Matcha-pria: tren minum matcha di kalangan pria dan dampaknya
Fenomena matcha-pria merespons tren minum matcha di kalangan pria, membahas stereotip gender, serta cara menilai preferensi minuman secara adil tanpa prasangka.
Fenomena matcha-pria sedang ramai dibahas di media sosial, memunculkan perdebatan soal maskulinitas dan pilihan minuman. Artikel ini membahas arti istilah, bagaimana tren ini muncul, dan bagaimana menilai preferensi seseorang secara adil tanpa stereotip.
Apa itu matcha-pria?
Sederhananya, matcha-pria adalah sebutan untuk pria yang suka minum matcha, terutama versi latte dengan susu nabati. Istilah ini muncul sebagai respons terhadap pembatasan gender dalam konsumsi makanan dan minuman di berbagai platform sosial.
Mengapa topik ini ramai di media sosial
Awalnya, seorang pembuat konten memuji matcha hingga mendapat ratusan ribu like. Beberapa waktu kemudian, seorang kreator TikTok mengkritik pria yang memilih latte matcha di kedai kopi, bukan kopi hitam. Perdebatan pun meluas soal apakah minuman hijau ini layak dinilai berdasar gender atau hanya selera pribadi.
Stigma gender dalam pilihan minuman
Penelitian menunjukkan manusia kadang mengkategorikan makanan dan minuman berdasarkan gender. Banyak pria menghindari hal yang dianggap terlalu feminin karena takut kehilangan identitas maskulin, lalu mencoba menebusnya lewat bidang lain. Namun jika alasan utamanya adalah rasa atau preferensi, hal itu tetap wajar.
Apakah minuman matcha berbahaya bagi pria?
Secara teknis, minuman berwarna hijau tidak membahayakan siapa pun. Isu utama adalah label sosial yang melekat pada minuman tersebut. Ada fenomena disebut pria performatif yang berusaha tampil trendi untuk mendapat perhatian, bukan karena minatnya benar-benar.
Menilai individu hanya dari minuman yang dipilih bisa menyesatkan, karena manusia itu kompleks. Jalan tengahnya adalah menghargai perbedaan selera tanpa menilai terlalu dalam satu kebiasaan saja.
Komentar ahli
Dr. Rina Pratama, pakar sosiologi konsumsi, menjelaskan tren ini mencerminkan bagaimana identitas terbentuk lewat gaya hidup di kalangan muda. Ia menekankan bahwa preferensi minuman sah adanya, selama tidak menyinggung orang lain.
Ringkasan singkat
Tren matcha-pria menunjukkan bagaimana persepsi gender bisa membentuk pandangan terhadap minuman tertentu. Menikmati matcha bukan pelanggaran maskulinitas, sepanjang kita saling menghormati dan tidak bergantung pada stereotip. Intinya adalah menghargai pilihan pribadi dan menghindari label berlebihan berdasarkan minuman yang dipilih.
Inti dari pembahasan: Jangan menghakimi seseorang hanya karena minumannya; hargai preferensi diri dan hindari stereotip maskulinitas yang sempit.


