Rosalía Lux: Membuka Percakapan Musik Klasik untuk Generasi Muda di Indonesia
Rilisan terbaru Rosalía, Lux, memicu perbincangan luas tentang musik klasik di kalangan pendengar muda. Simak kolaborasinya dengan Orkestra Simfoni London dan dampaknya terhadap minat musik klasik.
Rilisan terbaru Rosalía, Lux, menandai pergeseran besar dalam bagaimana musik pop modern bersinggungan dengan suara orkestra. Sebelum albumnya dirilis, penyanyi asal Spanyol itu membagikan teaser di Instagram yang menampilkan nuansa musik klasik, menandai arah baru bagi karyanya. Lagu pembuka Berghain, misalnya, menyusul tembakan biola dan paduan paduan vokal gerejawi yang menimbulkan antisipasi besar terhadap album ini.
Rosalía mengerjakan Lux bersama Orkestra Simfoni London (OSL), sebuah kolaborasi yang menonjolkan potensi sinergi antara dunia pop kontemporer dan orkestra tradisional. Proyek ini tidak hanya memicu perbincangan di kalangan penggemar musik, tetapi juga menarik perhatian pendengar muda yang sebelumnya kurang akrab dengan musik klasik.
Kolaborasi yang menantang stereotip musik klasik
Beberapa pendengar muda menilai bahwa musik klasik sering dianggap eksklusif. Namun, para pelaku industri musik berpendapat kolaborasi lintas genre bisa membuat musik klasik terasa relevan dan menarik bagi generasi baru. Hattie Butterworth, editor Choir & Organ serta Opera Now, menyatakan bahwa keaslian artistik menjadi faktor kunci yang membuat penonton modern tertarik pada karya yang mengaitkan unsur konsertradisi dengan bahasa musik saat ini.
Akademi LSO Timur London, sebuah program gratis untuk siswa 11–18 tahun yang ingin belajar alat musik, menjadi contoh bagaimana generasi muda bisa terhubung dengan orkestra. Si, seorang pelajar berusia 15 tahun yang mengikuti program ini, mengatakan bahwa melihat Rosalía terhubung dengan musik klasik membuatnya lebih termotivasi untuk terus bermain.

Di Akademi LSO Timur London, para murid merasakan dampak nyata dari kolaborasi ini. Ayanna, 18 tahun, seorang siswa cello, mengungkapkan bahwa meskipun awalnya kurang menyukai alat musiknya, ia akhirnya jatuh hati pada suara yang dihasilkannya. Ia berpendapat keterlibatan komunitas minoritas dalam musik bisa menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung karier musik.
Belinda "Bindi" McFarlane, pemain biola kedua yang telah lama bergabung dengan orkestra selama 35 tahun, menceritakan bagaimana proses rekaman melibatkan Rosalía secara langsung. Ia memuji cara Rosalía merangkai bagian-bagian rekaman yang telah mereka buat menjadi sebuah karya yang lebih utuh dan bersemangat.

Keberadaan kolaborasi semacam ini juga berdampak pada budaya media sosial. TikTok mencatat lonjakan konten yang menggunakan cuplikan lagu La Perla dan Berghain, dengan ratusan ribu postingan dan miliaran tayangan. Namun, survei kecil untuk TikTok menunjukkan bahwa sekitar sepertiga remaja merasa musik klasik masih terasa eksklusif dan tidak ramah bagi pemula.

Ayanna, yang merupakan bagian dari Akademi LSO Timur, menambahkan bahwa keberlanjutan pengalaman belajar musik sangat penting. Ia mengakui adanya kendala biaya dan hambatan kesempatan yang sering membuat bakat muda dari berbagai latar belakang terhalang. Namun, program pelatihan di akademi tersebut membantu membangun komunitas yang lebih inklusif dan beragam.

Belinda McFarlane menambahkan bahwa selama sesi rekaman, Rosalía berkolaborasi secara erat meski hanya bagian tertentu yang didengar pada satu waktu. Hasil akhirnya adalah karya yang begitu menggugah dan terasa sangat autentik. Bertemu Rosalía selama proses tersebut menjadi momen yang sangat istimewa bagi para musisi.

Untuk pendengar yang ingin mengikuti update terkait peristiwa ini, tersedia siaran Newsbeat pada jam tertentu serta rekaman yang bisa didengarkan kembali.
Tak hanya gosip media sosial, melainkan dampak nyata
Kehadiran Lux membawa pembicaraan yang lebih luas tentang bagaimana pop dan musik klasik bisa saling melengkapi. Para pelajar, pengajar, dan penggemar musik di seluruh komunitas menilai kunci keberhasilan terletak pada keaslian dan kemampuan untuk menghubungkan bahasa musik tradisional dengan gaya kontemporer.
Karya ini juga menyorot potensi karier bagi para musisi muda dari berbagai latar belakang, yang sering dihadapkan pada kendala ekonomi maupun budaya. Sensor waktu rekaman yang intensif dan kolaborasi lintas genre menunjukkan bagaimana industri musik bisa menjadi lebih inklusif sambil menjaga kualitas artistik.
Ringkasan kunci: Kolaborasi Rosalía dengan Orkestra Simfoni London membuka peluang bagi generasi muda untuk mengeksplorasi musik klasik. Sumber
Penutup
Lux bukan sekadar eksperimen artistik, melainkan bukti bahwa musik bisa menghubungkan generasi melalui bahasa yang beragam. Kolaborasi seperti ini memperjelas bahwa musik klasik tetap relevan ketika diperlakukan dengan keaslian dan inovasi yang tepat.
Pendapat ahli: Seorang pakar musik menyatakan bahwa kolaborasi lintas genre seperti ini bisa memperluas audiens dan mengubah persepsi publik terhadap musik klasik.
Intinya, cerita ini menunjukkan masa depan musik yang lebih inklusif, di mana artis kontemporer dan orkestra tradisional saling melengkapi untuk menjangkau lebih banyak pendengar di Indonesia maupun global.


