanksgiving
Kampanye civility yang diluncurkan Sekretaris Perhubungan AS memicu perdebatan: akankah etika di bandara cukup meredam ketegangan menjelang Thanksgiving? Para ahli menilai faktor fasilitas juga penting.
Menteri Perhubungan Amerika Serikat, Sean Duffy, mendorong penumpang pesawat agar lebih sopan saat bepergian. Kampanye berjudul Zaman Keemasan Perjalanan Dimulai Dari Anda mengingatkan kembali etika di era 1950-an dan 60-an. Namun, menjelang lonjakan lalu lintas liburan, respons publik beragam dan beberapa pakar meragukan dampaknya.
Administrasi Penerbangan Federal memperkirakan pekan ini akan menjadi musim Thanksgiving terpadat dalam 15 tahun terakhir, dengan lebih dari 52.000 penerbangan pada 25 November.
Video iklan kampanye memperlihatkan kontras antara staf bandara yang ramah di masa lalu dengan klip di media sosial yang menampilkan perilaku mengganggu di dalam pesawat. Duffy menegaskan etika tidak berhenti di pintu masuk, dan menyerukan kembalinya kesopanan serta tata kelola di penerbangan. Tanyakan pada diri Anda apakah Anda membantu seorang wanita hamil memasukkan tas ke bagasi atas dan apakah Anda berpakaian dengan rasa hormat.
FAA menegaskan kampanye ini tidak hanya soal salam sopan, tetapi juga upaya mengurangi insiden kekerasan dan gangguan di pesawat dan bandara. Sejak 2019, jumlah insiden di penerbangan meningkat sekitar 400%; sejak 2021 telah tercatat 13.800 kasus ketidakteraturan, dan sekitar 1 dari 5 awak kabin mengalami insiden fisik, menurut lembaga tersebut.
Namun para pakar berpendapat bahwa kualitas perjalanan udara tidak bisa dinilai hanya dari satu sisi etika. Dan peluang untuk merubah pola perilaku penumpang lebih kompleks daripada sekadar ajakan berpakaian rapi.
Scott Keyes, pendiri Going.com, mengatakan bahwa meskipun gagasan mengajak semua orang bersikap lebih sopan terdengar mulia, efektivitasnya patut dipertanyakan. Banyak penumpang tidak berniat memicu konflik; begitu marah, mereka sulit mengingat ajakan untuk tenang. Faktor utama terletak pada kenapa orang marah, kata dia, sebuah masalah yang meluas ke banyak aspek kehidupan publik di luar AS.
Beberapa komentar di media sosial menyoroti bahwa berbusana santai pun tidak menjamin kerukunan di pesawat, terutama karena kenyamanan fisik kabin yang sempit dan fasilitas yang dianggap kurang memadai.
Henry Harteveldt, analis industri perjalanan, mengapresiasi poin bahwa saling menghormati tetap penting, tetapi berpakaian lebih sopan tidak akan secara langsung mengubah kenyataan di dalam pesawat. Ia menambahkan bahwa kemarahan pelancong sering dipicu oleh kabin ekonomi yang padat, jarak tempat duduk yang sempit, serta biaya tambahan layanan tertentu.
Beberapa komentator juga menyoroti tanggung jawab maskapai untuk memperbaiki pengalaman penumpang, seperti memperluas ruang kaki, menambah layanan tanpa biaya tambahan, dan meningkatkan kualitas layanan di gerbang serta saat boarding, sehingga ketegangan dapat berkurang.
Kosongnya dialog juga terlihat dari respons publik: ada yang memuji inti pesan Duffy tentang rasa hormat, sementara yang lain menilai bahwa tanpa perubahan nyata di fasilitas, ajakan sopan tidak cukup mengubah suasana.
- AS membuka kembali pembatasan penerbangan menjelang Thanksgiving
- Penerbangan dari Cancun ke London mendarat di AS setelah adu mulut di dalam pesawat
- Mengapa turbulensi pesawat menjadi lebih sering dan lebih berat

Perjalanan udara telah berubah — tetapi tidak semuanya buruk
Departemen Perhubungan menegaskan kampanye ini tidak sekadar soal salam, tetapi juga upaya menurunkan jumlah insiden kekerasan dan gangguan di bandara serta pesawat. Sejak 2019, lonjakan insiden tidak tertib mencapai sekitar empat kali lipat; sejak 2021 terdapat 13.800 kasus tidak tertib, dan sekitar sepertiga awak kabin mengalami insiden fisik, menurut data resmi.
Namun para pakar berpendapat bahwa kualitas perjalanan udara secara umum tidak bisa dinilai buruk hanya karena meningkatnya kasus-kasus tersebut. Sejarawan penerbangan Dan Bubb dari University of Nevada, Las Vegas, mengatakan meskipun ada peningkatan insiden, jumlahnya tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah penumpang dan penerbangan secara keseluruhan.
Kata Scott Keyes, masalah utama bukan sekadar pakaian, melainkan kenyataan bahwa kabin ekonomi yang sempit, kursi berjarak kecil, biaya tambahan, serta layanan yang terbatas meningkatkan tingkat stres penumpang. Ia juga berpendapat bahwa otoritas FAA dan DOT perlu mendorong maskapai untuk mengurangi keterlambatan dan pembatalan agar suasana perjalanan membaik.
Prof Dan Bubb menambahkan beberapa langkah praktis yang bisa membantu, seperti meningkatkan ukuran kursi, menyertakan layanan makanan dalam harga tiket, mengurangi konsumsi alkohol di dalam pesawat, memperbaiki keamanan di bandara, serta memperluas ruang boarding di gerbang. Ia menegaskan pentingnya menjaga sikap sopan terhadap kru kabin dan sesama penumpang.
Inti Pelajaran Singkat
- Kampanye civility disambut beragam; perubahan faktual di fasilitas lebih menentukan kenyamanan perjalanan.
- Kenyamanan kabin dan efisiensi operasional maskapai menjadi faktor utama perilaku penumpang.
- Moderasi stres, perbaikan layanan, dan budaya sopan santun tetap krusial untuk pengalaman terbang yang lebih baik.
Komentar ahli: Upaya menjaga etika itu penting, tetapi diperlukan perbaikan nyata pada fasilitas dan kebijakan maskapai agar dampaknya terasa. Tanpa perubahan operasional yang konkret, ajakan sopan mungkin hanya sebatas slogan.
Ringkasan: Kampanye civility berupaya membentuk perilaku penumpang, namun faktor kenyamanan fisik dan kebijakan maskapai memainkan peran utama. Dengan fasilitas yang lebih layak, layanan yang lebih transparan, dan manajemen waktu yang lebih efisien, suasana perjalanan udara bisa jauh lebih baik bagi jutaan penumpang setiap liburan. Seiring berjalannya musim liburan, keseimbangan antara etika dan kenyamanan menjadi kunci utama.
Intisari utama: Upaya mengembalikan etika di penerbangan dapat meningkatkan suasana, tetapi fasilitas dan kebijakan maskapai perlu ditingkatkan untuk mengurangi stres penumpang. Sumber: BBC News


