Kontrol Senjata Australia: Realita Kompleks di Balik Serangan Bondi
InLiber Tim Redaksi
InLiber Tim Redaksi 4 jam yang lalu
Tim Redaksi #Berita Dunia
0
0

Kontrol Senjata Australia: Realita Kompleks di Balik Serangan Bondi

Serangan Bondi memicu perdebatan kebijakan senjata Australia, meninjau warisan Port Arthur, realitas kepemilikan senjata, serta gagasan buyback nasional dan pembatasan lisensi.

Serangan Bondi Beach pada akhir pekan lalu mengubah nada pembicaraan publik tentang kendali senjata di Australia. Meski negara ini dikenal karena kebijakan yang sangat ketat pasca Tragedi Port Arthur pada 1996, kenyataannya tetap ada celah yang membuat isu ini relevan hingga hari ini.

Port Arthur di Tasmania pada 1996 menjadi titik balik besar: lebih dari setengah juta senjata diminta kembali melalui program buyback, dan larangan senjata otomatis serta semi-otomatis diperkenalkan. Kebijakan itu mendapat pujian internasional, namun implementasinya tidak sepenuhnya konsisten di seluruh wilayah negara bagian.

Ketika kejadian Bondi berlangsung, Roland Browne, aktivis kendali senjata, sedang berkumpul dengan para pendukung lain untuk mendesak larangan tipe senjata yang sama dengan yang digunakan pelaku Port Arthur. Browne, pria berusia 66 tahun yang dulu sering menghabiskan musim panas di Bondi, menilai ada kemiripan antara kedua kejadian karena keduanya terjadi di ruang publik yang ramai pengunjung.

"Ada kemiripan yang jelas: tempatnya publik dan menjadi tujuan wisata lokal maupun internasional," ujarnya kepada INLIBER. "Saya sangat kecewa pada sistem politik kita yang tidak menindaklanjuti seruan untuk pengendalian senjata dan kesehatan publik sampai ada kejadian besar seperti ini."

Secara internasional, Australia sering dipuji karena langkah-langkah head-of-state-nya, namun kenyataannya tidak selalu sederhana di dalam negeri. Banyak orang melihat warisan Port Arthur sebagai model, namun dinamika kepemilikan senjata dan perizinan di era modern masih menimbulkan perdebatan sengit.

Roland Browne sedang tersenyum di belakang layar buku dengan wajah serius

Kepemilikan senjata di Australia meningkat

Institut Australia mengungkap bahwa ada lebih dari empat juta senjata milik warga sipil, jumlahnya hampir dua kali lipat dibanding dua dekade sebelumnya. Artinya, satu senjata dimiliki sekitar tujuh orang di Australia.

Negara bagian dengan jumlah senjata terbanyak adalah Queensland, diikuti NSW dan Victoria, sedangkan Tasmania dan Northern Territory memiliki konsentrasi senjata per orang yang lebih tinggi. Temuan ini menepis pandangan umum bahwa senjata lebih banyak berada di daerah pedesaan; satu dari tiga senjata terdaftar berada di kota-kota besar NSW.

Tingkat total senjata meningkat lebih lambat dibanding pertumbuhan populasi, namun ada lebih banyak senjata per pemegang lisensi—rata-rata lebih dari empat senjata per lisensi.

Hal-hal inilah yang menjadi fokus Browne dan para pendukungnya untuk reformasi kebijakan di masa mendatang.

Peta Australia menunjukkan jumlah senjata terdaftar per negara bagian

Saat ini, hanya satu yurisdiksi—Australia Barat—yang memberlakukan batas jumlah senjata per pemegang lisensi. Peraturan baru yang diberlakukan pada Maret lalu membatasi jumlah antara lima hingga sepuluh senjata, tergantung tipe lisensi dan model senjata. Dipercaya salah satu pelaku Bondi, Sajid Akram, memiliki enam senjata terdaftar.

Browne mendorong pembatasan nasional yang lebih ketat, yakni antara satu hingga tiga senjata bergantung kategori lisensi. Namun Tom Kenyon, kepala eksekutif Sporting Shooters Association of Australia, berpendapat pembatasan jumlah senjata tidak akan efektif mencegah serangan seperti itu jika pelaku sudah terafiliasi radikalis.

Kenyon menambahkan bahwa kota memiliki konsentrasi senjata yang tinggi karena sebagian besar penduduk Australia tinggal di wilayah urban dan melakukan berburu di wilayah lain. Ia juga menyoroti bahwa akses lebih luas tidak selalu berarti kian mudah untuk mencegah kekerasan.

Peta Australia dengan perbandingan senjata terdaftar per 100 orang

Apa saja hukum senjata Australia saat ini?

Hukum kendali senjata di Australia tidak seragam di seluruh negeri; implementasinya berbeda antar negara bagian dan teritori. Secara umum, untuk mengajukan lisensi senjata, seseorang harus berusia di atas 18 tahun, dinilai layak, mengikuti kursus keselamatan, dan memiliki alasan yang dianggap sah untuk memiliki senjata.

Delapan alasan diterima, termasuk berburu rekreasi, pengendalian hama, menembak sasaran, pekerjaan (misalnya petugas keamanan), penggunaan di pertanian, perlindungan hewan, dan kolektor senjata.

Namun ada celah. Misalnya, larangan 1996 untuk bawah umur tidak sepenuhnya ditegakkan karena di beberapa yurisdiksi anak di bawah 18 tahun dapat mengakses senjata di bawah pengawasan. Selain itu, ada perbedaan larangan jenis senjata antara satu negara bagian dengan yang lain.

Setelah Port Arthur, Perdana Menteri John Howard mendorong reformasi besar: lebih dari 650.000 senjata diserahkan secara sukarela melalui program buyback, pemeriksaan latar belakang diperketat, masa pendinginan (cooling-off) diwajibkan, dan larangan senjata otomatis serta semi-otomatis diberlakukan. Kebijakan serupa juga diterapkan di Selandia Baru pasca serangan Christchurch pada 2019.

Secara global, perbedaan budaya kepemilikan senjata antara Australia dan negara lain masih terlihat jelas; survei menunjukkan mayoritas warga Australia mendukung langkah yang lebih ketat untuk mengakses senjata, dan sebagian besar ingin kebijakan lebih kuat di masa mendatang.

Tampilan influencer menjaga persenjataan

Reformasi baru pasca Bondi

Dalam beberapa jam setelah serangan Bondi, Perdana Menteri NSW Chris Minns menekankan perlunya memperketat hukum senjata negara bagian. Tak lama kemudian, para pemimpin nasional berkomitmen untuk memperketat aturan dan meluncurkan rencana buyback berskala nasional, langkah terbesar sejak 1996.

  • membatasi jumlah senjata yang dapat dimiliki secara legal
  • membatasi lisensi yang terlalu terbuka
  • menjadikan kewarganegaraan Australia syarat kepemilikan senjata
  • meningkatkan pertukaran intelijen saat penilaian lisensi dilakukan

Albanese menambahkan perlunya tinjauan lisensi secara berkala karena kondisi seseorang bisa berubah atau mengalami radikalisasi seiring waktu.

Howard, pembuat kebijakan di balik reformasi 1996, mengapresiasi langkah lebih ketat tetapi menyatakan bahwa fokus utama seharusnya bukan hanya soal senjata, melainkan meluas ke peningkatan anti-semitisme dan faktor sosial lainnya.

Tom Kenyon mengingatkan bahwa sumber daya sebaiknya dipakai untuk menanggulangi radikalisasi, bukan hanya membatasi kepemilikan senjata. Ia juga menyoroti bahwa seandainya ada peningkatan intelijen sejak dini, kemungkinan besar identitas pelaku bisa terdeteksi lebih dini di registry senjata NSW.

Selain itu, usulan mengenai registrasi senjata nasional—yang dulunya mandek—kembali jadi prioritas setelah kejadian Wieambilla pada 2022 menjadi katalis untuk mempercepat prosesnya.

Perbincangan seputar perburuan rekreasi

Browne berpendapat bahwa proses permohonan lisensi untuk perburuan rekreasi seharusnya disederhanakan atau bahkan dihapus karena definisi perburuan yang masih ambigu. Akram pernah memiliki lisensi perburuan rekreasi.

Namun Kenyon menegaskan bahwa perburuan rekreasi memiliki manfaat sosial besar: membantu mengendalikan hewan liar seperti kelinci, rubah, dan kucing yang menggangu ekosistem. Ia sendiri rutin berburu rusa di wilayah Victoria dan berpartisipasi dalam kompetisi menembak beberapa kali setahun, sambil menekankan nilai tradisi keluarga dalam hobinya.

Setelah Port Arthur, pelarangan senjata semi-otomatis dan pelarangan senjata otomatis membawa penurunan angka kematian terkait senjata. Namun risiko publik masih ada: beberapa serangan menggunakan senjata fast-loading dengan magasin berkapasitas tinggi. Browne menekankan bahwa jika senjatanya tidak punya magazin, serangan itu akan jauh lebih sulit dan berkurang dampaknya.

Kasus-kasus tragis di Australia memang relatif jarang, tetapi masalah kepemilikan senjata tetap ada di lingkungan perumahan, geng, dan konflik lokal. Browne menekankan bahwa masalah bukan hanya soal senjata fisik, melainkan penilaian kelayakan pemegang lisensi dan regulasi jenis senjata yang boleh dimiliki secara legal.

Ke depan, Bondi dianggap menjadi peringatan: reformasi kebijakan senjata perlu menyesuaikan perubahan pola pikir komunitas, kemajuan teknologi, dan kekurangan kebijakan lama agar perlindungan publik lebih terjaga.

Ringkasan akhir: Meski Australia telah lama dipuji karena kebijakan kendali senjata yang ketat, kasus Bondi menegaskan perlunya evaluasi berkala dan reformasi menyeluruh—meliputi batas kepemilikan senjata, lisensi, dan integrasi intelijen—untuk menjaga keamanan publik tanpa mengorbankan nilai budaya berburu dan hobi warga.

Inti utama: Kebijakan senjata Australia tetap dinamis; diperlukan keseimbangan antara keamanan publik, hak kepemilikan, dan peningkatan intelijen. Sumber: BBC

Temukan berita terbaru dan peristiwa terkini di kategori Berita Dunia pada tanggal 19-12-2025. Artikel berjudul "Kontrol Senjata Australia: Realita Kompleks di Balik Serangan Bondi" memberikan informasi paling relevan dan terpercaya di bidang Berita Dunia. Setiap berita dianalisis secara mendalam untuk memberikan wawasan berharga bagi pembaca kami.

Informasi dalam artikel " Kontrol Senjata Australia: Realita Kompleks di Balik Serangan Bondi " membantu Anda membuat keputusan yang lebih tepat dalam kategori Berita Dunia. Berita kami diperbarui secara berkala dan mematuhi standar jurnalistik.

0
0

Inliber adalah platform berita global yang menyajikan informasi akurat dan terpercaya dari seluruh dunia secara cepat.

Kami menyajikan liputan mendalam tentang teknologi, politik, kesehatan, olahraga, budaya, keuangan, dan banyak lagi. Inliber dirancang untuk semua pengguna internet dengan antarmuka yang ramah, sumber tepercaya, dan konten berkualitas tinggi di era digital saat ini.