Klaim Pelecehan Seksual di Penjara Israel: Pengakuan Warga Palestina
Dua warga Palestina mengungkap pengalaman kekerasan dan pelecehan seksual di penjara Israel, menambah fokus dunia pada perlakuan terhadap tahanan.
Artikel ini mengandung deskripsi kekerasan yang mungkin membuat pembaca tidak nyaman.
Puluhan tahun terakhir, beberapa klaim pelecehan terhadap tahanan Palestina kerap terdengar. Namun dua warga Palestina yang diwawancarai INLIBER membenarkan adanya kekerasan berat dan pelecehan seksual di penjara Israel, memperkuat kekhawatiran soal perlindungan hak asasi manusia bagi tahanan di wilayah konflik ini.
Komite Hak Asasi Manusia PBB untuk Penyiksaan (UN Committee against Torture) pada bulan lalu menyatakan keprihatinan serius atas laporan yang mengindikasikan kebijakan praktik kekerasan terorganisir terhadap tahanan Palestina di penjara Israel. Laporan tersebut menekankan intensitasnya meningkat setelah serangan besar pada 7 Oktober 2023. Berbagai kelompok hak asasi, baik dari pihak Israel maupun Palestina, juga menuduh adanya pola pelecehan yang sistematis.
Israel membantah semua tuduhan tersebut. Namun kelompok hak asasi menilai suasana publik di Israel—terutama terkait serangan terhadap warga Gaza dan penyanderaan—telah menciptakan budaya pembiaran dalam institusi penahanan terhadap warga yang menunjukkan dukungan terhadap Hamas.
Media dan bocoran CCTV pada 2024 lalu juga mengguncang institusi militer Israel ketika seorang warga Gaza diduga mengalami pelecehan seksual oleh pengawal penjara di Megiddo. Peristiwa itu memicu pengunduran diri pejabat tinggi militer dan menimbulkan gelombang kritik di dalam negeri.
Nama Sami al-Saei, seorang pendiam yang dulu bekerja sebagai jurnalis lepas di Tulkarm, Tepi Barat, menjadi salah satu saksi utama. Ia ditangkap pada Januari 2024 karena membangun jaringan wawancara dengan anggota Hamas dan kelompok bersenjata lain, lalu ditahan tanpa dakwaan selama 16 bulan di bawah mekanisme yang disebut penahanan administratif. Ia dibebaskan pada musim panas ini. Di Penjara Megiddo, ia mengungkap bahwa pada sekitar 13 Maret 2024 ia tidak hanya diperlakukan tidak manusiawi, tetapi juga mengalami pelecehan seksual dengan tongkat oleh beberapa petugas penjara.
Al-Saei mengungkap soal kelima hingga enam petugas yang tertawa dan bercanda, dengan pertanyaan mengarah pada keluarga dekatnya untuk memperparah rasa takutnya. Ia mengatakan serangan berlangsung sekitar 15–20 menit, disertai penekanan bagian intim hingga nyeri luar biasa. Menurutnya, kekerasan terjadi hampir setiap hari, meskipun pelecehan seksual terjadi hanya sekali.
Dalam responsnya, Layanan Penjara Israel (IPS) menyatakan beroperasi sesuai hukum dan menjamin keselamatan serta hak semua narapidana. IPS menegaskan tidak mengetahui klaim tersebut dan tidak ada komentar mengenai penyelidikan atau catatan medis yang relevan.

Keluhan pelecehan terhadap warga Palestina tidak baru; kasus yang sama kembali mencuat setelah bocoran CCTV di Sde Teiman pada Agustus 2024 menunjukkan seorang detainee Gaza diduga mengalami pelecehan dengan alat tajam oleh beberapa tentara. Lima tentara dituduh melakukan pelecehan berat dan menyebabkan cedera parah. Mereka membantah tuduhan tersebut saat konferensi pers melalui televisi Israel, meskipun beberapa muncul berjubah hitam untuk menjaga identitas. Pengungkapan CCTV ini membuat posisi Pengacara Umum Militer, Yifat Tomer-Yerushalmi, terdesak; ia mengundurkan diri pada Oktober dengan alasan bertanggung jawab atas kebocoran itu.
Dalam dinamika politik domestik Israel, beberapa politisi kanan-kiri menanggapi kasus ini dengan beragam respons, dari dukungan hingga oposisi terhadap penyelidikan lebih lanjut. Sebuah jajak pendapat pada Instituti Demokrasi Israel menunjukkan mayoritas publik menentang penyelidikan terhadap para tentara yang diduga menyalahgunakan warga Gaza.
Di sisi lain, seorang warga Palestina anonim bernama Ahmed (usia sekitar 30-an) yang tinggal di Tepi Barat mengaku di penjara terlibat dengan tuduhan hasutan terorisme. Ia mengklaim mengalami pelecehan seksual yang melibatkan anjing militer. Ia juga melaporkan dipukuli berulang kali, termasuk di area genital, dan akhirnya dibebaskan 12 hari setelah menjalani masa pidana yang dijatuhkan. IPS diminta memberikan komentar mengenai klaim ini, namun belum memberikan respons.
Data nasional menunjukkan ada lebih dari 9.000 tahanan Palestina di penjara Israel, jumlahnya hampir dua kali lipat sebelum serangan 7 Oktober. Laporan UN Committee against Torture menegaskan perlakuan terhadap tahanan Palestina tetap menjadi perhatian utama; sejalan dengan itu, beberapa pihak menuding tindakan keras terhadap warga Gaza memperluas pelanggaran hak asasi manusia hingga menimbulkan kematian di fasilitas penahanan.
Beberapa kelompok hak asasi Israel seperti Adalah, HaMoked, Public Committee Against Torture, Physicians for Human Rights–Israel, dan lain-lain menilai adanya peningkatan signifikan dalam praktik penyiksaan sepanjang proses penahanan. Mereka mengklaim pejabat senior menyetujui praktik tersebut, yang kemudian mengurangi peran pengadilan dan mekanisme pengawasan. Sementara itu, duta besar Israel untuk PBB di Jenewa membantah klaim tersebut sebagai apa yang disebutnya sebagai “disinformasi” dan menegaskan komitmen Israel terhadap larangan penyiksaan.

Catatan ahli: Para pakar hak asasi menekankan bahwa tuduhan pelecehan seksual di penjara mana pun sangat memerlukan investigasi independen, transparan, dan akses medis bagi korban. Tanpa itu, laporan seperti ini dapat mengaburkan fakta saat isu keamanan nasional dan politik lokal sangat kuat.
Kata ahli: Penelitian dan pengawasan internasional diperlukan untuk memastikan perlindungan hak asasi bagi semua tahanan terlepas dari afiliasi politiknya.
Isi laporan terbaru menunjukkan bahwa kasus ini tidak berdiri sendiri. Ia muncul di tengah ketegangan regional yang lebih luas serta perdebatan sengit tentang bagaimana menyeimbangkan keamanan negara dengan hak asasi manusia bagi warga Palestina yang berada di bawah pendudukan maupun terhadap warga negara Palestina sendiri di wilayah yang dikelola PA.
Jumlah tahanan Palestina di penjara Israel terus menjadi masalah sensitif yang menimbulkan respons kuat di semua sisi konflik. Beberapa organisasi hak asasi menuntut penyelidikan independen terhadap semua klaim penyiksaan, sementara pihak lain menegaskan perlunya fokus pada keamanan publik dan stabilitas regional.

Inti dari laporan ini adalah perlunya penyelidikan independen dan transparan terhadap semua tuduhan kekerasan terhadap tahanan Palestina di penjara Israel untuk menjaga hak asasi manusia tanpa memihak.
Referensi: BBC News, sumber asli wawancara dan laporan terkait dapat dilihat di BBC News.
Temukan berita terbaru dan peristiwa terkini di kategori Berita Dunia pada tanggal 19-12-2025. Artikel berjudul "Klaim Pelecehan Seksual di Penjara Israel: Pengakuan Warga Palestina" memberikan informasi paling relevan dan terpercaya di bidang Berita Dunia. Setiap berita dianalisis secara mendalam untuk memberikan wawasan berharga bagi pembaca kami.
Informasi dalam artikel " Klaim Pelecehan Seksual di Penjara Israel: Pengakuan Warga Palestina " membantu Anda membuat keputusan yang lebih tepat dalam kategori Berita Dunia. Berita kami diperbarui secara berkala dan mematuhi standar jurnalistik.


