Apa yang Terjadi pada Tubuh jika Tidak Tidur 24 Jam atau Lebih
Kurang tidur telah menjadi kebiasaan bagi sebagian orang. Pelajari dampak 24 jam, 2 hari, hingga 3 hari tanpa tidur dan bagaimana menjaga pola tidur agar tetap sehat.
Tonton versi audio jika lebih nyaman. Gunakan fitur dengar artikel jika diperlukan.
Kurang tidur telah umum terjadi di Indonesia. Artikel ini menjelaskan dampak biologis dan psikologis ketika tidak tidur selama 24 jam, 2 hari, hingga 3 hari, serta bagaimana menjaga tidur agar tetap sehat bagi Anda dan keluarga.
Bagaimana tubuh merespons tanpa tidur
Respons tubuh berbeda-beda tergantung usia, kondisi kesehatan, pola hidup, dan asupan gizi. Anak-anak dan remaja membutuhkan waktu tidur lebih lama dibanding orang dewasa. Kekurangan tidur pada masa pertumbuhan berisiko mempengaruhi prestasi, hubungan sosial, serta perkembangan fisik dan mental.
Secara umum, efek dari berjaga terus-menerus mirip dengan kekurangan tidur kronis, tetapi terlihat lebih cepat pada tubuh.
Setelah 24 jam tanpa tidur
Kebanyakan orang mulai merasakan dampaknya setelah satu hari tidak tidur.
- Suhu tubuh cenderung turun.
- Hormon stres seperti kortisol dan adrenalin meningkat.
- Kadar gula darah naik karena insulin menurun.
- Mata dan otot menjadi tegang.
- Siklus tidur alami terganggu sehingga produksi hormon yang mengatur tumbuh, nafsu makan, metabolisme, dan sistem imun terpengaruh.
- Penglihatan dan pendengaran bisa menurun, serta persepsi terhadap lingkungan membingungkan.
Otak bekerja dengan cara menghemat energi, sering memasuki keadaan semu tidur lokal; ini menimbulkan rasa ngantuk, mudah marah, gangguan fokus, dan daya ingat menurun. Nafsu makan cenderung meningkat, terutama terhadap makanan tinggi kalori.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, tidak tidur selama 24 jam setara dengan efek mengonsumsi alkohol secara langsung pada kadar tertentu. Ini berarti membagi perhatian sambil mengemudi setelah tidak tidur sangat berbahaya.
Setelah 36 jam tanpa tidur
- Efek sebelumnya bertambah berat, rasa lelah makin kuat.
- Gangguan bicara dan penalaran muncul.
- Motivasi turun dan risiko mengambil keputusan berisiko meningkat.
- Cara berpikir menjadi kurang fleksibel.
Peneliti di California menemukan bahwa setelah sekitar 30 jam bangun, kemampuan mengenali emosi menjadi lebih buruk. Karena otak sangat lelah, tugas-tugas sederhana pun bisa terasa sulit.
Setelah 48 jam tanpa tidur
- Efek negatif terus bertambah; muncul periode mikro-tidak sadarkan diri (mikrosleep).
- Rasa bingung dan kehilangan orientasi meningkat.
- Sistem kekebalan menurun, risiko infeksi seperti flu dan pilek meningkat.
Semakin lama terjaga, semakin berat dampaknya. Mikrosleep bisa muncul sebagai jeda singkat saat otak mencoba beristirahat meskipun kita tetap terjaga.
Setelah 72 jam tanpa tidur
- Kemampuan bekerja dan menjaga diri menurun drastis; risiko gangguan mental meningkat, seperti paranoia atau depresi.
- Ingatan memburuk; seseorang bisa lupa apa yang sedang dilakukan.
- Pengalaman persepsi bisa berubah; halusinasi bisa muncul.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang tidur selama tiga hari tanpa tidur akan menghadapi kelelahan berat; denyut jantung bisa tidak teratur, suasana hati mudah tertekan, dan konsentrasi sulit dipertahankan. Banyak efek ini bisa berkurang dengan tidur yang cukup, tetapi tidak sepenuhnya hilang.
Sampai sejauh mana seseorang bisa bertahan tanpa tidur
Sulit memastikan angka pasti. Kasus yang banyak dikenal adalah Randy Gardner, seorang pelajar yang tidak tidur selama 264 jam (sekitar 11 hari) pada 1964 untuk proyek sains sekolah. Teman sebangkunya membantu menjaga dia, dan pengukuran kesehatan dilakukan oleh profesor universitas terkemuka. Sepanjang eksperimen ia tidak menggunakan stimulan kimia.
Seiring berjalannya waktu, Gardner mulai mengalami halusinasi dan kesulitan membaca urutan angka. Pada akhirnya otaknya tidak mampu menjaga kesadaran secara berkelanjutan.
Pada 2007, seorang warga Inggris mencoba lebih lama, tetapi tidak ada verifikasi resmi atas catatan tersebut. Secara umum, eksperimen berturut-turut untuk melawan tidur tidak dianjurkan karena risiko bagi kesehatan jiwa dan raga.
Mengapa kurang tidur berbahaya jika dilakukan terus-menerus
Kebiasaan begadang secara rutin punya dampak besar pada tubuh. Gejala yang sering muncul mirip dengan tekanan berat akibat kurang tidur kronis:
- Kelelahan dan mengantuk berlebih.
- Penurunan konsentrasi, kewaspadaan, memori, dan koordinasi.
- Perubahan suasana hati, mudah marah.
- Naik nafsu makan, terutama makanan tinggi gula dan lemak.
- Kecemasan dan gangguan tidur berat badan.
- Sistem kekebalan menurun, risiko infeksi meningkat.
- Lebih beresiko mengalami kecelakaan.
- Risiko penyakit jantung meningkat (hipertensi, stroke).
Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa kurang tidur mengganggu kemampuan penyembuhan luka dan regenerasi sel otak.
Kapan kehilangan tidur bisa dipakai untuk tujuan terapi
Secara medis, deprivasinya bisa memiliki manfaat dalam beberapa kondisi tertentu jika dipakai secara terencana dan diawasi, misalnya bagian dari terapi depresi berat untuk mempercepat respons terhadap pengobatan. Namun demikian, ini dilakukan di bawah pengawasan ketat dokter.
Sekalanya kehilangan tidur terkendali kadang dipakai untuk membantu memecahkan insomnia dengan menata ulang pola aktivitas dan istirahat, sering dikombinasikan dengan terapi perilaku kognitif. Hal ini bertujuan mengembalikan ritme tidur normal.
Ingat, tidur cukup tetap jadi fondasi kesehatan. Jangan mencoba eksperimen berbahaya pada diri sendiri.
Komentar Pakar
Dr. Rina Kartika, ahli tidur, menjelaskan bahwa tidur cukup adalah pondasi kesehatan otak dan jantung. Ia menegaskan bahwa risiko gangguan serius meningkat jika kebiasaan kurang tidur dilakukan secara berulang.
Ringkasan Singkat
Kurang tidur berdampak langsung pada fokus, suasana hati, dan sistem kekebalan. Setelah 24 jam, muncul kelelahan, peningkatan hormon stres, dan gangguan kognitif. Setelah 72 jam, risiko halusinasi dan gangguan memori meningkat. Jaga durasi tidur 7–8 jam setiap malam untuk menjaga kesehatan jangka pendek dan panjang.
"Tidur adalah bagian esensial dari kesehatan; tanpa tidur, fungsi otak dan tubuh menurun secara signifikan."


