Mengenali dan Mengatasi Kekerasan Verbal: Tanda dan Langkah Penting
Ann Pietrangelo
Ann Pietrangelo 7 tahun yang lalu
Penulis Medis & Reporter Kesehatan #Kesehatan Seksual
0
3.8K

Mengenali dan Mengatasi Kekerasan Verbal: Tanda dan Langkah Penting

Kekerasan verbal adalah bentuk penyiksaan yang sering tersembunyi namun berdampak besar. Pelajari cara mengenali pola-pola kekerasan verbal di berbagai hubungan dan temukan langkah efektif untuk menjaga kesehatan mental dan emosional Anda.

Kekerasan verbal bukan sekadar pertengkaran biasa. Memanggil nama dengan kasar, sarkasme menyakitkan, menyalahkan, manipulasi, dan ancaman merupakan tanda-tanda utama. Menetapkan batasan dan jika memungkinkan memutuskan hubungan adalah cara penting untuk melindungi diri Anda.

Kekerasan dapat muncul dalam berbagai bentuk, tidak selalu fisik. Ketika seseorang sering menggunakan kata-kata untuk merendahkan, menakut-nakuti, atau mengendalikan orang lain, itu termasuk kekerasan verbal.

Seringkali, istilah kekerasan verbal muncul dalam konteks hubungan asmara atau hubungan orang tua-anak. Namun, ini juga dapat terjadi dalam keluarga lain, lingkungan sosial, atau tempat kerja.

Kekerasan verbal dan emosional memiliki dampak yang dalam dan kadang dapat berkembang menjadi kekerasan fisik.

Jika Anda mengalami kekerasan verbal, ingatlah bahwa itu bukan kesalahan Anda. Teruskan membaca untuk memahami cara mengenali dan langkah-langkah yang bisa Anda ambil.

Apa Perbedaan Kekerasan Verbal dengan Pertengkaran Biasa?

Kita semua kadang bertengkar, kehilangan kesabaran, dan berteriak. Itu hal yang manusiawi. Namun, kekerasan verbal bukanlah hal yang normal.

Mengalami hubungan yang penuh kekerasan verbal bisa membuat Anda terbiasa dan menganggapnya normal.

Berikut contoh pertengkaran sehat:

  • Tidak berubah menjadi hinaan atau serangan pribadi.
  • Tidak terjadi setiap hari.
  • Fokus pada masalah inti, bukan menyerang karakter.
  • Mendengarkan dan mencoba memahami sudut pandang lain, meskipun marah.
  • Terkadang ada teriakan atau kata kasar, tapi jarang dan diselesaikan bersama.
  • Meski tidak sepenuhnya setuju, bisa berkompromi tanpa ancaman.
  • Pertengkaran tidak membuat satu pihak menang dengan mengorbankan yang lain.

Waspadalah jika pasangan Anda melakukan hal berikut:

  • Menghina atau mencoba mempermalukan Anda, lalu menyebut Anda terlalu sensitif atau menganggapnya lelucon.
  • Sering berteriak atau berteriak-teriak pada Anda.
  • Pertengkaran datang tiba-tiba, tapi Anda selalu disalahkan.
  • Masalah kecil memicu serangkaian tuduhan dan hal-hal lama dibawa-bawa.
  • Membuat Anda merasa bersalah sambil berperan sebagai korban.
  • Berbeda sikap saat bersama orang lain dan saat berdua saja.
  • Memasuki ruang pribadi atau menghalangi Anda pergi.
  • Memukul dinding, mengepalkan tangan, atau melempar barang.
  • Mengharapkan pujian karena tidak melakukan kekerasan fisik.

1. Memanggil Nama

Memanggil nama dengan kata kasar atau julukan yang menyakitkan, baik dalam hubungan asmara, orang tua-anak, atau perundungan, adalah cara merendahkan yang berbahaya.

Contohnya:

  • "Kamu nggak paham, sayang, karena kamu terlalu bodoh."
  • "Nggak heran orang-orang bilang kamu menyebalkan."

2. Sikap Meremehkan

Sikap condescending bertujuan membuat Anda merasa rendah, dengan komentar sinis dan merendahkan untuk menunjukkan superioritas.

Contohnya:

  • "Biar aku jelaskan dengan cara yang mudah kamu mengerti."
  • "Aku yakin kamu sudah berusaha dengan make-up-mu, tapi mending cuci dulu sebelum dilihat orang."

3. Kritik Tajam

Kritik membangun memang sehat, tapi dalam kekerasan verbal, kritik sering kali kasar dan terus-menerus untuk melemahkan harga diri.

Contohnya:

  • "Kamu selalu marah-marah, sok jadi korban, makanya nggak ada yang suka."
  • "Kamu salah lagi. Bisa nggak sih benar sekali saja?"

4. Merendahkan

Pelaku ingin Anda merasa buruk tentang diri sendiri dengan rasa malu dan penghinaan yang memotong kepercayaan diri.

Contohnya:

  • "Sebelum aku datang, kamu bukan apa-apa. Tanpaku, kamu juga nggak ada artinya."
  • "Lihat dirimu, siapa lagi yang mau sama kamu?"

5. Manipulasi

Manipulasi adalah usaha mengendalikan Anda tanpa perintah langsung, membuat Anda bingung dan tergantung.

Contohnya:

  • "Kalau kamu lakukan itu, berarti kamu nggak peduli sama keluarga dan semua orang akan tahu."
  • "Kalau kamu benar-benar cinta aku, kamu pasti lakukan ini."

6. Menyalahkan

Pelaku akan menyalahkan Anda atas perilaku mereka, membuat Anda merasa bertanggung jawab atas kekerasan verbal yang terjadi.

Contohnya:

  • "Aku nggak suka bertengkar, tapi kamu bikin aku marah!"
  • "Aku harus teriak karena kamu nggak masuk akal dan keras kepala!"

7. Tuduhan

Sering dituduh bisa jadi tanda rasa cemburu atau pelaku sendiri yang bersalah, membuat Anda ragu terhadap diri sendiri.

Contohnya:

  • "Aku lihat cara kamu lihat mereka. Jangan bilang nggak ada apa-apa."
  • "Kenapa kamu nggak kasih tahu aku nomor HP-mu kalau nggak ada yang disembunyikan?"

8. Mengabaikan atau Mengisolasi

Menghindari komunikasi atau kontak mata, bahkan mengusir Anda dari ruangan untuk membuat Anda berusaha lebih keras mendapatkan perhatian.

Contohnya:

  • Di rumah teman, Anda mengatakan sesuatu yang tidak disukai, dia pergi tanpa bicara dan meninggalkan Anda menjelaskan sendiri.
  • Dia tahu Anda perlu bicara soal jemput anak, tapi mengabaikan panggilan dan pesan Anda.

9. Gaslighting

Gaslighting membuat Anda meragukan ingatan dan persepsi, sering membuat Anda minta maaf atas kesalahan yang sebenarnya bukan milik Anda.

Contohnya:

  • Anda mengingat suatu kejadian, tapi pelaku menyangkalnya dan bilang Anda hanya berkhayal.
  • Pelaku mengatakan pada orang lain bahwa Anda pelupa atau bermasalah secara emosional.

10. Pertengkaran Berulang

Mengulang-ulang pertengkaran lama untuk memancing emosi Anda tanpa niat menyelesaikan masalah.

Contohnya:

  • Pekerjaan Anda sering lembur tanpa pemberitahuan, dan setiap kali itu masalah keterlambatan muncul kembali.
  • Anda sudah bilang belum siap punya anak, tapi pasangan terus membahasnya tiap bulan.

11. Ancaman

Ancaman jelas menandakan kekerasan verbal bisa meningkat menjadi fisik, bertujuan menakut-nakuti agar Anda menurut.

Contohnya:

  • "Kalau kamu pulang malam ini, mungkin ada tanda 'dijual' di halaman dan aku mungkin sudah pergi bersama anak-anak."
  • "Kalau kamu lakukan itu, nggak ada yang salah kalau aku bereaksi seperti ini."

Apa yang Harus Dilakukan

Jika Anda merasa mengalami kekerasan verbal, percayalah pada insting Anda. Kekerasan ini bisa memburuk seiring waktu. Setelah mengenalinya, tentukan langkah yang tepat bagi Anda.

Tidak ada jawaban tunggal untuk semua situasi. Semua bergantung pada kondisi pribadi Anda.

Mencoba berdebat dengan pelaku seringkali sia-sia. Ingat, Anda tidak bertanggung jawab atas perilaku orang lain.

Tetapkan batasan. Mulailah dengan menolak terlibat dalam pertengkaran yang tidak masuk akal dan beri tahu mereka Anda tidak akan mentolerir kekerasan verbal.

Batasi interaksi dengan pelaku sebanyak mungkin. Jika Anda berbagi lingkaran sosial, buat keputusan sulit untuk menjaga jarak. Jika tidak bisa menghindar, usahakan hanya bertemu dalam situasi ramai.

Ketika sudah siap, putuskan semua hubungan jika memungkinkan. Memutuskan hubungan bisa rumit jika Anda tinggal bersama, punya anak, atau tergantung secara finansial.

Berkonsultasi dengan konselor atau bergabung dengan kelompok pendukung bisa sangat membantu. Perspektif luar sering membuka cara pandang baru dan membantu merencanakan langkah selanjutnya.

Harapan dan Pemulihan

Pemulihan membutuhkan waktu, tapi penting untuk tidak mengisolasi diri. Hubungi teman dan keluarga yang mendukung. Jika Anda masih sekolah, bicaralah dengan guru atau konselor. Terapis juga dapat membantu proses pemulihan.

Jika Anda butuh panduan memisahkan diri dari pelaku atau takut kekerasan meningkat, berikut beberapa sumber terpercaya:

  • Break the Cycle: Mendukung remaja dan dewasa muda membangun hubungan sehat dan mengakhiri siklus kekerasan.
  • DomesticShelters.org: Informasi edukatif, hotline, dan database layanan pendukung di sekitar Anda.
  • Love Is Respect (Hotline Kekerasan Pacaran Nasional): Layanan chat, telepon, dan SMS bagi kaum muda.
  • National Domestic Abuse Hotline (800-799-7233): Layanan 24/7 dengan akses ke penyedia layanan dan tempat penampungan di seluruh AS.

Setelah keluar dari situasi kekerasan verbal, Anda akan lebih mudah melihat apa yang sebenarnya terjadi dan mulai membangun hidup yang lebih sehat.

Temukan topik menarik dan konten analitis di kategori Kesehatan Seksual pada tanggal 02-07-2018. Artikel berjudul "Mengenali dan Mengatasi Kekerasan Verbal: Tanda dan Langkah Penting" memberikan wawasan baru dan panduan praktis di bidang Kesehatan Seksual. Setiap topik dianalisis secara teliti untuk memberikan informasi yang berguna bagi pembaca.

Topik " Mengenali dan Mengatasi Kekerasan Verbal: Tanda dan Langkah Penting " membantu Anda membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kategori Kesehatan Seksual. Semua topik di situs kami unik dan menawarkan konten berharga bagi audiens.

0
3.8K

Inliber adalah platform berita global yang menyajikan informasi akurat dan terpercaya dari seluruh dunia secara cepat.

Kami menyajikan liputan mendalam tentang teknologi, politik, kesehatan, olahraga, budaya, keuangan, dan banyak lagi. Inliber dirancang untuk semua pengguna internet dengan antarmuka yang ramah, sumber tepercaya, dan konten berkualitas tinggi di era digital saat ini.