Memahami Konformitas: Kekuatan Sosial yang Mempengaruhi Perilaku
Temukan bagaimana konformitas menjadi kekuatan sosial yang memengaruhi perilaku manusia. Pelajari eksperimen terkenal dan jenis-jenis konformitas dalam psikologi yang membentuk interaksi sosial.
Tekanan sosial dapat secara signifikan mempengaruhi perilaku Anda, baik secara positif maupun negatif.

Konformitas adalah proses di mana seseorang mengubah perilakunya untuk menyesuaikan diri dengan kelompok atau norma sosial di sekitarnya. Pengaruh ini bisa sangat jelas, seperti tekanan langsung untuk bertindak dengan cara tertentu, atau lebih halus, sehingga Anda mengikuti perilaku kelompok tanpa sadar.
Secara sederhana, konformitas berarti menyesuaikan diri dengan perilaku atau standar kelompok agar diterima.
Dalam beberapa situasi, konformitas terjadi ketika seseorang setuju atau bertindak sesuai dengan mayoritas dalam suatu kelompok atau menyesuaikan diri agar dianggap "normal" oleh kelompok tersebut. Intinya, konformitas adalah menyerah pada tekanan sosial.
Teruslah membaca untuk memahami bagaimana konformitas bekerja, jenis-jenisnya, serta cara untuk tetap mempertahankan identitas diri di tengah tekanan kelompok.
Apa Penyebab Konformitas?
Setiap situasi memiliki dinamika berbeda, namun para peneliti menemukan berbagai alasan mengapa orang cenderung konform. Konformitas tidak selalu negatif. Dalam banyak kasus, mengikuti petunjuk kelompok bisa membantu, terutama jika mereka memiliki pengalaman atau pengetahuan lebih.
Kita juga mungkin menyesuaikan diri untuk menghindari terlihat aneh atau malu, terutama ketika kita tidak yakin bagaimana bertindak atau aturan tidak jelas.
Pada tahun 1955, Deutsch dan Gerard membagi alasan konformitas menjadi dua: pengaruh informasional dan pengaruh normatif.
Pengaruh Informasional
Pengaruh ini terjadi ketika seseorang mengubah perilaku untuk mendapatkan kebenaran. Saat ragu, kita cenderung mencari petunjuk dari orang yang dianggap lebih tahu sebagai panduan.
Misalnya, di kelas, Anda mungkin setuju dengan pendapat teman yang dianggap pintar.
Pengaruh Normatif
Ini berasal dari keinginan menghindari hukuman dan mendapatkan penghargaan sosial, seperti mengikuti aturan meski tidak setuju, agar disukai dan diterima oleh kelompok.
Eksperimen Terkenal tentang Konformitas
Konformitas sering terjadi dalam kehidupan sosial kita. Kadang kita sadar, tapi banyak juga terjadi tanpa disadari. Meski tak selalu buruk, konformitas bisa membuat kita mengikuti hal yang tidak sejalan dengan keyakinan sendiri.
Eksperimen Jenness (1932)
Jenness meminta peserta menebak jumlah kacang dalam botol secara individu, lalu sebagai kelompok, dan kemudian lagi secara individu. Hasilnya, tebakan individu berubah mendekati rata-rata kelompok setelah diskusi bersama.
Eksperimen Efek Autokinetik oleh Sherif
Sherif meminta peserta memperkirakan pergerakan titik cahaya dalam ruangan gelap yang sebenarnya diam, namun tampak bergerak akibat efek autokinetik. Jawaban individu bervariasi, tapi saat bersama kelompok, pendapat mereka cenderung menyatu ke nilai tengah.
Eksperimen ini menunjukkan bahwa dalam situasi ambigu, orang cenderung mengikuti kelompok (pengaruh informasional).
Eksperimen Konformitas Asch
Dalam eksperimen ini, peserta memilih garis yang sama panjang dengan garis acuan. Saat konfederat sengaja memilih jawaban salah, sekitar 75% peserta mengikuti jawaban kelompok setidaknya sekali, menunjukkan pengaruh normatif untuk diterima.
Eksperimen Penjara Stanford
Kontroversial, eksperimen ini menunjukkan bagaimana peran sosial (narapidana atau penjaga) mempengaruhi perilaku peserta. Meskipun terkenal, eksperimen ini mendapat kritik berat terkait metode dan etika.
Jenis-Jenis Konformitas
Selain pengaruh normatif dan informasional, ada beberapa tipe konformitas lain:
Konformitas Normatif
Perubahan perilaku untuk diterima oleh kelompok, misalnya remaja yang menyesuaikan gaya berpakaian sesuai teman sebaya.
Konformitas Informasional
Mencari petunjuk dari kelompok saat tidak yakin, seperti saat menghadiri kelas yoga baru dan mengikuti perilaku peserta lain.
Identifikasi
Menyesuaikan perilaku sesuai peran sosial yang diemban, contohnya dalam Eksperimen Penjara Stanford.
Kepatuhan (Compliance)
Berubah perilaku secara luar namun tetap tidak setuju secara internal, seperti berpura-pura tidak suka buku saat anggota klub buku lain tidak menyukainya.
Internalisasi
Perubahan perilaku karena pengaruh orang lain sampai benar-benar diyakini, misalnya perubahan selera musik karena pasangan.
Faktor yang Mempengaruhi Konformitas
Konformitas tidak terjadi di semua situasi. Beberapa faktor yang memengaruhi antara lain:
- Tingkat kesulitan tugas: Tugas sulit bisa meningkatkan atau menurunkan konformitas.
- Perbedaan individu: Motivasi dan kemampuan kepemimpinan menurunkan kecenderungan konform.
- Ukuran kelompok: Konformitas lebih tinggi pada kelompok 3-5 orang.
- Situasi: Ambiguitas meningkatkan konformitas.
- Perbedaan budaya: Budaya kolektivis cenderung lebih konform dibanding individualis.
Risiko dari Konformitas
Meskipun bermanfaat, konformitas juga dapat membawa dampak negatif seperti:
- Menurunkan rasa percaya diri karena merasa harus mengubah diri.
- Mendorong perilaku berisiko akibat tekanan teman sebaya.
- Efek penonton, di mana orang tidak bertindak saat ada yang membutuhkan bantuan.
- Menghambat keterbukaan terhadap ide baru.
- Memicu prasangka dan diskriminasi.
Kesimpulan
Memahami konformitas membantu kita menyadari mengapa seseorang mengikuti kelompok meski bertentangan dengan dirinya sendiri, dan bagaimana pengaruh sosial memengaruhi keputusan kita.
Pertanyaan Umum
- Apa bedanya kepatuhan dan konformitas?
Kepatuhan adalah perubahan perilaku karena permintaan langsung dari seseorang tanpa otoritas, sedangkan konformitas adalah perubahan perilaku secara sadar atau tidak sadar untuk menyesuaikan diri dengan kelompok tanpa permintaan langsung.
- Kapan konformitas anak terhadap teman sebaya mencapai puncak?
Puncak konformitas terjadi pada masa remaja pertengahan, sekitar usia 14 tahun, ketika pengaruh teman sangat kuat.
- Budaya mana yang menurunkan tingkat konformitas?
Budaya individualis cenderung menurunkan konformitas dibanding budaya kolektivis yang lebih menghargai keseragaman.
- Apa itu bias konformitas?
Bias konformitas adalah kecenderungan membuat keputusan berdasarkan perilaku orang lain, misalnya menyontek karena melihat orang lain melakukannya.
Pelajari lebih lanjut tentang efek bandwagon dan psikologi sosial untuk memahami pengaruh kelompok dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber Terpercaya
- Wei Z, Zhao Z, Zheng Y. Social influence in trusting behavior. Front Neurosci. 2019;13:89.
- Deutsch M, Gerard HB. Normative and informational social influences. J Abnorm Soc Psychol. 1955;51(3):629-636.
- Sowden S, Koletsi S, et al. Public and private social conformity. Conscious Cogn. 2018;65:359–367.
- Kyrlitsias C, Michael-Grigoriou D, et al. Social conformity in virtual environments. Front Psychol. 2020;11:2254.
- Morgan TJ, Laland KN. Biological bases of conformity. Front Neurosci. 2012;6:87.
- Le Texier T. Debunking the Stanford Prison Experiment. Am Psychol. 2019;74(7):823-839.
- Knoll LJ, Leung JT, et al. Social influence on risk perception. J Adolesc. 2017;60:53-63.
Artikel ini disusun oleh Kendra Cherry, MSEd, seorang spesialis rehabilitasi psikososial dan pendidik psikologi, penulis buku "Everything Psychology Book."
Jelajahi artikel bermanfaat di kategori Teori Psikologi pada tanggal 27-06-2024. Artikel berjudul "Memahami Konformitas: Kekuatan Sosial yang Mempengaruhi Perilaku" menawarkan analisis mendalam dan saran praktis di bidang Teori Psikologi. Setiap artikel dibuat dengan cermat oleh para ahli untuk memberikan nilai maksimal bagi pembaca.
Artikel " Memahami Konformitas: Kekuatan Sosial yang Mempengaruhi Perilaku " memperluas pengetahuan Anda dalam kategori Teori Psikologi, menjaga Anda tetap terinformasi tentang perkembangan terbaru, dan membantu membuat keputusan yang tepat. Setiap artikel berbasis konten unik, menjamin orisinalitas dan kualitas.


