Hollywood Diminta Hentikan Stereotip Buruk Tentang Adopsi
InLiber Tim Redaksi
InLiber Tim Redaksi 19 jam yang lalu
Tim Redaksi #Berita Dunia

Hollywood Diminta Hentikan Stereotip Buruk Tentang Adopsi

Para penyintas adopsi menilai film serta serial kerap menampilkan anak adopsi sebagai penjahat atau pemicu trauma, memperkuat stigma dan mempengaruhi kehidupan nyata mereka.

Hollywood kerap menampilkan anak adopsi sebagai tokoh antagonis atau sumber konflik besar, terutama dalam film blockbuster dan horor. Gambaran seperti ini tidak hanya tidak akurat, tetapi juga bisa berdampak nyata pada cara masyarakat melihat penyandang adopsi.

James Evans, 23 tahun, diadopsi saat bayi karena masalah pada keluarga asalnya. Saat ini ia menempuh magister penulisan skenario dan menilai adegan-adegan dalam film seperti Thor, Annabelle, dan The Conjuring: The Devil Made Me Do It membuatnya sangat tidak nyaman karena trauma adopsi sering dipakai sebagai alasan perilaku buruk.

Peneliti PhD, Annalisa Toccara-Jones, mengaku telah mewawancarai sejumlah orang dewasa yang diadopsi dan mereka merasakan adanya jarak nyata antara apa yang ditampilkan di layar dengan pengalaman hidup mereka sendiri.

Bagaimana Representasi Adopsi Mempengaruhi Persepsi Publik

James, yang berasal dari Cardiff, menambahkan bahwa karakter adopsi sering menggunakan trauma mereka untuk menjelaskan perilaku buruk, sehingga membentuk pandangan publik terhadap mereka. Ia dibesarkan oleh dua keluarga sebelum akhirnya diadopsi Ruth dan Andrew Evans pada usia dua tahun, dan ia merasa tidak ada satu pun karya layar yang benar-benar membuatnya merasa “terlihat” secara utuh.

Contoh nyata yang menonjol adalah Loki, dewa penipu dalam film Marvel, meski dalam mitologi asli keduanya digambarkan sebagai teman. Dunia layar lebar sering memperkuat stereotip bahwa orang adopsi adalah penyusup atau “anak nakal” untuk memberi nuansa gelap pada plot.

Empat Kutub Stereotip dan Dampaknya

Selain gambaran penjahat, ada pula arketipe “adopsi yang bersyukur” seperti dalam kisah Miss Honey pada Matilda, yang dianggap sebagai akhir cerita gadis adopsi yang bahagia. Padahal proses kehilangan, duka, dan identitas yang terikat dengan adopsi sering terabaikan. James menekankan bahwa penyajian seperti ini bisa menimbulkan anggapan bahwa trauma adopsi tidak nyata hanya karena tidak terlihat kasat mata.

Penggambaran semacam itu juga bisa mempengaruhi pandangan calon orang tua adopsi: mereka bisa percaya semua akan berjalan mulus atau justru merasa adopsi akan selalu bermasalah. Bahasa seperti “orang tua biologis” sering dianggap mengesampingkan realitas bahwa orang tua angkat juga menjadi orang tua sehari-hari yang penuh kasih sayang.

James Evans bersama orang tua angkatnya Ruth dan Andrew pada usia sekitar empat tahun

Susie James, 64 tahun, seorang penyintas adopsi dari Bournemouth, kini meneliti dinamika psikologis dan sosial adopsi untuk program doktor di University of Bradford. Ia menilai film horor seperti Orphan menampilkan adopsi sebagai “bom waktu” yang memperbesar stigma dan ketakutan publik.

Karakter anak adopsi sering diberi label sebagai “kelainan” yang akan menjadi momok, sehingga menjadi alat plot yang mudah bagi genre horor. Begitu pula, stereotip seperti ini bisa meningkatkan perundungan dan meredam kepercayaan diri para adopsi.

Keluarga James Evans

Meski James hidup dalam kasih sayang penuh dari Ruth dan Andrew, trauma yang tidak terlihat juga membutuhkan dukungan. Ia mengingat bahwa sejak diadopsi pada 2004, dukungan pasca-adopsi minim atau tidak ada, sehingga ia berjuang dengan duka, kehilangan, identitas, dan penyesuaian yang panjang.

James juga menegaskan bahwa memori trauma bayi dapat berakar dalam jumlah halus di otak dan tubuh, meskipun mungkin tidak muncul sebagai ingatan jelas. Ia menilai gambaran adopsi yang dipresentasikan melalui kacamata dongeng sama merusaknya dengan penggambaran sebagai penjahat.

Daf James menghadiri acara drama yang terinspirasi pengalaman adopsi

Inspirasi dari pengalaman pribadi memotivasi Daf James menulis drama tentang dua suami yang melewati proses adopsi. Ia menyatakan bahwa di layar, pekerjaan sosial sering digambarkan sebagai antagonis, anak-anak digambarkan bermasalah, padahal adopsi bisa mengubah hidup banyak orang secara positif.

Emily Frith, CEO Adoption UK, menyebut keluhan dari penyintas yang merasa tidak terwakili di layar. Ia berpesan agar penulis skenario melakukan riset mendalam dan memahami sudut pandang orang dengan pengalaman hidup berbeda.

Susie James bersama sang putra dengan latar abu-abu

Annisa Toccara-Jones, 38 tahun, peneliti narasi adopsi di media, menyatakan suara penyintas sering tersisihkan dalam kebijakan publik karena pembuat keputusan tidak berasal dari kalangan adopsi. Ini memengaruhi cara cerita adopsi disusun di TV dan film, yang akhirnya membentuk pandangan publik secara luas.

Dalam penelitiannya, ia mewawancarai adopsi dewasa yang merasa ada jurang antara kenyataan dan representasi di layar, suatu bentuk gaslighting yang merugikan mereka di masyarakat.

Arah Baru untuk Representasi Adopsi

Para penyintas berharap gambaran adopsi di layar dihadirkan dengan empati, mengungkapkan perjalanan mereka, perjuangan menyesuaikan diri, serta dukungan sistem yang rapuh. Mereka ingin representasi yang tidak menilai hanya dari sisi trauma, tetapi juga potensi, harapan, dan kekuatan keluarga angkat dalam membangun kehidupan yang berarti.

James kini bertekad memantapkan karier di industri hiburan dengan membawa “representasi adopsi yang autentik dari perspektif penyandang adopsi” ke layar kaca dan layar lebar di Indonesia.

Komentar Ahli

“Representasi adopsi yang akurat bisa mengurangi stigma dan membangun empati publik,” ujar pakar yang terlibat penelitian ini. “Penelitian dan pendalaman sudut pandang beragam pengalaman hidup diperlukan untuk menulis dialog dan plot yang lebih manusiawi.”

Ringkasan Singkat

Studi ini menyoroti bagaimana gambaran adopsi di film dan TV sering menegasikan pengalaman hidup penyandang adopsi. Ada contoh positif yang menunjukkan potensi narasi yang lebih empatik, seperti karya yang menyoroti perjalanan batin anak adopsi tanpa mengedepankan trauma sebagai alat plot semata. Penelitian ini menyerukan peningkatan riset, partisipasi penyintas dalam penulisan, dan dukungan kebijakan yang lebih inklusif untuk representasi adopsi di masa depan.

Inti dari perubahan representasi adopsi adalah menampilkan kisah yang autentik, penuh empati, dan tidak sekadar menggunakan trauma sebagai alat plot. Representasi seperti ini bisa mengurangi stigma, meningkatkan pemahaman publik, dan mendukung kesejahteraan adopsi di masyarakat. BBC News
0
0

Inliber adalah platform berita global yang menyajikan informasi akurat dan terpercaya dari seluruh dunia secara cepat.

Kami menyajikan liputan mendalam tentang teknologi, politik, kesehatan, olahraga, budaya, keuangan, dan banyak lagi. Inliber dirancang untuk semua pengguna internet dengan antarmuka yang ramah, sumber tepercaya, dan konten berkualitas tinggi di era digital saat ini.