Pertumbuhan Ekonomi Inggris Diprediksi Melambat Mulai Tahun Depan, OBR Revisi Proyeksi
OBR memprediksi pertumbuhan ekonomi Inggris melambat mulai tahun depan akibat produktivitas yang rendah, meski tahun ini lebih kuat; inflasi turun bertahap dan upah naik sekitar 3%.
OBR merilis proyeksi terbaru yang menyatakan ekonomi Inggris diperkirakan tumbuh lebih lambat mulai tahun depan dibandingkan ekspektasi sebelumnya. Meski indikator tahun ini diperkirakan lebih kuat, sejumlah faktor seperti produktivitas yang rendah menjadi kendala utama pemulihan.
Kantor Tanggung Jawab Anggaran (OBR) mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi diperkirakan sekitar 1,5% pada tahun ini, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Namun untuk tahun-tahun berikutnya, diperkirakan pertumbuhan melambat menjadi sekitar 1,4% pada 2026 dan sekitar 1,5% untuk 2027–2030, menandai penyesuaian signifikan dari proyeksi sebelumnya.
OBR menegaskan pemulihan ekonomi akan berjalan secara bertahap karena ketidakpastian geopolitik yang berlanjut dan melemahnya kepercayaan bisnis serta rumah tangga, sebagian akibat kekhawatiran akan kenaikan pajak di masa depan.
Dokumen tersebut sempat bocor sebelum penyampaian Anggaran oleh Menteri Keuangan, Rachel Reeves, dan OBR akhirnya meminta maaf atas "kesalahan teknis" tersebut serta menyatakan sedang menyelidiki penyebabnya. Reeves menyebut kejadian itu "sangat mengecewakan".
Dalam proyeksinya, OBR juga menilai pola pemulihan tidak akan cepat karena faktor-faktor tersebut. Mereka menekankan bahwa rebound ekonomi sebelumnya yang dipicu pasca pandemi Covid-19 dan krisis harga energi belum terwujud seperti yang diharapkan.
Secara khusus, prospek inflasi diperkirakan mencapai 3,5% tahun ini, naik sedikit dari proyeksi sebelumnya, lalu turun menjadi sekitar 2,5% tahun depan, dan akhirnya mendekati 2% pada 2027–2029. Pengangguran diperkirakan tetap di sekitar 5% dan upah rata-rata diperkirakan tumbuh sekitar 3% antara 2025–2029.
Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah menegaskan akan menjaga defisit fiskal tetap terkendali dan utang publik menurun sebagai bagian dari kerangka kebijakan. Namun, pembekuan ambang Pajak Penghasilan hingga 2028–2029 diperkirakan meningkatkan jumlah wajib pajak dasar, serta berdampak pada beban pajak bagi sebagian besar warga.
OBR juga memperkirakan kebijakan anggaran saat ini akan meningkatkan belanja negara setiap tahun, sekitar £11 miliar pada 2029–2030, terutama untuk mengembalikan sebagian potongan tunjangan dan menghapus batas dua anak pada universal credit. Cadangan kebijakan fiskal diperkirakan membengkak menjadi sekitar £22 miliar sebagai bantalan.
Dalam konteks kerangka fiskal, Reeves menegaskan dua aturan utama: tidak meminjam untuk membiayai belanja operasional hingga akhir periode parlemen ini, dan utang negara harus turun sebagai bagian dari pendapatan nasional. Aturan-aturan ini dirancang untuk menjaga kredibilitas di mata pasar keuangan.
Sesaat setelah bocornya laporan OBR, pasar obligasi Inggris menunjukkan volatilitas singkat, sebelum imbal hasil gilts kembali turun ke level sebelum bocoran tersebut.
OBR juga memperkirakan inflasi akan menurun secara bertahap, sejalan dengan target keseimbangan harga, dengan angka 3,5% tahun ini dan 2,5% tahun depan, kemudian mendekati 2% pada 2027–2029.
Angka-angka tersebut memperlihatkan bahwa tingkat pekerjaan tetap sekitar 5%, dengan peluang kenaikan upah sekitar 3% selama 2025–2029, tergantung pada dinamika produktivitas dan investasi.
Implikasi Kebijakan dan Pajak
- Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan melambat meski rebound singkat terjadi pada tahun ini.
- Produktivitas rendah menjadi faktor utama pembatasan pemulihan.
- Kebijakan fiskal mencakup pembekuan ambang Pajak Penghasilan dan peningkatan belanja publik untuk mengobati dampak kebijakan sebelumnya.
- Inflasi diharapkan turun bertahap, memberikan ruang bagi kebijakan moneter yang lebih fleksibel.
Komentar Pakar
"Penurunan produktivitas menjadi kunci utama proyeksi yang lebih moderat, sehingga fokus kebijakan perlu diarahkan pada peningkatan produktivitas melalui investasi dan reformasi tenaga kerja," ujar analis ekonomi terkemuka. "Pembaruan fiskal juga harus menjaga stabilitas jangka panjang sambil mendukung pemulihan ekonomi.
Ringkasan Inti
Analisis menunjukkan Inggris menghadapi tantangan produktivitas yang berkelanjutan, membatasi laju pertumbuhan meski ada dukungan fiskal dan stabilitas harga. Proyeksi baru mencerminkan penyesuaian terhadap dinamika global dan domestik, dengan fokus pada peningkatan produktivitas, menjaga kebijakan fiskal jejak, dan kinerja belanja publik di masa mendatang.
Ringkasan kunci: Pertumbuhan Inggris diperkirakan melambat karena produktivitas yang rendah meski inflasi turun. Sumber utama analisis adalah laporan OBR, dilengkapi tinjauan publik dari BBC. BBC News.


