Memahami ADHD pada Perempuan: Tantangan yang Perlu Diketahui
Banyak perempuan dewasa kini mulai didiagnosis dengan ADHD, namun pengenalan dan diagnosis yang tepat masih menjadi tantangan. Pelajari bagaimana ADHD tampil berbeda pada perempuan dan pentingnya kesadaran untuk mendukung mereka.
Berdasarkan data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), anak laki-laki lebih sering didiagnosis dengan ADHD dibandingkan anak perempuan. Selain itu, diagnosis pada anak laki-laki biasanya dilakukan pada usia yang lebih muda.
Namun, banyak perempuan dan anak perempuan dengan ADHD yang tidak terdiagnosis atau bahkan salah diagnosis selama bertahun-tahun. Apa penyebabnya?
ADHD pada perempuan seringkali memiliki penampakan berbeda
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah kondisi neurodevelopmental yang memengaruhi cara belajar dan berperilaku. Ada tiga tipe utama ADHD:
- Hiperaktif dan impulsif: ciri-cirinya adalah gelisah berlebihan, energi tinggi, dan kesulitan mengendalikan impuls.
- Inatentif: ciri-cirinya adalah kesulitan fokus, mengatur, dan memperhatikan (sebelumnya dikenal sebagai ADD).
- Gabungan: kombinasi antara hiperaktif dan kesulitan fokus.
Media sering menggambarkan ADHD sebagai gangguan yang lebih umum pada laki-laki, padahal sebenarnya ADHD memengaruhi semua gender, hanya saja gejalanya berbeda pada perempuan.
Ketika mendengar ADHD, mungkin yang terbayang adalah anak yang hiperaktif, terus bergerak, berbicara tanpa henti, dan sulit diam. Ini adalah gambaran umum ADHD tipe hiperaktif.
Namun, pada banyak anak perempuan, ADHD lebih sering muncul sebagai tipe inatentif, yaitu anak yang tampak diam, tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Anak perempuan dengan tipe inatentif biasanya tidak gelisah atau mengganggu kelas. Mereka duduk menghadap papan tulis dengan ekspresi termenung, atau asyik mencoret-coret di buku catatan. Meski terlihat memperhatikan, sebenarnya mereka mungkin sedang melamun atau berkhayal.
Bandingkan dengan anak laki-laki yang sering menjawab tanpa izin, bangun setiap beberapa menit untuk membuang sampah atau mengasah pensil.
Siapa yang lebih mudah diperhatikan guru?
Perempuan cenderung menginternalisasi gejala mereka
Tidak semua perempuan dengan ADHD masuk tipe inatentif. Ada juga yang menunjukkan tipe gabungan atau hiperaktif-impulsif. Namun, gejala biasanya lebih internal dibandingkan eksternal.
Gejala hiperaktif yang terlihat jelas seperti gelisah atau berteriak jarang muncul. Sebaliknya, hiperaktif internal bisa berupa:
- terlalu banyak bicara
- mencoret-coret saat pelajaran alih-alih mencatat
- pikiran yang terus berlari
- perasaan cemas
- sensitivitas emosional
- kesulitan membangun atau mempertahankan pertemanan
Gejala yang internal ini sulit dikenali oleh orang tua dan guru, sehingga anak sering tidak mendapat evaluasi yang diperlukan untuk diagnosis.
Ekspektasi gender memengaruhi pengenalan ADHD
Ekspektasi sosial terhadap gender juga membuat ADHD pada perempuan sering terabaikan. Perempuan diharapkan menjadi lembut, pendiam, dan tenang. Sikap pemalu lebih diterima pada perempuan.
Misalnya, seorang siswi yang jarang mengangkat tangan di kelas. Ketika guru memanggilnya, ia tampak panik karena tidak tahu materi yang dibahas, akibat tidak memperhatikan pelajaran sebelumnya.
Guru mungkin mengira ia hanya pemalu, bukan mengalami kesulitan fokus.
Perempuan juga dianggap lebih sosial dan emosional. Jadi, seorang perempuan dengan ADHD yang mudah menangis atau berbicara banyak mungkin dianggap hanya "cerewet" tanpa mendapatkan perhatian serius.
Stigma membuat gejala semakin tersamarkan
Ekspektasi sosial juga membuat perempuan dengan ADHD cenderung menyembunyikan gejalanya.
Mereka mungkin menahan perilaku hiperaktif karena merasa perilaku tersebut tidak sesuai dengan norma perempuan. Daripada gelisah, mereka menggantinya dengan mencoret-coret di buku untuk mengalihkan energi.
Perempuan sering menjadi penyenangkan orang lain dan menyembunyikan kesulitan mereka. Untuk mengatasi kurang fokus, mereka bisa menghabiskan waktu lebih lama belajar agar nilai tetap baik.
Dari luar, perempuan dengan ADHD tampak seperti perfeksionis atau kutu buku, padahal sebenarnya mereka sedang berusaha keras menutupi kesulitan mereka.
Hal ini seringkali menyebabkan stres dan kecemasan berlebih. Mereka bisa menyalahkan diri sendiri dan mengalami penurunan rasa percaya diri.
ADHD pada perempuan seringkali tidak terdiagnosis
Perbedaan gejala, tekanan sosial, dan cara koping membuat ADHD pada perempuan sering luput dari perhatian dan tidak terdiagnosis.
Banyak perempuan baru mendapatkan diagnosis ADHD saat dewasa, berbeda dengan laki-laki yang biasanya terdiagnosis sejak anak-anak.
Meski gejala sudah terlihat sejak sekolah, seringkali orang tua dan guru meremehkan atau menyalahartikan sebagai sifat pelupa atau ceroboh.
Selain itu, banyak perempuan dengan ADHD yang didiagnosis dengan gangguan lain seperti kecemasan atau depresi, yang memang sering menyertai ADHD.
Tidak jarang, ADHD yang tidak terdiagnosis menyebabkan munculnya gangguan suasana hati. Perempuan dengan ADHD juga lebih rentan mengalami gangguan makan, menyakiti diri sendiri, dan penyalahgunaan zat.
Mencari solusi untuk masa depan
Apa yang bisa dilakukan agar generasi perempuan berikutnya bisa dikenali gejala dan kebutuhannya? Dan bagaimana perempuan yang belum pernah didiagnosis bisa mendapatkan dukungan yang tepat?
Para peneliti menekankan pentingnya edukasi untuk guru, orang tua, dan tenaga kesehatan mengenai bagaimana ADHD bisa muncul pada perempuan.
Selain itu, penelitian harus melibatkan lebih banyak partisipan perempuan dan mempertimbangkan bias gender agar hasilnya lebih akurat.
Bukan hanya dokter anak, dokter keluarga juga harus terbuka mengenali gejala ADHD. CDC melaporkan bahwa dari 2003 hingga 2015, jumlah perempuan usia 15-44 tahun yang menggunakan obat ADHD meningkat hingga 344%.
Dengan semakin banyak perempuan yang terdiagnosis, sangat penting tersedia tenaga kesehatan yang dapat memberikan informasi dan dukungan untuk mengelola kondisi ini dengan aman dan efektif.
Jelajahi artikel bermanfaat di kategori Kesehatan Seksual pada tanggal 18-07-2022. Artikel berjudul "Memahami ADHD pada Perempuan: Tantangan yang Perlu Diketahui" menawarkan analisis mendalam dan saran praktis di bidang Kesehatan Seksual. Setiap artikel dibuat dengan cermat oleh para ahli untuk memberikan nilai maksimal bagi pembaca.
Artikel " Memahami ADHD pada Perempuan: Tantangan yang Perlu Diketahui " memperluas pengetahuan Anda dalam kategori Kesehatan Seksual, menjaga Anda tetap terinformasi tentang perkembangan terbaru, dan membantu membuat keputusan yang tepat. Setiap artikel berbasis konten unik, menjamin orisinalitas dan kualitas.


