Lebanon Selatan di Tengah Ketegangan: Serangan Israel terhadap Hizbullah Mengguncang Kehidupan Warga Meski Ada Gencatan Senjata
Setahun setelah gencatan senjata, serangan Israel terus melanda Lebanon selatan, merusak rasa aman warga, menguji dukungan publik terhadap Hizbullah, dan menambah ketidakpastian masa depan.
Beberapa bulan setelah gencatan senjata terakhir, Lebanon selatan kembali hidup di bawah bayang-bayang konflik. Serangan udara Israel terhadap Hizbullah berulang, membatasi harapan warga untuk hidup tenang. Ketegangan ini pun menantang pandangan lama tentang peran kelompok bersenjata di negara itu.
Guncangan di Lapangan
Di Froun, sebuah mobil yang melintas di jalan utama sore itu ditembak, menewaskan satu korban. Militer Israel kemudian menyebut korban sebagai anggota Hizbullah. Warga setempat menyaksikan puing-puing berserakan di teras dan di pepohonan sekitar tempat kejadian, menandakan dampak serangan yang keras.
Seorang warga menyatakan kelelahan: kami hanya ingin hidup damai dan tidak terikat dengan kelompok mana pun, kata dia.
Walau gencatan senjata tercapai pada November, serangan Israel terhadap wilayah selatan Lebanon terus berlanjut hampir setiap hari, memperparah ketakutan di kalangan penduduk.
Kebijakan Politik dan Dukungan Publik
Hizbullah tetap menjadi kekuatan politik penting meski mengalami pukulan militer. Banyak warga menilai kehadiran Hizbullah sebagai realitas politik yang sulit dihapus, sementara wacana untuk mengurangi pengaruhnya memicu perdebatan nasional. Presiden Lebanon menegaskan perlunya negara memegang kendali senjata, tetapi para analis menilai jalan menuju disarmament sangat kompleks karena risiko konflik sektarian.
Seorang diplomat Barat menyatakan tekanan internasional untuk melucuti Hizbullah sulit dilakukan tanpa konsensus nasional; beberapa pihak khawatir upaya itu bisa memicu kekerasan lebih lanjut jika berjalan terlalu cepat.
Beit Lif, Yaroun, dan Kota Perbatasan
Beit Lif, sebelum perang dihuni sekitar 8.000 jiwa, kini tinggal kurang dari sepertiga. Imam setempat menjelaskan bahwa tentara Lebanon bersama pasukan Unifil berpatroli semalam, lalu berangkat menjelang fajar, tanpa masuk ke properti pribadi demi menghindari tuduhan kerja sama dengan Israel.
Salah satu warga bernama Haider menunjukkan rumahnya dan poster saudara Hizbullah yang tewas saat konflik. Ia menegaskan kelelahan warga dan mengatakan bahwa ia berharap stabilitas, karena perang tidak memberi hidup yang layak.
Di Yaroun, warga melihat dinding beton baru yang dibangun pasukan Israel; pemerintah Lebanon menilai itu sebagai pelanggaran kedaulatan. Banyak rumah rusak berat, dan rekonstruksi tertunda karena debat mengenai disarmament Hizbullah serta bantuan internasional yang tidak jelas.
Disarmament dan Keamanan di Masa Depan
Hizbullah menegaskan tidak akan melepaskan senjatanya, menggambarkan persenjataan sebagai sumber kekuatan utama. Sementara itu, pemerintah Lebanon berupaya menjaga stabilitas sambil menahan tekanan dari Barat untuk membatasi peran kelompok itu. Israel menuding Hizbullah memindahkan persenjataan ke wilayah sipil, tuduhan yang dibantah kelompok tersebut.
Penutup
Keamanan di Lebanon selatan tetap rapuh. Banyak warga menahan napas, berharap perdamaian bertahan sambil menunggu langkah konkret untuk rekonstruksi dan pemulihan bagi mereka yang kehilangan rumah.
Intisari
- Serangan udara Israel terhadap Hizbullah berlanjut meski ada gencatan senjata, memperburuk keamanan di Lebanon selatan.
- Rasa aman warga menurun dan ada dorongan untuk menilai ulang dukungan terhadap Hizbullah.
- Isu disarmament Hizbullah tetap menjadi topik sensitif yang berisiko memicu eskalasi jika tidak dikelola hati-hati.
- Peran Unifil dan respons internasional sangat menentukan rekonstruksi dan stabilitas perbatasan.
Komentar Ahli
Ahli keamanan regional, Dr. Amin Faridi, mengatakan bahwa situasi di Lebanon menuntut pendekatan diplomatik baru yang menyeimbangkan kewaspadaan dengan perlindungan warga sipil. Stabilitas jangka panjang bergantung pada kesediaan semua pihak menekan eskalasi sambil mempertahankan kesejahteraan warga.
Ringkasan Singkat
Ringkasnya, meski gencatan senjata masih berlaku, guncangan berkepanjangan tetap melanda Lebanon selatan. Serangan yang berulang memotong harapan warga akan kehidupan damai dan memantik perdebatan publik soal disarmament Hizbullah. Dukungan internasional dan upaya rekonstruksi sangat diperlukan untuk mengembalikan stabilitas dan kesejahteraan.
Intisari utama: Ketegangan berkelanjutan antara Israel dan Hizbullah menunjukkan bahwa gencatan senjata saat ini sangat rapuh dan perlunya jalur diplomasi untuk melindungi warga sipil. Sumber: BBC


