Laura Sanko: Perjalanan Pelopor Petarung Jadi Komentator UFC
Laura Sanko menandai sejarah sebagai komentator wanita pertama UFC pada siaran pay-per-view era modern; kisah perjuangan, tantangan, dan dampaknya bagi atlet perempuan.
Laura Sanko telah lama menjadi simbol pelopor bagi perempuan di dunia MMA. Pada UFC 293 tahun 2023, ia menorehkan sejarah sebagai komentator wanita pertama yang membawakan siaran pay-per-view UFC di era modern.
Awal ceritanya berakar pada keinginan kuat untuk membuktikan bahwa wanita bisa berdiri sejajar di dalam gym dan ring, jauh sebelum ia beralih menjadi penyiar. Ia memulai latihan MMA pada 2006, menghadapi hambatan besar ketika meyakinkan rekan-rekan pria bahwa ia layak berada di sana.
Rintangan sejak dini dan tekad membuktikan diri
Pada masa-masa awal, Sanko sering menjadi satu-satunya wanita di gymnya selama bertahun-tahun. Ia mengakui tantangan terberatnya bukan sekadar kemampuan teknis, melainkan cara diterima oleh tim tanpa menonjolkan identitasnya sebagai perempuan. “Esensinya adalah datang setiap hari, bekerja keras, tanpa keluh, dan menampilkan bahwa dirinya tidak lemah,” katanya kepada INLIBER Sport.
Ia bertarung sebanyak tujuh kali sebelum mundur karena kehamilan. Setelah pensiun dari arena, ia beralih ke dunia penyiaran, meski tetap menghadapi hambatan gender yang sama selama kariernya di balik mikrofon.
Menapak karier penyiaran dan pengakuan publik
Sanko menjalani berbagai peran di dalam tim penyiar UFC, tumbuh dari pewawancara menjadi analis, lalu komentator. Tantangan utamanya adalah mendapatkan penghormatan dari rekan kerja pria tanpa mengemis pengakuan; ia harus membuktikan dirinya layak berada di sana karena kemampuannya, bukan karena pandangan gender.
Berbeda dengan rekan komentator pria seperti mantan juara UFC lain, Sanko membawa beban ekstra sebagai wakil bagi perwakilan perempuan. Ia kerap menghadapi kritik publik, namun ia melihat dirinya tidak hanya mewakili UFC dan seni bela diri, tetapi juga generasi perempuan secara keseluruhan. “Standar bagi fans berbeda; jika saya buruk, maka akan berdampak pada persepsi terhadap semua wanita,” ujarnya.
Pengaruh, inspirasi, dan pandangan tentang kesetaraan
Sebagai pelopor, Sanko sering bercerita tentang gadis-gadis yang terinspirasi untuk mulai berlatih jiu-jitsu dan soal para ayah yang melihat dirinya sebagai contoh nyata mengenai apa yang bisa dicapai oleh anak perempuan. Ia berharap suatu saat dunia tidak lagi menandai keberhasilan perempuan sebagai kejutan besar, melainkan bagian dari keseharian.
Ia menekankan bahwa meski industri MMA didominasi pria, suasana di dalam ruangan latihan menunjukkan tingkat kesetaraan yang tinggi. Ketika atlet seperti Amanda Nunes berhadapan dengan rekan selevel di mat, respek antargym menjadi bukti bahwa setiap petarung dipandang setara, terlepas jenis kelamin.
Kunci sukses dan nasihat untuk generasi berikutnya
Narasi Sanko mencakup dua kunci utama bagi siapa pun yang ingin mengikuti jejaknya: pertama, fokus pada tujuan jangka panjang meski tantangan kerap datang; kedua, kerja keras adalah fondasi utama—ketidakterlihatan sejenak tetap wajar, dan itu tidak mengurangi nilai kerja kerasnya.
Kutipan ahli
Komentar Ahli: Karya Sanko di balik mikrofon menunjukkan bagaimana kesetaraan dimulai dari tempat kerja dan dibangun lewat konsistensi. Ia membuktikan bahwa prestasi perempuan di MMA adalah hasil kerja keras berkelanjutan dan penghargaan di lingkup profesional.
Penutup singkat: Perjalanan Sanko menegaskan bahwa peran perempuan dalam MMA semakin kuat, meski tantangan tetap ada. Ia menjadi contoh bahwa siapa pun bisa membuka pintu bagi generasi berikutnya jika berkomitmen pada kerja keras dan profesionalisme.
- Sejarah Sanko sebagai komentator UFC membuka peluang bagi lebih banyak wanita di dunia penyiaran MMA.
- Kesetaraan di gym dan dalam karier penyiaran terus berkembang lewat contoh nyata di mata publik.
Inti kisahnya adalah bahwa keberanian membuka pintu bagi generasi berikutnya tidak berhenti pada satu orang; itu tentang membangun standar baru di setiap arena. BBC Sport


