11 Bahan Kosmetik yang Ternyata Aman untuk Kulit, Kata Ahli Kimia
Pahami komponen kosmetik yang sering disalahpahami sebagai berbahaya. Artikel menjelaskan peran masing-masing dan kapan perlu berhati-hati.
Jangan mudah percaya mitos seputar bahan kosmetik. Banyak komponen yang sering disebut berbahaya ternyata aman jika digunakan dengan tepat dan pada konsentrasi yang benar. Artikel ini merangkum 11 bahan umum yang kerap disalahpahami dan bagaimana memilih yang sesuai dengan kulit Anda.
1. Formaldehida
Formaldehida adalah gas tanpa warna yang bisa berbahaya jika terhirup dalam jumlah besar. Pada kosmetik, konsentrasinya sangat rendah sehingga biasanya tidak menimbulkan efek samping serius jika paparan tidak berulang.
Dulu dipakai sebagai pengawet, sekarang diganti dengan alternatif yang lebih aman seperti fenoksietanol, sorbat kalium, dan benzoat natrium. Karena pengawalnya memiliki sifat yang berbeda, produsen sering menggunakan kombinasi beberapa bahan.
Kalau masih ada dalam beberapa produk, formaldehida biasanya tercium saat dibilas dengan air dan durasi paparan singkat, sehingga risiko tetap rendah. Jadi tidak perlu dikhawatirkan berlebihan.
2. Propilen glikol
Propilen glikol diperlukan untuk melarutkan asam atau komponen lain agar lebih mudah menembus kulit. Selain itu, zat ini membantu menjaga kelembapan di permukaan kulit.
Propilen glikol dinilai aman; ia melembapkan kulit, melunakkan rambut, dan meningkatkan tekstur produk. Penggunaannya juga umum dalam beberapa produk medis.
3. Pewangi sintetis
Pewangi sintetis mengandung alergen yang sama seperti pewangi alami. Jika Anda punya alergi terhadap suatu komponen, reaksi bisa muncul meski asalnya sintetis atau alami.
Kebanyakan produk mencantumkan Parfum atau Fragrance sebagai bahan wangi tanpa mengungkap susunannya. Komisi Eropa mengizinkan, tetapi mewajibkan produsen mencantumkan alergen yang mungkin seperti limonen, linalool, dan geraniol. Jika Anda punya alergi, perhatikan keterangan tersebut di daftar bahan.
4. Silikon
Silikon pada kulit umumnya inert; tidak menyebabkan alergi, tidak menumpuk di pori-pori, dan tidak membentuk lapisan tebal. Mereka memperlancar pergerakan uap air dan oksigen, sehingga kulit bisa bernapas meskipun terasa halus.
Silikon juga mudah terurai di tanah; pada dasarnya silikon merupakan turunan dari pasir (dioksida silikon) yang diproses menjadi polimer. Silikon memberikan tekstur licin dan membantu kulit terasa lebih halus, terutama untuk kulit berminyak yang tidak suka produk berat.
5. Bahan Aktif Permukaan (BAP)
Agen pembersih berbasis permukaan atau surfaktan ada dalam banyak jenis produk. SLS dan SLES termasuk surfaktan sulfat yang cukup agresif karena mengangkat minyak dengan kuat. Meski begitu, tren saat ini adalah menggunakan surfaktan yang lebih lembut, terutama dalam produk perawatan wajah.
Namun, tidak berarti produk tanpa SLS/SLES selalu lembut. Ada juga surfaktan keras seperti olefin sulfonat, stearat, palmatis, atau izetionat. Pilihan yang lebih lembut saat ini meliputi kokoglukosida dan kokamidopropil betaine.
6. Gliserin
Gliserin adalah humektan yang terjangkau dan efektif menarik air ke permukaan kulit, mencegah penguapan. Meski tidak menembus jauh ke dalam kulit, menjaga kelembapan permukaan sangat penting untuk fungsi barier kulit. Kulit kita mengandung aquaporin yang dapat membantu sirkulasi gliserin.
7. Triklosan
Triklosan adalah antibakteri yang dulu banyak dipakai. Namun penggunaannya perlu dibatasi karena bisa mengganggu keseimbangan mikrobioma kulit jika digunakan berlebihan. Gunakan hanya untuk tujuan khusus jika diperlukan.
8. Minyak mineral
Minyak mineral diproduksi dari minyak bumi. Meskipun terlihat tidak alami, minyak mineral cenderung tidak memicu alergi sehingga sering digunakan untuk kulit sangat sensitif, seperti pada atopi atau eksim. Bagi kulit berminyak atau normal, pilihan minyak nabati lebih banyak dipilih karena memberikan nutrisi lain.
Minyak mineral membentuk lapisan pelindung yang membantu menjaga kelembapan dan memungkinkan kulit bernapas secara relatif.
9. Albumin
Albumin adalah protein putih telur yang kadang dipakai di kosmetik untuk melembapkan, memberikan efek toning, dan haluskan garis halus. Namun beberapa orang bisa alergi terhadap albumin. Saat ini ada alternatif seperti polisakarida, ekstrak jamur, dan alga yang juga efektif.
10. Kaolin
Kaolin adalah jenis tanah liat putih yang menyerap minyak dan membuat kulit tampak lebih matte, cocok untuk kulit berminyak dengan pori-pori besar. Namun penggunaan berlebih bisa membuat kulit terasa kering dan tertarik. Banyak masker kaolin sekarang mengandung gliserin atau bahan lain untuk mengurangi sensasi kencang.
11. Ekstrak plasenta
Plasenta mengandung peptida dan nutrisi yang berasal dari perkembangan janin. Penggunaan plasenta manusia di kosmetik tidak etis dan bisa memicu alergi. Sekarang banyak produk menggunakan ekstrak plasenta hewan atau bentuk sintetis yang berupa campuran protein dan peptida. Bukti ilmiah mengenai keunggulan dibanding bahan lain masih terbatas.
Komentar ahli
Seorang ahli kimia kosmetik menekankan bahwa banyak bahan yang dianggap berbahaya sebenarnya aman jika digunakan sesuai dosis dan cara pakai.
Yang terpenting adalah memilih produk yang sesuai tipe kulit dan memperhatikan reaksi kulit terhadap bahan tertentu.
Ringkasan
Beberapa bahan yang sering ditakuti ternyata aman jika digunakan sesuai anjuran. Selalu baca label, pahami fungsi bahan, dan konsultasikan jika Anda memiliki alergi. Pilih produk yang tepat untuk jenis kulit Anda agar kulit tetap sehat dan terawat.
Inti panduan hari ini: pahami peran masing-masing bahan, hindari ketakutan berlebihan, dan pilih produk yang memang sesuai kebutuhan kulit Anda.


