AFCON 2025: Akankah Maroko Raih Dominasi Afrika di Kandang Sendiri?
Maroko menggelontorkan infrastruktur sepak bola kelas dunia dan gelaran AFCON 2025 sebagai langkah menuju dominasi Afrika. Akankah trofi akhirnya kembali ke Afrika Utara?
Ketika Piala Afrika 2025 dimulai, Maroko sebagai tuan rumah berharap momen ini menjadi puncak dari rangkaian rencana panjang untuk menjadikan negara itu kekuatan sepak bola utama di Afrika.
Sejak menjuarai AFCON pertama pada 1976 di Etiopia, Atlas Lions belum mampu mengulang prestasi itu meski terus berkembang di level global.
"Setiap kali mengenakan jersey Maroko, rasanya luar biasa," ujar gelandang Sofyan Amrabat kepada INLIBER World Service.
“Sulit diungkapkan, ini ada di dalam hati. Saya sangat menantikan AFCON ini, terutama karena digelar di kandang sendiri. Kami berharap ini milik kami.”
Menurut analis sepak bola Maroko, Jalal Bounouar, target utama tim adalah menjuarai AFCON. “Menjadi juara kontinental adalah potongan terakhir dari teka-teki sepak bola Maroko,” katanya kepada INLIBER Sport Africa.
Hasil-hasil belakangan—semifinal Piala Dunia 2022 di Qatar, medali perunggu cabang sepak bola U-23 di Olimpiade Paris 2024, dan gelar juara dunia U-20 setelah mengalahkan Argentina pada Oktober—menambah ekspektasi. Maroko juga menjuarai tiga edisi terakhir Africa Nations Championship (2018, 2020, 2024) yang menonjolkan dominasi sepak bola domestik. Baru-baru ini, tim tersebut juga menang di final Piala Arab FIFA melawan Jordania.
Ekspektasi meningkat seiring sukses itu, kata Bounouar. “Sejak 1976, kami belum memenangkan AFCON; itu satu-satunya gelar senior dalam sejarah sepak bola Maroko, jadi saatnya menorehkan sejarah baru,” ujarnya.
Infrastruktur sebagai fondasi ambisi
Maroko telah menggelontorkan investasi besar untuk fasilitas sepak bola, termasuk dua fasilitas kelas dunia bernama Mohammed VI Football Academy dan Mohammed VI Training Complex. Keduanya berfungsi sebagai pusat pembinaan bagi tim nasional pria dan wanita, menawarkan pelatihan elite, pendidikan, akomodasi, serta dukungan ilmu olahraga.
"Evolusi sepak bola Maroko bukan kebetulan," kata Bounouar. "Ini lahir dari perencanaan nasional jangka panjang yang didukung oleh otoritas tertinggi."
Rencana Raja Mohammed VI dimulai pada 2008 dan akademi dibuka pada 2009, diikuti komplek pelatihan bernilai sekitar Rp 1 triliun (sekitar 65 juta dolar AS) pada 2019. Tujuannya adalah memberi talenta muda fasilitas modern, pelatih berkualitas, pendidikan yang baik, dan lingkungan sehat untuk sukses di level internasional.
Para pengamat luar negeri juga menilai peningkatan profil sepak bola Maroko tidak terjadi secara kebetulan; langkah-langkah membangun fasilitas sepak bola ini dianggap sebagai strategi terencana yang berhasil.
Namun, pembiayaan besar juga memantik perdebatan. Protes Gen Z menyoroti fokus pemerintah membangun fasilitas stadion sambil menyikapi isu layanan publik, meski Maroko menargetkan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2030 bersama Spanyol–Portugal.
Menurut Bounouar, mayoritas warga melihat sepak bola sebagai proyek nasional penting yang membawa manfaat luas, mulai dari persatuan nasional hingga promosi pariwisata.
Statistik FIFA dan Asosiasi Sepak Bola Maroko menunjukkan peningkatan partisipasi di tingkat akar rumput. Bounouar menilai sepak bola kini lebih melekat dalam kehidupan sehari-hari, termasuk peningkatan partisipasi perempuan, sejalan dengan upaya Raja Mohammed VI untuk memperkuat inklusivitas olahraga tersebut. Atlas Lionesses telah mencapai final Piala Negara-Negara Wanita secara berturut-turut di kandang sendiri, dengan Ghizlane Chebbak menjadi pemain Afrika tahun ini.

Hakimi: kapten dan pemain paling penting
Maroko memasuki AFCON 2025 sebagai favorit jelas, dengan rekor kemenangan beruntun 18 pertandingan beruntun sejak Maret 2024 (rekor dunia) dan catatan 50 gol serta hanya kebobolan empat dalam 20 bulan terakhir, meski kualitas lawan bervariasi. Amrabat menilai dukungan stadion kandang bisa menjadi faktor penting, karena publik bisa menjadi tenaga ekstra untuk tim.
Selain Amrabat, daftar bintang meliputi kiper top Afrika Yassine Bounou, gelandang kreatif Real Madrid Brahim Díaz, dan bek sayap Achraf Hakimi yang kapten tim dan sangat dikenal di seluruh negeri. Namun cedera pergelangan kaki yang diderita Hakimi pada laga Liga Champions melawan Bayern Munich bisa mempengaruhi partisipasinya. Pelatih Walid Regragui menegaskan, "Kami akan berusaha agar dia 100% pulih, tetapi jika tidak, tim tetap siap. Dia tetap menjadi sosok paling penting, baik di lapangan maupun ruang ganti."
Maroko memulai kampanye mereka melawan Komoro sebagai laga pembuka turnamen. “Ini adalah momen kami,” kata Amrabat. “Saya bermimpi memberi kebahagiaan kepada publik Maroko.”
Komentar ahli
Jalal Bounouar: "Target utama kami adalah juara AFCON; itu bukan sekadar ambisi, melainkan langkah logis setelah beberapa era pembangunannya."
Ringkasan singkat
Maroko memanfaatkan infrastruktur sepak bola mutakhir dan tim inti berkualitas untuk menatap AFCON 2025 sebagai tuan rumah. Prestasi terbaru tim nasional dan pembelajaran dari program pembangunan jangka panjang meningkatkan harapan publik, meski menjaga kebugaran bintang seperti Hakimi tetap menjadi tantangan. Gelaran di kandang sendiri bisa mengubah narasi sepak bola Afrika secara signifikan.
Inti dari kisah ini adalah upaya terencana Maroko dalam membangun infrastruktur dan program pembinaan sepak bola yang kuat, yang berpotensi mengantarkan mereka meraih AFCON 2025. BBC Sport
Temukan berita terbaru dan peristiwa terkini di kategori Berita Olahraga pada tanggal 19-12-2025. Artikel berjudul "AFCON 2025: Akankah Maroko Raih Dominasi Afrika di Kandang Sendiri?" memberikan informasi paling relevan dan terpercaya di bidang Berita Olahraga. Setiap berita dianalisis secara mendalam untuk memberikan wawasan berharga bagi pembaca kami.
Informasi dalam artikel " AFCON 2025: Akankah Maroko Raih Dominasi Afrika di Kandang Sendiri? " membantu Anda membuat keputusan yang lebih tepat dalam kategori Berita Olahraga. Berita kami diperbarui secara berkala dan mematuhi standar jurnalistik.


