Rahasia Pola Death Cross dalam Analisis Pasar Saham
Pelajari pola Death Cross, sinyal teknikal yang sering muncul dalam grafik pasar saham. Temukan bagaimana pola ini bisa menjadi indikator tren pasar dan strategi investasi Anda.
Definisi
Pola "Death Cross" adalah pola grafik pasar yang menunjukkan kelemahan harga baru-baru ini.
Apa Itu Death Cross?
Pola "Death Cross" muncul ketika rata-rata pergerakan jangka pendek—rata-rata harga penutupan terbaru suatu saham, indeks saham, komoditas, atau kripto selama periode waktu tertentu—turun di bawah rata-rata pergerakan jangka panjang. Rata-rata pergerakan yang paling sering diamati adalah rata-rata 50 hari dan 200 hari.
Meski namanya terdengar mengerikan, Death Cross bukanlah pertanda buruk yang harus ditakuti. Sejarah pasar menunjukkan bahwa pola ini sering kali diikuti oleh pemulihan jangka pendek dengan keuntungan di atas rata-rata.
Intisari Penting
- Death Cross terjadi ketika rata-rata pergerakan jangka pendek, biasanya 50 hari, menembus ke bawah rata-rata pergerakan jangka panjang, biasanya 200 hari.
- Meski terdengar dramatis, Death Cross sering diikuti oleh keuntungan jangka pendek yang lebih tinggi sejak tahun 1992.
- Kebalikan dari Death Cross adalah Golden Cross, ketika rata-rata 50 hari naik melewati 200 hari, menandakan momentum pasar yang mulai membaik.

Memahami Pola Death Cross
Death Cross menandakan bahwa dalam jangka waktu sekitar dua bulan, harga mengalami tekanan turun jika dilihat dari crossing rata-rata pergerakan 50 hari. (Rata-rata pergerakan tidak menghitung hari libur dan akhir pekan saat pasar tutup.)
Beberapa pengamat percaya pola ini bisa memprediksi pasar, mengaitkannya dengan periode bear market besar seperti 1929, 1938, 1974, dan 2008. Namun, ini merupakan contoh bias pemilihan data karena mengabaikan banyak kasus di mana Death Cross hanya menandakan koreksi pasar biasa.
Berdasarkan riset Fundstrat yang dikutip oleh Barron's, indeks S&P 500 naik sekitar dua pertiga dari waktu satu tahun setelah Death Cross, rata-rata naik 6,3%. Ini memang lebih rendah dari rata-rata kenaikan tahunan S&P 500 sejak 1926 yang lebih dari 10%, tapi tetap bukan situasi buruk.
Rekam jejak Death Cross sebagai indikator keuntungan pasar bahkan lebih menarik dalam jangka pendek. Dari 1971 hingga 2022, 22 kejadian Death Cross pada indeks Nasdaq Composite diikuti dengan kenaikan rata-rata sekitar 2,6% dalam satu bulan, 7,2% dalam tiga bulan, dan 12,4% dalam enam bulan, hampir dua kali lipat dari return Nasdaq tipikal dalam periode tersebut menurut Nautilus Research.
Secara intuitif, Death Cross lebih berguna sebagai sinyal timing pasar bearish ketika terjadi setelah penurunan pasar lebih dari 20%, karena momentum turun itu bisa menandakan kondisi fundamental yang memburuk. Namun, secara historis Death Cross lebih merupakan indikator bersamaan (coincident) dari kelemahan pasar, bukan indikator utama (leading).
Contoh Death Cross
Salah satu contoh Death Cross terjadi pada indeks S&P 500 di Desember 2018:

Peristiwa ini memicu pemberitaan tentang "pasar saham yang hancur." Indeks kehilangan 11% dalam dua minggu, namun kemudian menguat 19% dalam dua bulan dan naik 11% di atas level saat Death Cross kurang dari enam bulan kemudian.
Death Cross lain terjadi pada Maret 2020 saat kepanikan awal pandemi COVID-19, setelah itu S&P 500 naik lebih dari 50% dalam setahun berikutnya.
Contoh ini tidak mewakili semua kemungkinan hasil setelah Death Cross, tapi setidaknya lebih relevan dengan kondisi pasar saat ini dibanding kejadian Death Cross masa lalu.
Perbedaan Death Cross dan Golden Cross
Kebalikan dari Death Cross adalah Golden Cross, yaitu saat rata-rata pergerakan jangka pendek naik melewati rata-rata pergerakan jangka panjang. Banyak investor menganggap Golden Cross sebagai sinyal bullish, meskipun Death Cross juga pernah diikuti oleh kenaikan pasar sejak 1992.
Golden Cross dapat menandakan momentum penurunan pasar yang mulai habis dan potensi pembalikan tren ke atas.
Keterbatasan Death Cross
Jika sinyal pasar sesederhana interaksi antara rata-rata pergerakan 50 hari dan 200 hari mampu memprediksi dengan akurat, maka sinyal ini akan cepat kehilangan efektivitas karena dimanfaatkan banyak pelaku pasar. Death Cross sering menjadi judul berita yang menarik, tapi ia lebih merupakan sinyal dasar dari titik jenuh sentimen pasar jangka pendek daripada pertanda awal bear market atau resesi.
Apa yang Terjadi Setelah Death Cross?
Death Cross adalah sinyal bearish, sehingga setelah terjadi, tren penurunan kemungkinan besar akan berlanjut dengan harga aset yang semakin turun. Namun, pola ini juga bisa menandai pembalikan tren; akhir dari tren naik, di mana harga mulai turun atau bergerak datar.
Bagaimana Cara Memeriksa Death Cross?
Trader teknikal menggunakan rata-rata pergerakan 50 hari dan 200 hari untuk menentukan apakah Death Cross terjadi. Death Cross terjadi ketika rata-rata 50 hari turun dari posisi di atas ke bawah rata-rata 200 hari.
Kesimpulan
Pola Death Cross digunakan dalam analisis teknikal untuk memahami pergerakan harga saham. Pola ini menandakan bahwa rata-rata pergerakan jangka pendek telah turun di bawah rata-rata jangka panjang, sebuah indikasi tren bearish yang perlu diperhatikan oleh para trader.
Temukan topik menarik dan konten analitis di kategori Analisis Teknikal pada tanggal 14-02-2025. Artikel berjudul "Rahasia Pola Death Cross dalam Analisis Pasar Saham" memberikan wawasan baru dan panduan praktis di bidang Analisis Teknikal. Setiap topik dianalisis secara teliti untuk memberikan informasi yang berguna bagi pembaca.
Topik " Rahasia Pola Death Cross dalam Analisis Pasar Saham " membantu Anda membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kategori Analisis Teknikal. Semua topik di situs kami unik dan menawarkan konten berharga bagi audiens.


