Tasila Lungu Hilang Kursi DPR Zambia Setelah Ayah Meninggal
Parlemen Zambia nyatakan kursi Tasila Lungu kosong pasca ketidakhadirannya berkepanjangan, memicu perdebatan soal hak wakil rakyat dan proses pemakaman ayahnya.
Parlemen Zambia secara resmi menyatakan kursi anggota DPR Tasila Lungu kosong karena ketidakhadirannya berkelanjutan sejak kematian ayahnya. Tasila Lungu adalah wakil distrik Chawama, Lusaka, yang mewakili oposisi Front Patriotik (Patriotic Front) di parlemen.
Almarhum mantan Presiden Edgar Lungu meninggal pada Juni di Afrika Selatan saat menjalani perawatan medis, memicu perselisihan hukum antara pemerintah yang dipimpin Presiden Hakainde Hichilema dan keluarga Lungu terkait kepulangan jenazah untuk upacara kenegaraan.
Tasila Lungu telah mengikuti persidangan di Afrika Selatan untuk menantang putusan Agustus yang berpihak pada pemerintah. Pemerintah berargumen bahwa kepala negara harus menghadiri pemakaman karena kedudukan negara, sedangkan keluarga Lungu mengatakan almarhum memberi instruksi agar presiden tidak berada di dekat jenazah.
Jenazah masih berada di Afrika Selatan karena ketegangan yang belum terselesaikan.
Beberapa langkah parlemen muncul. Anggota parlemen independen Binwell Mpundu menuduh pemerintah hipokrit karena mengklaim solidaritas kepada keluarga Lungu sambil kemudian membatalkan kursi anggota DPR putri mereka.
Ketua parlemen Nelly Mutti memberi Tasila Lungu 14 hari cuti terhormat untuk berduka, dan ia belum kembali saat parlemen dilanjutkan. Parlemen kemudian mengirim surat lagi, tetapi Lungu meminta waktu lebih lama sampai persidangan pemakaman selesai, bahkan mengusulkan hadir secara virtual. Komite hak istimewa dan absensi mengundangnya pada 18 November, tetapi ia tidak hadir.
Komite merekomendasikan agar ia tetap mewakili Chawama secara online hingga proses pemakaman selesai, tetapi Presiden Majelis Mutti menolak karena representasi fisik tetap diperlukan.
Di media sosial, Lungu menyampaikan terima kasih kepada timnya yang terus melayani konstituen. Pemilihan pengganti kursi ini diperkirakan berlangsung dalam 90 hari, meskipun Zambia akan menggelar pemilu umum pada Agustus tahun depan.
Respon publik beragam: sebagian menyatakan ia perlu masa berkabung, sementara yang lain menilai konstituennya kehilangan wakil. Legislator independen Binwell Mpundu menuduh pemerintah hipokrit karena mereka mengajukan gugatan terhadap keluarga Lungu tetapi kemudian menutup kursi untuk putrinya yang sedang berkabung.

Untuk pembaruan lebih lanjut, kunjungi INLIBERAfrica.com.
Ikuti kami di Twitter @INLIBERAfrica, di Facebook di INLIBER Africa, atau Instagram di INLIBERafrica
Komentar ahli: Pakar politik menilai langkah parlemen ini mencerminkan bagaimana hukum ketidakhadiran dan norma nasional berinteraksi dengan tradisi berkabung. Situasi ini bisa memicu tekanan politik lebih lanjut menjelang pemilu mendatang.
Ringkasan singkat: Keputusan untuk mengosongkan kursi menegaskan bahwa kehadiran fisik tetap diperlukan untuk mewakili konstituen. Kontroversi antara hak berduka keluarga mantan pemimpin dan kewajiban wakil rakyat menyoroti dinamika politik Zambia menjelang pemilu. Pemilihan pengganti diperkirakan dalam 90 hari; pemilu umum tinggal beberapa bulan. Ini menunjukkan dinamika politik yang terus berlanjut di negara Afrika itu.
Inti: Konflik antara hak berkabung keluarga mantan presiden dengan kewajiban wakil rakyat menguji keseimbangan proses hukum dan tata kelola negara. BBC News


