Aplikasi didukung Sarah Ferguson gagal, dana publik hilang miliaran rupiah
Laporan dokumen menunjukkan vVoosh menerima pendanaan publik lebih dari Rp171 miliar namun tak pernah diluncurkan produk siap pakai.
Penyelidikan administrasi mengungkap bahwa aplikasi gaya hidup bernama vVoosh menerima dana publik sekitar Rp171 miliar namun tidak pernah diluncurkan, meski dukungan kuat dari figur publik. vVoosh dipelopori oleh Manuel Fernandez, sahabat dekat Sarah Ferguson, yang pernah menyebut dirinya sebagai duta proyek tersebut sekaligus investor.
vVoosh menjanjikan kemampuan bagi pengguna untuk menemukan, merencanakan, membagikan, menjalani, dan mengingat semua hal yang mereka cintai maupun yang ingin dicoba di masa depan.
Selama perjalanannya, perusahaan berhasil menghimpun sekitar £9 juta—sekitar Rp171 miliar—termasuk lebih dari £1 juta (sekitar Rp19 miliar) dari pemerintah Inggris melalui kredit pajak penelitian dan pengembangan (R&D tax credits). Tim kerja berasal dari Inggris dan India untuk mengerjakan aplikasi itu, tetapi tanpa pendapatan, pengembangan tidak dapat dilanjutkan. Progres terhenti setelah kontraktor India mengancam tindakan hukum.
Laporan administrator mencatat adanya “keretakan komunikasi” antara direktur saat ini/creditor utama dan pendiri, Fernandez, yang berhenti berkomunikasi setelah mengundurkan diri dari jabatan di awal tahun. Perusahaan juga berutang sekitar £324.609 (sekitar Rp6,17 miliar) kepada mantan direktur, diduga Fernandez, orang yang menjadi satu-satunya direktur yang mundur sejak 2019.
Musim panas lalu Fernandez dilaporkan menjual rumahnya di London Utara seharga £1,3 juta (sekitar Rp24,7 miliar) dan diduga telah meninggalkan Inggris. Sementara itu, vVoosh berhutang £50.000 (sekitar Rp950 juta) kepada La Luna Investments, perusahaan milik Ferguson, yang juga memiliki kurang dari 1% saham perusahaan. Dokumen menunjukkan ada lebih dari 60 pemegang saham kecil, banyak beralamat di Essex dan London, dengan beberapa alamat di Amerika Serikat.
Para administrator menilai ada ketidakpastian besar mengenai seberapa banyak hak tagih para kreditor yang bisa pulih saat perusahaan dilikuidasi. Seorang pendukung asal Amerika, Mark Guzy, telah menanam lebih dari £400.000 (sekitar Rp7,6 miliar) untuk menjaga “layanan penting” dan melindungi nilai platform perangkat lunak yang tersisa sebagai aset utama perusahaan.
Awalnya, vVoosh berniat membagi 10% keuntungan dengan yayasan amal. Namun, Komisi Amal (Charity Commission) kini mulai mencoret pendaftaran vVoosh Charitable Foundation karena yayasan tersebut tidak beroperasi dan telah menunggak pelaporan selama lebih dari empat setengah tahun.
HMRC menolak berkomentar soal kredit pajak, sementara Mark Guzy dan direktur lainnya juga tidak memberikan respons. Fernandez membantah telah mengambil uang dari perusahaan dan menyatakan tuduhan tersebut akan dibuktikan dalam proses hukum mendatang.
Ferguson, berusia 66 tahun, kehilangan gelar duchess setelah perceraiannya, sementara beberapa bulan terakhir juga muncul laporan mengenai hubungan dengan perusahaan kripto yang gagal—menambah spekulasi mengenai keterlibatan figur publik dalam usaha yang berujung gagal.
Koreksi 6 Desember: Versi sebelumnya memasukkan angka untuk yayasan amal, namun yayasan tersebut ternyata tidak pernah beroperasi.
Komentar ahli
“Kasus vVoosh menunjukkan risiko besar ketika dukungan selebriti tanpa model bisnis yang jelas dan tata kelola keuangan yang kuat,” ujar seorang analis. “Dukungan publik perlu diimbangi transparansi pendanaan dan mekanisme akuntabilitas yang jelas.”
Ringkasan singkat
vVoosh, aplikasi gaya hidup yang didukung tokoh publik, gagal diluncurkan meski menerima pendanaan publik dan investasi. Dokumen menunjukkan masalah komunikasi internal, utang, serta ketidakpastian pemulihan bagi kreditor. Kasus ini menekankan pentingnya tata kelola perusahaan dan transparansi pendanaan dalam venture teknologi dengan dukungan selebriti.
Inti utama: dukungan selebriti terhadap startup teknologi perlu didampingi model bisnis jelas dan tata kelola keuangan yang transparan agar dana publik tidak menjadi beban di masa depan. Sumber BBC


