Mengakhiri Siklus Menyalahkan Korban: Memahami dan Melawan Stigma Kekerasan Seksual
Amy Morin
Amy Morin 2 tahun yang lalu
Psikoterapis Berlisensi & Penulis Bestseller Internasional #Hubungan
0
8.8K

Mengakhiri Siklus Menyalahkan Korban: Memahami dan Melawan Stigma Kekerasan Seksual

Pelajari mengapa korban kekerasan seksual sering disalahkan, contoh nyata victim blaming, serta cara efektif untuk menghentikan siklus menyakitkan ini demi mendukung para penyintas.

Menelusuri Akar Menyalahkan Korban dan Contoh Nyata Victim Blaming

Pada pandangan pertama, mungkin sulit dipahami mengapa seseorang bisa menyalahkan korban kekerasan seksual. Namun, jika kita jujur, mungkin kita pernah secara tidak sadar menaruh tanggung jawab pada korban, bukan pelaku.

Banyak korban kekerasan seksual bahkan menyalahkan diri mereka sendiri. Mereka meyakini bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang salah atau tidak cukup berusaha menghentikan kejadian tersebut.

Penting untuk memahami kecenderungan menyalahkan korban agar kita dapat mengubah pola pikir ini. Berikut kami sajikan beberapa contoh victim blaming yang sering terjadi agar Anda lebih mudah mengenali dan menghindarinya.

Contoh Victim Blaming

Langkah pertama untuk menghentikan victim blaming adalah mengenali kapan hal itu terjadi. Contoh komentar atau pemikiran victim blaming meliputi:

  • “Kamu pasti tahu risiko kalau pergi ke apartemen orang itu.”
  • “Seharusnya kamu tidak minum alkohol.”
  • “Mungkin kamu memberikan sinyal yang membingungkan.”
  • “Apakah pintumu terkunci saat itu?”
  • “Apa yang kamu kenakan waktu itu?”
  • “Seberapa keras kamu berusaha melawan?”
  • “Kenapa tidak langsung melapor lebih awal?”

Berbagai cara ini menunjukkan bagaimana orang kadang menyalahkan korban secara langsung maupun tersirat, seolah-olah korban yang memancing pelaku atau tidak cukup melawan. Victim blaming terjadi ketika seseorang menyatakan atau mengimplikasikan bahwa kekerasan seksual adalah kesalahan korban.

Fenomena ini sering terlihat dalam ruang sidang, di mana pengacara pembela berusaha menyudutkan korban, serta dalam pemberitaan media.

Mengapa Victim Blaming Terjadi?

Seringkali, victim blaming muncul sebagai mekanisme pertahanan diri. Orang merasa lebih aman jika mereka percaya korban melakukan kesalahan, sehingga mereka yakin diri mereka sendiri atau orang terdekat akan terhindar dari bahaya serupa.

Hal ini tidak hanya terjadi pada kasus kekerasan seksual, tetapi juga kejahatan lain. Misalnya, ketika rumah tetangga dibobol maling, kita mungkin merasa lega jika mengetahui korban lupa mengunci pintu atau bergaul dengan orang yang tidak baik, sehingga kita tetap percaya dunia ini aman.

Studi Klasik Tentang Victim Blaming

Studi psikologi klasik tahun 1966 menjelaskan fenomena victim blaming. Dalam penelitian ini, wanita diminta menyaksikan seorang wanita lain yang sebenarnya adalah aktris menerima kejutan listrik setiap kali salah menjawab tes ingatan.

Beberapa partisipan diberi kesempatan untuk menghentikan kejutan listrik dengan memberikan hadiah uang sebagai pengganti, sementara yang lain harus menyaksikan tanpa bisa berbuat apa-apa.

Hasilnya, partisipan yang dapat memberikan hadiah menilai korban sebagai orang baik, sedangkan yang tidak bisa menghentikan kejutan cenderung menilai korban sebagai orang yang pantas mendapat perlakuan tersebut.

Kesimpulannya, mereka yang tidak bisa menghentikan penderitaan korban memilih untuk menyalahkan korban demi menjaga keyakinan bahwa dunia ini adil.

Menyalahkan korban memperkuat anggapan bahwa "orang jahat pantas mendapat hal buruk," sekaligus menjadi cara untuk melindungi diri sendiri agar merasa aman.

Mengapa Korban Sering Menyalahkan Diri Sendiri?

Korban pun terkadang menyalahkan diri sendiri untuk alasan serupa, yaitu agar dunia terasa adil dan mereka merasa lebih aman.

Mereka mungkin berpikir, "Kalau aku berpakaian lebih sopan, hal ini tidak akan terjadi lagi," atau "Kalau aku tidak minum banyak, aku bisa melawan pelaku."

Namun, menyalahkan diri sendiri seperti ini sangat berbahaya dan merusak kesehatan mental. Kekerasan seksual tidak pernah menjadi kesalahan korban, melainkan pelaku yang bertanggung jawab penuh.

Dampak Negatif Menyalahkan Korban

Victim blaming membuat korban sulit melapor dan mencari bantuan. Secara sosial, hal ini menyebabkan banyak kejahatan tidak terungkap dan pelaku lolos dari hukuman.

Selain itu, victim blaming memperkuat sikap pelaku yang menghindari tanggung jawab, memperpanjang penderitaan korban, dan menimbulkan rasa malu serta bersalah yang tidak perlu.

Hal ini memperlambat proses pemulihan korban dan memperdalam luka psikologis mereka.

Cara Mendapatkan Bantuan Setelah Kekerasan Seksual

Beruntung, kesadaran tentang victim blaming semakin meningkat, dan beberapa sistem hukum serta media mulai mengubah cara mereka menangani korban.

Namun, perjuangan belum selesai. Para penyintas harus tahu bahwa apa yang terjadi bukan kesalahan mereka. Jika Anda atau orang terdekat mengalami victim blaming, dukungan profesional sangat penting.

Anda bisa menghubungi terapis, konselor online, atau organisasi seperti RAINN (Rape, Abuse & Incest National Network) yang memberikan dukungan dan panduan selama proses pemulihan.

Baca juga artikel terkait:

  • Hidup Sehat dan Bahagia
  • Hubungan yang Sehat
  • Toksisitas dan Kekerasan

Sumber terpercaya digunakan untuk menjaga akurasi dan keandalan artikel ini, termasuk studi peer-reviewed terbaru.

  1. Kline NK, Berke DS, et al. Self-blame and PTSD after sexual assault: A longitudinal study. J Interpers Viol. 2021.
  2. Stevens H, Acic I, Taylor LD. Online reactions to sexual assault news: discourse analysis. Cyberpsychol Behav Soc Network. 2021.
  3. Lerner MJ, Simmons CH. Observer’s reaction to the “innocent victim.” J Personal Soc Psychol. 1966.
  4. Ullman SE, Peter-Hagene LC, Relyea M. Coping and self-blame in adult sexual assault survivors. J Child Sex Abuse. 2014.
Amy Morin

Ditulis oleh Amy Morin, LCSW
Amy Morin adalah psikoterapis dan penulis internasional dengan karya-karya best seller yang telah diterjemahkan ke lebih dari 40 bahasa. TEDx Talk-nya mengenai kekuatan mental adalah salah satu yang paling banyak ditonton.

Temukan berita terbaru dan peristiwa terkini di kategori Hubungan pada tanggal 02-12-2023. Artikel berjudul "Mengakhiri Siklus Menyalahkan Korban: Memahami dan Melawan Stigma Kekerasan Seksual" memberikan informasi paling relevan dan terpercaya di bidang Hubungan. Setiap berita dianalisis secara mendalam untuk memberikan wawasan berharga bagi pembaca kami.

Informasi dalam artikel " Mengakhiri Siklus Menyalahkan Korban: Memahami dan Melawan Stigma Kekerasan Seksual " membantu Anda membuat keputusan yang lebih tepat dalam kategori Hubungan. Berita kami diperbarui secara berkala dan mematuhi standar jurnalistik.

0
8.8K

Inliber adalah platform berita global yang menyajikan informasi akurat dan terpercaya dari seluruh dunia secara cepat.

Kami menyajikan liputan mendalam tentang teknologi, politik, kesehatan, olahraga, budaya, keuangan, dan banyak lagi. Inliber dirancang untuk semua pengguna internet dengan antarmuka yang ramah, sumber tepercaya, dan konten berkualitas tinggi di era digital saat ini.