Wales tumbang 0-73 vs Afrika Selatan: arah rugby Wales berikutnya
Kekalahan telak Wales dari Afrika Selatan memicu perdebatan sengit tentang masa depan Welsh Rugby Union (WRU), reformasi, dan langkah untuk membangun kembali rugby nasional Wales.
Wales menelan kekalahan memalukan 0-73 dari Afrika Selatan dalam pertandingan kandang, menandai salah satu titik terendah dalam sejarah rugby nasional mereka.
Dalam duel yang berlangsung di Stadion Principality, Cardiff, Wales mengalami kehampaan skor terbesar di kandang sendiri sejak era profesional. Era seperti ini membuat pengamat bertanya-tanya bagaimana kelanjutan perjalanan rugby Wales.
Ketika itu, beberapa bulan sebelumnya Wales juga merasakan kekalahan berat di kandang sendiri saat menghadapi Inggris dengan rekaman 68-14. Ternyata, kekalahan itu tidak menjadi puncak; Sabtu malam di Cardiff justru menunjukkan seberapa dalam masalah yang dihadapi Wales.
Performa buruk ini menambah daftar menghantam yang membuat catatan buruk Welsh rugby kian panjang sejak kekalahan di perempat final Piala Dunia 2023 melawan Argentina di Marseille.
Sejak kekalahan itu, Wales telah kalah di 20 dari 22 pertandingan berikutnya di dua tahun kalender terakhir. Pada 2024, mereka menelan 11 kekalahan dalam Test matches, dan 2025 belum menunjukkan perbaikan signifikan meski ada kemenangan atas Jepang. Gangguan ini membuat 2025 menjadi lebih berat daripada 2024 bagi tim nasional Wales.
Musim yang berat bagi rugby Wales
Rangkaian kekalahan berujung pada pertanyaan besar soal masa depan tim nasional Wales, pelatih, dan sistem liga profesional di Wales. Beberapa kejadian penting mencakup kekalahan berturut-turut, hingga tiga perubahan kepala pelatih dalam waktu singkat, dari Warren Gatland ke pelatih interim hingga Steve Tandy.
Awal tahun ini Wales juga kehilangan satu set tajam terakhir talenta inti saat disiapkan menghadapi pertandingan di luar kalender resmi Rugby Dunia, menambah beban pada para pemain muda yang sedang berkembang.
WRU dan pertanyaan tentang reformasi masa depan
Presiden WRU, Terry Cobner, mengutip ungkapan tentang ketahanan di tengah krisis, namun kenyataannya organisasi tersebut berada di ujung tanduk untuk melakukan perubahan besar. Rapat tahunan WRU (AGM) yang dijadwalkan berlangsung tidak lama setelah kekalahan terbaru ini diperkirakan akan menjadi ajang perdebatan sengit.
WRU telah mengusulkan pengurangan jumlah tim profesional Wales dari empat menjadi tiga, meski detail rencana dan cara pelaksanaannya masih belum jelas. Negosiasi dengan empat klub utama—Ospreys, Scarlets, Cardiff, dan Dragons—akan berlanjut hingga Desember dengan harapan menyepakati solusi secara konsensus. Jika gagal, prosesnya bisa berlanjut ke tender yang diperkirakan memakan waktu enam bulan.
Rencana ini dipimpin oleh Direktur Rugby WRU dan Kepala Kinerja Elite Dave Reddin, serta dipayungi oleh ketua komite Richard Collier-Keywood dan CEO Abi Tierney, yang baru kembali bekerja setelah menjalani pengobatan kanker.
Tandy menghadapi ujian pertahanan

Penunjukan Steve Tandy sebagai pelatih utama telah menjadi ujian besar sejak musim pertama. Kekalahan dari Argentina, Selandia Baru, dan Afrika Selatan, disertai kemenangan dekat atas Jepang, menunjukkan tantangan besar bagi lini pertahanan Wales yang menjadi fokus utama.
Wales telah kebobolan 27 kali tries dan 200 poin dalam empat pertandingan November terakhir, menunjukkan perlunya pelatih pertahanan yang berpengalaman segera direkrut untuk persiapan Six Nations mendatang. Selain itu, staf pelatih pendamping perlu diperkuat untuk mendukung Tandy dalam memperbaiki pertahanan negara.
Komentar ahli
Komentar pakar: Mantan pemain Wales, James Hook, menegaskan bahwa para pemain tidak boleh disalahkan secara individu atas situasi ini. Ia menekankan bahwa ketidakpastian di dalam dan luar lapangan telah berdampak signifikan pada para pemain muda.
Kepada latihan ulang, hingga masa depan yang lebih jelas
Kepada para kapten, Dewi Lake, tekad untuk tidak membiarkan tim berada pada kondisi seperti ini lagi disuarakan dengan tegas. Ada kekhawatiran mengenai dampak krisis ini terhadap pemain muda dan masa depan karier mereka di rugby internasional.
Beberapa pihak menilai bahwa pertandingan uji coba terakhir menghadirkan rasa tak berdaya karena tim Wales menurunkan banyak pemain berbasis klub luar negeri. Meski Afrika Selatan juga memakai skuad campuran, kualitas cadangan mereka tetap lebih dalam dibandingkan Wales.
Secara keseluruhan, publik rugby Wales menuntut perubahan nyata—baik di tingkat manajemen, staf pelatih, maupun strategi jangka panjang untuk membangun kembali kejayaan rugby nasional.
Ringkasan singkat
Kekalahan telak 0-73 dari Afrika Selatan menggambarkan tantangan besar bagi rugby Wales. WRU berada di bawah tekanan untuk mereformasi struktur profesional, memilih staf pelatih yang tepat, dan membangun kesinambungan prestasi di masa mendatang. Pelaku di dalam tim menekankan bahwa perbaikan harus dimulai sekarang, agar momentum positif tidak lagi terhenti. Dukungan publik dan pemangku kebijakan akan diuji melalui proses AGM dan negosiasi dengan klub-klub utama.
Inti utama yang perlu dicatat adalah kebutuhan mendesak untuk reformasi menyeluruh pada WRU dan tim nasional Wales agar mampu kembali bersaing di level tertinggi. BBC Sport


