Qatar GP 2025: Norris, Verstappen, Piastri Menuju Gelaran Judul Abu Dhabi
F1 memasuki babak akhir musim dengan persaingan tiga pembalap utama setelah Qatar GP 2025 memicu drama strategi McLaren dan menjanjikan duel penentu di Abu Dhabi.
Formula 1 menuju babak akhir musim dengan persaingan lebih dari dua pembalap dalam satu balapan penentu untuk pertama kalinya dalam 15 tahun, setelah kemenangan Verstappen di Qatar akibat kesalahan strategi McLaren.
Norris mengakui hari itu bukan hari terbaik bagi timnya, meskipun ia memimpin klasemen. Verstappen berhasil memangkas jarak menjadi 12 poin menuju Abu Dhabi, sementara Piastri berada empat poin di belakang.
Piastri mengaku terkejut setelah balapan ketika melihat kemenangan yang seharusnya miliknya berubah menjadi podium kedua bagi Verstappen dan berkurangnya posisi di klasemen.
Ini membuat Piastri menyatakan perasaan tidak nyaman terhadap hasil akhir balapan.
Norris tetap difavoritkan untuk merebut gelar di Abu Dhabi. Dengan selisih poin yang tipis, ia hanya perlu finis di podium ketiga meski Verstappen menang.
Namun Qatar menunjukkan bahwa apa pun bisa terjadi di sirkuit yang menantang itu.
Sejarah juga mengingatkan bagaimana final musim 2010 menampilkan persaingan beberapa pembalap; pada waktu itu strategi Ferrari di Abu Dhabi membuka peluang Vettel untuk meraih titel pertama.
Kekeliruan Kunci
McLaren mengalami dua minggu berat: kehilangan posisi kedua dan keempat Norris dan Piastri di Las Vegas, lalu keputusan strategi di Qatar yang dianggap krusial.
Zak Brown pernah membandingkan Verstappen dengan penjahat dalam film horor yang terus bangkit, ironisnya McLaren memberi Verstappen peluang lebih besar di balapan penentu.
Ketika safety car keluar pada lap ke-7 setelah Hulkenberg bertabrakan dengan Gasly, semua tim masuk pit untuk mengganti ban. Karena Pirelli membatasi putaran ban hingga 25 lap di trek Qatar, pit stop menjadi opsi yang sangat menggiurkan karena efisiensi waktu akibat safety car.
Verstappen segera memahami contoh strategi yang bisa membawanya menuju kemenangan, meski akhirnya ada perubahan tak terduga saat keluar dari pit.
Mengapa McLaren Tidak Stop?
Norris langsung bertanya kepada insinyurnya mengapa tidak melakukan pit stop seperti rekan setimnya, Piastri. Tim menjelaskan hal itu untuk menjaga variasi strategi, namun akhirnya membatasi peluang balapan.
Andrea Stella menjelaskan bahwa penundaan pit stop didasari kekhawatiran jika semua pembalap lain memilih keluar, McLaren akan kehilangan posisi terdepan di trek yang sulit untuk overtaking.
Pembicaraan di paddock juga menyebut adanya dugaan bias internal terkait prioritas Norris. Stella menegaskan bahwa tim selalu berpegang pada prinsip keadilan bagi kedua pembalap.

Panggung Menuju Final yang Mendebarkan
Hasil Qatar mengubah lanskap titel menjadi persaingan tiga pembalap di Abu Dhabi. Norris bertekad menjaga keunggulan, sementara Piastri berharap hasil ini tidak menghilangkan peluang juaranya, dan Verstappen menikmati posisi yang membuatnya kembali dalam perburuan titel.
Verstappen menyatakan tetap fokus meski tertinggal 12 poin dan siap memberikan semua kemampuan di balapan penutup.
Stella menegaskan bahwa McLaren akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk belajar dari kejadian ini dan meningkatkan peluang juara di masa mendatang.
Komentar Ahli: Analisis strategi menyoroti pentingnya keputusan pit-stop di bawah safety car. Bagi Norris, final Abu Dhabi akan menguji kemampuan tim mengelola dua prioritas pembalap secara optimal.
Ringkasan: Qatar mengubah dinamika kejuaraan menjadi duel tiga pembalap di Abu Dhabi. Norris memimpin dengan selisih tipis, Verstappen mengejar dengan semangat tinggi, dan Piastri tetap berusaha menjaga peluang meski tertinggal. Final dipenuhi ketegangan bagi penggemar F1 di Indonesia.
Simpul utama: Final akan menguji kepiawaan tim dalam mengelola risiko dan strategi di bawah tekanan balap. Sumber: BBC Sport


