Perjalanan Dinamis Perjanjian Perdagangan Internasional: Dari Masa ke Masa
Jelajahi evolusi menarik perjanjian perdagangan internasional yang telah membentuk ekonomi global, dari era merkantilisme hingga era modern dengan perjanjian regional dan multilateral yang inovatif.
Sejak Adam Smith mengungkap keunggulan pembagian kerja dan David Ricardo menjelaskan keuntungan komparatif dalam perdagangan antarnegara, dunia kini semakin terintegrasi secara ekonomi. Perdagangan internasional berkembang pesat, diikuti oleh kompleksitas perjanjian perdagangan yang terus meningkat. Meskipun tren selama berabad-abad mengarah pada keterbukaan dan liberalisasi perdagangan, perjalanan ini tidak selalu mulus. Sejak pembentukan General Agreement on Tariffs and Trade (GATT), muncul dua tren utama: peningkatan perjanjian multilateral yang melibatkan tiga negara atau lebih, serta kesepakatan perdagangan regional yang semakin berkembang.

Dari Merkantilisme Menuju Liberalisasi Perdagangan Multilateral
Paham merkantilisme menguasai kebijakan perdagangan Eropa dari abad ke-16 hingga akhir abad ke-18, dengan tujuan utama mencapai neraca perdagangan yang menguntungkan, yaitu nilai ekspor lebih tinggi dari impor. Merkantilis menghindari perjanjian perdagangan antarnegara karena pemerintah melindungi industri lokal melalui tarif, kuota, dan larangan ekspor alat produksi atau tenaga terampil yang dapat memperkuat pesaing asing.
Contoh nyata kebijakan merkantilisme adalah British Navigation Act tahun 1651 yang melarang kapal asing berpartisipasi dalam perdagangan pesisir Inggris dan mewajibkan pengangkutan impor Eropa menggunakan kapal Inggris atau kapal terdaftar di negara asal barang.
Kritik terhadap merkantilisme datang dari Adam Smith dan David Ricardo yang menekankan pentingnya impor dan menyatakan ekspor hanyalah biaya untuk mendapatkannya. Teori mereka memicu tren liberalisasi perdagangan yang dipelopori Inggris, misalnya dengan Reciprocity of Duties Act 1823 yang memudahkan penghapusan tarif secara timbal balik. Penghapusan Corn Laws tahun 1846 dan perjanjian Cobden-Chevalier antara Inggris dan Prancis yang menurunkan tarif secara signifikan serta memperkenalkan klausul Most Favored Nation (MFN) memperkuat gerakan perdagangan bebas di Eropa.
Kemunduran Perdagangan Multilateral
Namun, menuju akhir abad ke-19, liberalisasi perdagangan mulai melambat akibat depresi ekonomi berat pada 1873-1877 yang mendorong proteksionisme domestik. Italia dan Jerman memperketat tarif mereka, diikuti Prancis dengan Tarif Méline 1892, sementara Inggris tetap mempertahankan kebijakan perdagangan bebasnya. Amerika Serikat justru memperkuat proteksionisme dengan tarif tinggi selama Perang Saudara dan McKinley Tariff Act 1890 yang sangat proteksionis.
Meski penghalang proteksionis muncul, perdagangan internasional tetap berkembang hingga Perang Dunia I yang menghancurkan liberalisasi perdagangan awal abad ke-19. Nasionalisme dan kondisi ekonomi pasca perang memecah jaringan perdagangan global, memicu perlindungan dagang yang memaksa Liga Bangsa-Bangsa mengadakan Konferensi Ekonomi Dunia pertama pada 1927, namun gagal mencegah depresi besar dan proteksionisme ekstrem yang memicu Perang Dunia II.
Regionalisme Multilateral
Setelah Perang Dunia II, Amerika Serikat dan Inggris sebagai kekuatan ekonomi utama merancang sistem internasional yang lebih terbuka dan kooperatif. Kesepakatan Bretton Woods 1944 melahirkan IMF dan Bank Dunia, sementara rencana International Trade Organization (ITO) gagal terealisasi dan digantikan oleh GATT pada 1947.
GATT mendorong pengurangan tarif antarnegara anggota sebagai dasar perdagangan multilateral, tapi justru diikuti dengan peningkatan perjanjian perdagangan regional. Contohnya, pembentukan Komunitas Batu Bara dan Baja Eropa 1951 yang menjadi cikal bakal Uni Eropa (UE). Regionalisme ini memicu perjanjian serupa di Afrika, Karibia, Amerika Latin, dan Asia, dan mendorong GATT untuk terus menurunkan tarif agar negara-negara dapat bersaing dengan perdagangan preferensial regional.
Pasca bubarnya Uni Soviet, UE memperluas perjanjian perdagangan dengan negara-negara Eropa Tengah dan Timur serta beberapa negara Timur Tengah. Amerika Serikat pun menginisiasi perjanjian bilateral dengan Israel pada 1985 dan NAFTA dengan Meksiko dan Kanada pada 1990-an. Banyak kesepakatan regional baru muncul di Amerika Selatan, Afrika, dan Asia.
Pada 1995, World Trade Organization (WTO) menggantikan GATT sebagai pengawas liberalisasi perdagangan dunia, memperluas cakupan dari barang ke jasa, hak kekayaan intelektual, dan investasi. WTO kini memiliki lebih dari 145 anggota, termasuk China sejak 2001.
Dalam beberapa tahun terakhir, negosiasi perdagangan global menunjukkan tren “multilateralitas regional”, dengan perjanjian seperti Transatlantic Trade and Investment Partnership (TTIP), Transpacific Partnership (TPP), dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang mencakup sebagian besar ekonomi dunia, menandakan regionalisme berevolusi menjadi sistem multilateral yang lebih luas.
Kesimpulan
Sejarah perdagangan internasional adalah kisah dinamika antara proteksionisme dan perdagangan bebas. Namun, saat ini kedua pendekatan tersebut berkembang berdampingan. Negara maju menyadari bahwa pertumbuhan dan stabilitas ekonomi memerlukan perpaduan strategis kebijakan perdagangan, bukan sekadar memilih antara perdagangan bebas atau proteksionisme.
Temukan topik menarik dan konten analitis di kategori Pemerintahan & Kebijakan pada tanggal 27-08-2019. Artikel berjudul "Perjalanan Dinamis Perjanjian Perdagangan Internasional: Dari Masa ke Masa" memberikan wawasan baru dan panduan praktis di bidang Pemerintahan & Kebijakan. Setiap topik dianalisis secara teliti untuk memberikan informasi yang berguna bagi pembaca.
Topik " Perjalanan Dinamis Perjanjian Perdagangan Internasional: Dari Masa ke Masa " membantu Anda membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kategori Pemerintahan & Kebijakan. Semua topik di situs kami unik dan menawarkan konten berharga bagi audiens.


