Mengungkap Protokol Kyoto: Sejarah, Mekanisme, dan Dampaknya pada Perubahan Iklim
Protokol Kyoto adalah perjanjian internasional yang menjadi tonggak penting dalam upaya global mengurangi emisi gas rumah kaca dan melawan perubahan iklim. Pelajari sejarah, mekanisme, serta kontribusi pentingnya dalam melindungi bumi.
Apa Itu Protokol Kyoto?
Protokol Kyoto merupakan perjanjian internasional yang dirancang untuk mengurangi emisi karbon dioksida dan gas rumah kaca (GRK) lainnya di atmosfer. Fokus utama Protokol ini adalah agar negara-negara maju berkomitmen menurunkan emisi karbon mereka guna menjaga stabilitas iklim global. Disepakati pada tahun 1997 di Kyoto, Jepang, protokol ini menjadi salah satu langkah awal dunia menghadapi ancaman pemanasan global. Pada 2016, Protokol Kyoto secara efektif digantikan oleh Perjanjian Paris yang lebih inklusif.
Poin Penting
- Protokol Kyoto mengharuskan negara-negara industri untuk mengurangi emisi GRK secara signifikan.
- Perjanjian lain seperti Amandemen Doha juga berupaya memperkuat aksi melawan krisis iklim.
- Perjanjian Paris 2015 menggantikan Protokol Kyoto dengan melibatkan semua negara besar penghasil emisi dalam komitmen pengurangan.
- Amerika Serikat menarik diri dari Perjanjian Paris pada 2020 karena alasan ekonomi, kembali bergabung pada 2021, dan keluar lagi pada 2025.
Memahami Protokol Kyoto
Protokol ini menetapkan target pengurangan emisi GRK untuk negara maju pada saat kekhawatiran global terhadap pemanasan bumi semakin meningkat. Berakar dari Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), Protokol Kyoto diadopsi pada 11 Desember 1997 dan mulai berlaku secara internasional pada 16 Februari 2005.
Negara-negara yang meratifikasi protokol ini diberikan batas maksimum emisi karbon selama periode tertentu dan dapat ikut dalam perdagangan kredit karbon. Jika negara melampaui batas emisi, mereka akan menghadapi pengurangan batas yang lebih ketat di periode berikutnya.
Negara-negara maju berjanji mengurangi emisi hidrokarbon rata-rata sebesar 5,2% pada tahun 2012 dibandingkan tingkat 1990, dengan target yang berbeda sesuai negara. Uni Eropa berkomitmen mengurangi 8%, Amerika Serikat 7%, dan Kanada 6%.
Peran Dana Protokol Kyoto
Protokol ini juga membentuk dana khusus untuk membantu negara berkembang memilih teknologi industri yang ramah lingkungan tanpa emisi GRK berlebihan.
Mekanisme Protokol Kyoto
Untuk mencapai target emisi, protokol ini menetapkan tiga mekanisme utama:
- Perdagangan Emisi Internasional: Negara dengan sisa kuota emisi dapat menjual kredit karbon kepada negara yang kelebihan emisi.
- Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM): Negara-negara dengan kewajiban pengurangan dapat menjalankan proyek pengurangan emisi di negara berkembang dan mendapatkan kredit bersertifikat.
- Pelaksanaan Bersama: Negara-negara dapat berkolaborasi dalam proyek pengurangan emisi dan berbagi kredit emisi yang dihasilkan.
Tanggung Jawab Negara Maju dan Berkembang
Protokol Kyoto mengakui bahwa negara maju bertanggung jawab utama atas tingginya emisi GRK akibat aktivitas industri lebih dari 150 tahun. Oleh karena itu, beban pengurangan emisi lebih berat diberikan kepada negara maju, sementara negara berkembang diberi keleluasaan dan sebagian bahkan dikecualikan, seperti Cina dan India.
Peran Khusus Negara Berkembang
Negara-negara dipisahkan menjadi dua kelompok: Annex I (negara maju) dan Non-Annex I (negara berkembang). Annex I wajib membatasi emisi, sedangkan Non-Annex I dapat berpartisipasi dengan investasi pada proyek pengurangan emisi dan mendapatkan kredit karbon yang dapat dijual ke negara maju, memungkinkan negara maju terus mempertahankan emisinya dalam batas tertentu.
Keterlibatan Amerika Serikat
AS, yang sempat meratifikasi Protokol Kyoto, menarik diri pada 2001 dengan alasan ketidakadilan karena hanya negara maju yang diwajibkan mengurangi emisi, yang dianggap dapat merugikan ekonomi AS.
Perubahan dan Perkembangan Protokol Kyoto
Meski Protokol mulai berlaku pada 2005, emisi global justru meningkat sekitar 40% antara 1990 dan 2009. Uni Eropa berhasil melampaui target awal, tetapi AS dan Cina sebagai penghasil emisi terbesar membatalkan sebagian kemajuan tersebut.
Amandemen Doha dan Penerusnya
Pada Desember 2012, Amandemen Doha memperpanjang periode komitmen hingga 2020 dengan target pengurangan baru. Namun, pada 2015, Perjanjian Paris menggantikan Protokol Kyoto dengan cakupan yang lebih luas dan ambisius.
Perjanjian Iklim Paris
Perjanjian Paris adalah kesepakatan global yang mengajak semua negara, termasuk penghasil emisi terbesar, untuk mengurangi polusi yang mengubah iklim dan memperketat komitmen seiring waktu. Tujuannya adalah membatasi kenaikan suhu bumi di bawah 2°C, bahkan berupaya di bawah 1,5°C dibanding era pra-industri. Perjanjian ini juga memperkuat dukungan negara maju terhadap adaptasi negara berkembang serta menetapkan kerangka pelaporan transparan.
Fakta Menarik
Setiap lima tahun, negara-negara melakukan Penilaian Global (Global Stocktake) untuk meninjau kemajuan komitmen mereka di bawah Perjanjian Paris.
Kondisi Protokol Kyoto Saat Ini
Ketika Perjanjian Paris mulai berlaku pada 2016, AS merupakan salah satu penggerak utama dan Presiden Obama memuji kesepakatan tersebut sebagai bukti kepemimpinan Amerika. Namun, Presiden Trump kemudian mengkritik dan menarik AS dari perjanjian tersebut pada 2017, yang efektif pada 2020. Presiden Biden kemudian membawa AS kembali bergabung pada 2021, namun pada 2025, Presiden Trump kembali mengumumkan niat untuk keluar dan menandatangani perintah eksekutif.
Garis Waktu Protokol Kyoto
- 11 Desember 1997: Protokol Kyoto diadopsi di Kyoto, Jepang.
- 14 November 1998: 170 pemerintah menyepakati Rencana Aksi Buenos Aires untuk mengatasi perubahan iklim.
- 16 Maret 1998: Protokol Kyoto dibuka untuk penandatanganan.
- 15 Maret 1999: Telah terkumpul 84 tanda tangan dalam setahun.
- 16 Februari 2005: Protokol mulai berlaku secara internasional.
- 8 Desember 2012: Amandemen Doha diadopsi untuk periode kedua.
- 25 Maret 2013: Afghanistan menjadi penandatangan ke-192.
- 12 Desember 2015: Perjanjian Paris diadopsi, menggantikan Protokol Kyoto.
- 4 November 2016: Perjanjian Paris mulai berlaku.
- 31 Desember 2020: Amandemen Doha resmi berlaku setelah memenuhi persyaratan penerimaan.
Tujuan Utama Protokol Kyoto
Protokol Kyoto bertujuan agar negara-negara maju secara kolektif mengurangi emisi karbon dioksida dan gas rumah kaca untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim.
Alasan AS Tidak Melanjutkan Protokol Kyoto
AS menarik diri pada 2001 karena merasa kesepakatan ini tidak adil, hanya mewajibkan negara maju saja yang mengurangi emisi, yang dianggap dapat menghambat pertumbuhan ekonomi mereka.
Jumlah Negara Penandatangan Protokol Kyoto
Afghanistan menjadi penandatangan terakhir pada 2013, sehingga total penandatangan mencapai 192 negara.
Alasan Dibuatnya Protokol Kyoto
Protokol ini lahir dari keprihatinan global terhadap perubahan iklim dan dampaknya seperti kenaikan permukaan laut, hilangnya pulau-pulau kecil, mencairnya gletser, serta meningkatnya kejadian iklim ekstrem. Protokol menjadi kerangka awal untuk mengajak negara maju bertanggung jawab dan mengurangi polusi GRK.
Kesimpulan
Protokol Kyoto menjadi tonggak penting dalam sejarah legislasi iklim internasional. Meskipun kini digantikan oleh Perjanjian Paris, peran dan kontribusinya tetap menjadi bagian penting dalam perjuangan global melawan perubahan iklim dan menjaga bumi bagi generasi mendatang.
Temukan topik menarik dan konten analitis di kategori Komoditas pada tanggal 15-10-2024. Artikel berjudul "Mengungkap Protokol Kyoto: Sejarah, Mekanisme, dan Dampaknya pada Perubahan Iklim" memberikan wawasan baru dan panduan praktis di bidang Komoditas. Setiap topik dianalisis secara teliti untuk memberikan informasi yang berguna bagi pembaca.
Topik " Mengungkap Protokol Kyoto: Sejarah, Mekanisme, dan Dampaknya pada Perubahan Iklim " membantu Anda membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kategori Komoditas. Semua topik di situs kami unik dan menawarkan konten berharga bagi audiens.


