Memahami Sensitivitas Penolakan pada Autisme: Cara Mengatasi dan Mendukung
Sensitivitas penolakan pada autisme dapat menimbulkan rasa sakit emosional yang mendalam. Pelajari penyebabnya, dampaknya, dan strategi untuk membantu diri sendiri atau orang terdekat menghadapi kondisi ini dengan lebih baik.
Mengapa Penolakan Bisa Begitu Menyakitkan bagi Sebagian Orang
Penolakan adalah pengalaman yang tidak disukai semua orang. Namun, bagi banyak individu dengan autisme, bahkan penolakan yang sekilas atau kegagalan yang dirasakan saja dapat menimbulkan rasa sakit emosional yang sangat intens—hingga sulit untuk mengelola perasaan tersebut. Fenomena ini dikenal sebagai sensitivitas penolakan atau rejection sensitive dysphoria (RSD). Meskipun tidak semua orang autis mengalami RSD, bagi mereka yang mengalaminya, kondisi ini dapat menimbulkan tantangan signifikan dalam kehidupan sehari-hari.
Walau RSD bukan diagnosis klinis resmi, banyak individu autis yang familiar dengan sensasi ini. Artikel ini akan membahas pengalaman RSD pada orang autis, cara-cara mereka menghadapinya, serta bagaimana keluarga dan lingkungan dapat memberikan dukungan yang tepat.
Hubungan Antara Autisme dan Sensitivitas Penolakan
Autisme merupakan perbedaan neurodevelopmental yang ditandai oleh persepsi sensorik, perilaku, dan pola sosial yang tidak biasa. Saat ini, penelitian yang menelaah hubungan antara RSD dan autisme masih sangat terbatas.
Kate, seorang individu autis, berbagi pengalamannya: "Saya merasa menjadi autis di dunia yang didesain untuk neurotipikal membuat saya hampir selalu merasa melakukan segalanya dengan salah, dan sering kali meragukan interaksi saya dengan orang lain. Perasaan ini, ditambah pengalaman penolakan yang nyata di masa lalu, membuat saya sangat sadar bahwa orang mungkin tidak memahami saya dan akan menolak saya."
Secara umum, orang dengan autisme sering menghadapi penolakan lebih sering dibandingkan dengan teman sebaya neurotipikal karena harus berfungsi dalam lingkungan yang tidak dirancang untuk mereka.
Kate juga menambahkan pengalaman emosionalnya terhadap penolakan dan kritik: "Saya cenderung mengira orang marah atau kecewa pada saya jika mereka memberikan jawaban singkat, lama membalas pesan, atau terlihat lebih pendiam dari biasanya. Saya merasakan kesedihan dan ketidakamanan yang dalam, serta dorongan kuat untuk memperbaiki apa yang salah dengan diri saya agar rasa penolakan itu hilang."
Perilaku yang tidak alami ini dikenal sebagai "masking"—upaya menyembunyikan ciri autis agar bisa diterima. Orang autis sering mengalami tekanan untuk melakukan masking lebih banyak dibandingkan dengan yang neurotipikal. Penelitian menunjukkan bahwa masking dapat menimbulkan stres tinggi dan berpotensi menyebabkan kelelahan emosional (burnout).
Peningkatan penolakan dan hukuman karena tidak memenuhi standar neurotipikal dapat memicu RSD pada individu autis.
Selain itu, pengalaman sensorik dan emosional yang berbeda juga membuat respons terhadap penolakan menjadi lebih intens. H, seorang autis, menjelaskan: "Sebagai seorang empati yang kuat, ditambah harus terus-menerus melakukan masking, tentu membuat segalanya menjadi lebih rumit."
Orang autis dengan sensitivitas emosional tinggi biasanya merasakan penolakan sosial dan interpersonal lebih mendalam, sehingga meningkatkan tingkat sensitivitas terhadap penolakan.
Dampak Sensitivitas Penolakan pada Orang Autis
Hampir semua orang tidak menyukai penolakan atau kritik, namun RSD melampaui ketidaksukaan biasa. RSD dapat menyebabkan rasa sakit emosional yang sangat mendalam bahkan fisik. Untuk menghindari rasa sakit ini, individu autis mungkin semakin sering melakukan masking, sehingga meningkatkan risiko burnout.
RSD juga dapat memicu masalah kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, dan gangguan makan.
Kate menceritakan bahwa pengalaman RSD membuatnya sangat waspada terhadap perubahan pola perilaku orang lain, dan sering merasa bersalah jika merasa telah melakukan sesuatu yang menyebabkan perubahan sikap tersebut. Kewaspadaan berlebihan ini dapat menjadi traumatis dari waktu ke waktu.
Diagnosa Autisme dan Sensitivitas Penolakan
RSD tidak termasuk dalam kriteria diagnostik autisme menurut "Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders" (DSM-5-TR). Ini berarti tidak semua orang autis mengalami RSD, dan banyak orang yang mengalami RSD tidak autis.
Jika Anda autis dan merasa sulit melupakan penolakan atau kritik seperti orang lain pada umumnya, kemungkinan Anda mengalami RSD. Terapis yang paham akan neurodivergensi dapat membantu mengenali pola emosional yang konsisten dengan RSD dan memberikan strategi penanganan.
Bagi yang merasa mengalami RSD, bergabung dengan komunitas autis dan belajar dari pengalaman orang lain dapat sangat membantu. Terapi yang mendukung neurodiversity juga sangat dianjurkan.
Cara Mendukung Orang Autis dengan Sensitivitas Penolakan
Pendidikan dan berbagi pengalaman adalah kunci utama dalam menghadapi RSD. Kate mengatakan, "Memahami lebih dalam tentang RSD, autisme, dan pengalaman hidup saya membantu saya merasa lebih berdaya dalam mengelola kondisi saya."
Dukungan dari orang terdekat sangat membantu dalam mengomunikasikan perasaan, pikiran, dan kebutuhan dengan lebih terbuka sehingga mendapatkan dukungan yang nyata.
H menambahkan bahwa menemukan ruang untuk bersantai dan mengurangi masking sangat membantu. Diterima apa adanya dapat mengurangi kebutuhan untuk menyembunyikan diri dan menurunkan sensitivitas terhadap penolakan.
Perlu diingat, isu sistemik seperti rasisme, seksisme, homofobia, dan penindasan juga memperburuk pengalaman RSD, terutama bagi individu autis dari kelompok minoritas. Oleh karena itu, penanganan RSD harus dilakukan secara individual dan sosial dengan mengatasi akar permasalahan tersebut.
Strategi Mengatasi Sensitivitas Penolakan untuk Orang Autis
Perasaan penolakan yang intens dapat diredakan dengan dukungan komunitas yang memahami dan pengalaman serupa. Lingkungan sosial yang aman dan dapat dipercaya sangat membantu proses edukasi dan coping terhadap RSD.
Kate menuturkan bahwa memiliki pasangan yang sabar dan komunikatif sangat berarti. "Mereka memberitahu saya jika ada hal yang mengganggu atau menjelaskan jika mereka sedang lebih pendiam," ujarnya.
Teman-temannya juga memberi tahu jika mereka sibuk atau akan terlambat membalas pesan, sehingga Kate merasa tidak diabaikan dan merasa aman. Komunikasi yang jelas, penguatan positif, dan kesabaran adalah kunci dukungan terbaik bagi saya," tambahnya.
Terapi yang fokus pada autisme dapat membantu mengelola kecemasan dan regulasi emosi akibat sensitivitas penolakan. Terapis yang memahami neurodivergensi bisa mengajarkan keterampilan untuk menghadapi RSD dan meningkatkan kualitas hidup.
Referensi tambahan:
- Neurodivergensi
- Autisme
- Kesehatan Mental
Sumber artikel ini berasal dari studi terbaru dan terpercaya, serta pengalaman langsung para ahli dan individu autis.

Oleh Amy Marschall, PsyD
Dr. Amy Marschall adalah psikolog klinis autis dengan ADHD yang berfokus pada anak-anak dan remaja dengan neurotipe serupa. Ia bersertifikat dalam TF-CBT dan layanan kesehatan mental jarak jauh.
Temukan topik menarik dan konten analitis di kategori Neurodivergence pada tanggal 06-06-2024. Artikel berjudul "Memahami Sensitivitas Penolakan pada Autisme: Cara Mengatasi dan Mendukung" memberikan wawasan baru dan panduan praktis di bidang Neurodivergence. Setiap topik dianalisis secara teliti untuk memberikan informasi yang berguna bagi pembaca.
Topik " Memahami Sensitivitas Penolakan pada Autisme: Cara Mengatasi dan Mendukung " membantu Anda membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kategori Neurodivergence. Semua topik di situs kami unik dan menawarkan konten berharga bagi audiens.


