Lawh Wa Qalam: Museum MF Husain di Doha Rayakan Legenda Seni India
Lawh Wa Qalam merayakan karya maestro India MF Husain melalui galeri interaktif, jejak hidup, dan instalasi multimedia di Doha, Qatar.
Di ujung Doha, sebuah bangunan abu-abu biru baru muncul di cakrawala kota, memantulkan cahaya matahari lewat ubin berkilau. Museum Lawh Wa Qalam adalah tempat pertama di dunia yang secara khusus merawat karya MF Husain, sang maestro seni India, dan menjadi fokus utama bagi komunitas Seni Kontemporer di wilayah Teluk.
Fokus bangunan dan koleksi
Dengan luas sekitar 3.000 meter persegi, museum ini dibuka untuk pengunjung pekan lalu sebagai bagian dari kampus Education City milik Qatar Foundation. Di dalamnya terhimpun lebih dari 150 karya dan benda seperti lukisan, patung, film, kain tenun, dan foto yang menampilkan beragam fase karier Husain.
Desain yang mengundang eksplorasi
Kurator Noof Mohammed menjelaskan bahwa tujuan utama adalah menghadirkan suasana rumah bagi Husain, sehingga pengunjung bisa merasakan dunia sang seniman dengan cara yang intim, playful, dan reflektif.
Husain dikenal lewat seri kuda-kuda berotot yang dinamis, karya yang menjadi ikon di seni kontemporer dan terjual dengan harga tinggi. Ia juga terkenal sebagai pelukis yang berani mencoba berbagai aliran, dari kubisme hingga tema tradisional India.
Kisah lintas budaya Husain di Qatar
Husain menghabiskan masa akhir hidupnya di Qatar, yang membantunya lebih fokus pada refleksi artistik. Seorang seniman lokal, Yousef Ahmad, menyebut Husain sangat terinspirasi oleh peradaban Arab dan budaya di sini.
Museum ini menegaskan bahwa sebagian karya Husain yang paling ambisius berasal dari masa ia berada di Qatar, termasuk sebuah proyek multimedia Seeroo fi al ardh yang menggambarkan peradaban melalui gerak, suara, dan rekayasa teknis.
Sketsa menjadi arsitektur
Arsitek India Martand Khosla, yang bekerja sama dengan Qatar Foundation, membangun gedung berdasarkan sketsa Husain dari 2008. Ia menuturkan bahwa sketsa itu bukan cetak biru melainkan titik awal pemahaman: apa yang literal dan apa yang metafora, sehingga menghasilkan bahasa arsitektur baru.
Hasilnya adalah tata letak labirin yang mengundang pengunjung menyusuri tiap garis, bayangan, dan nuansa warna seakan mengikuti sapuan kuas Husain. Khosla menambahkan bahwa tujuan utama adalah menghadirkan pengalaman pribadi sang maestro melalui pameran yang dinamis.
Koleksi, kutipan, dan rotasi karya
Setiap galeri dibuka dengan kutipan Husain, dan ruangnya menampilkan perpaduan karya dari periode India hingga karya bertema Arab. Banyak orang mengenang Husain sebagai sosok yang sederhana meski kerap jadi sorotan publik. Ia juga memiliki fokus pada cerita, mitologi, dan pengalaman manusia yang luas.
Husain sempat menerima komisi besar dari Sheikh Moza bint Nasser pada 2008 untuk melukis peradaban Arab. Dari target 99 karya, ia berhasil menyelesaikan 35 karya yang kini menjadi bagian koleksi. Rencana museum adalah memutarkan karya ini secara berkala untuk menampilkan spektrum karya sang maestro secara berkelanjutan.
Melalui penataan semacam itu, Lawh Wa Qalam menekankan bahwa Husain bukan hanya bagian dari seni India, melainkan seorang seniman lintas budaya dengan pandangan global.
Komentar ahli
Komentar ahli Martand Khosla menyatakan sketsa Husain menjadi pijakan untuk bahasa arsitektur baru yang mengundang pengunjung mengeksplorasi gagasan sang seniman. Menurutnya, karya ini merangkum jelajah budaya dengan cara yang unik.
Ringkasan singkat
Ringkasan singkat: Lawh Wa Qalam adalah gerbang menuju pemahaman Husain lewat karya lintas budaya, dari India ke Qatar. Gedungnya sendiri adalah karya arsitektur yang mengajak pengunjung menelusuri perjalanan sang maestro melalui galeri interaktif dan narasi personal. Koleksi lebih dari 150 karya dipamerkan dengan rencana rotasi untuk menampilkan seluruh spektrum karya Husain secara berkelanjutan.
Inti: Lawh Wa Qalam memadukan kedalaman budaya India dan Arab melalui karya Husain, menciptakan pengalaman museum yang dinamis dan lintas budaya. Sumber: BBC News


