Mengatasi Sesak Napas dan COVID-19: Kenali Tanda dan Cara Penanganannya
Sesak napas bukan hanya gejala biasa, terutama saat dikaitkan dengan COVID-19. Pelajari bagaimana mengenali gejala sesak napas yang berhubungan dengan virus corona, perbedaannya dengan kondisi lain, serta langkah tepat saat membutuhkan bantuan medis.

Sesak napas membuat Anda sulit mengambil napas dalam-dalam. Anda mungkin merasa kehabisan napas atau seperti tidak mendapatkan udara yang cukup ke paru-paru.
Dikenal secara medis sebagai dispnea, sesak napas merupakan salah satu gejala khas COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru SARS-CoV-2.
Berbeda dengan banyak kondisi lain yang dapat menyebabkan sesak napas, gejala ini pada COVID-19 bisa berlangsung lama dan cepat memburuk.
Simak terus untuk memahami tanda-tanda yang perlu diperhatikan, cara membedakan sesak napas akibat COVID-19 dengan penyebab lain, serta kapan harus mencari pertolongan medis.
Apa Rasanya Mengalami Sesak Napas?
Sesak napas menyebabkan kesulitan bernapas dengan lancar. Anda mungkin merasakan dada terasa sesak sehingga sulit untuk menarik atau mengeluarkan napas penuh. Setiap tarikan napas terasa berat dan dangkal, seperti bernapas melalui sedotan.
Gejala ini bisa muncul saat aktivitas atau saat istirahat, dan dapat datang perlahan atau tiba-tiba.
Olahraga berat, cuaca ekstrem, dan ketinggian juga dapat memicu sesak napas. Selain itu, kecemasan juga memengaruhi pola dan kecepatan pernapasan.
Bagaimana Kecemasan Mempengaruhi Sesak Napas?
Kecemasan atau stres akut memicu respon 'lawan atau lari' tubuh. Sistem saraf simpatik mengaktifkan serangkaian reaksi fisiologis saat menghadapi ancaman.
Detak jantung meningkat, pernapasan menjadi cepat dan dangkal, serta pita suara bisa menegang saat bernapas.
Pernapasan yang cepat dan dangkal terjadi karena otot-otot dada mengambil alih kerja bernapas, menggantikan peran diafragma saat tubuh rileks yang memungkinkan napas lebih dalam dan penuh.
Apakah Sesak Napas Muncul Sebagai Gejala Awal COVID-19?
Sesak napas karena COVID-19 biasanya muncul beberapa hari setelah infeksi awal. Namun, tidak semua orang mengalaminya.
Rata-rata, gejala ini mulai terasa pada hari ke-4 hingga ke-10 setelah terinfeksi, seringkali setelah gejala ringan seperti:
- demam ringan
- kelelahan
- nyeri otot
Pengamatan dokter menunjukkan bahwa munculnya sesak napas disertai penurunan saturasi oksigen secara tiba-tiba setelah aktivitas ringan bisa menjadi indikator membedakan COVID-19 dari penyakit lain.
Urutan Munculnya Gejala COVID-19
Seberapa Umum Sesak Napas pada COVID-19?
Sesak napas yang terjadi sendiri jarang menandakan COVID-19. Namun, jika disertai demam dan batuk, kemungkinan infeksi SARS-CoV-2 meningkat.
Menurut CDC, 31-40% pasien COVID-19 melaporkan sesak napas.
Presentase gejala lainnya adalah sebagai berikut:
- demam: 83-99%
- batuk: 59-82%
- kelelahan: 44-70%
- hilang nafsu makan: 40-84%
- produksi dahak: 28-33%
- nyeri otot: 11-35%
Studi CDC di AS juga menemukan sesak napas dialami sekitar 43% orang dewasa dan 13% anak-anak yang bergejala.
Mengapa COVID-19 Menyebabkan Gangguan Pernapasan?
Di paru-paru sehat, oksigen melewati alveoli ke pembuluh darah kecil (kapiler) dan didistribusikan ke seluruh tubuh.
Namun, pada COVID-19, respons imun mengganggu proses ini. Sel darah putih melepaskan molekul inflamasi yang menarik lebih banyak sel imun untuk melawan virus SARS-CoV-2.
Perang ini meninggalkan nanah berupa cairan berlebih dan sel mati di paru-paru, menyebabkan gejala saluran pernapasan seperti batuk, demam, dan sesak napas.
Risiko mengalami masalah pernapasan lebih tinggi jika Anda:
- berusia 65 tahun ke atas
- perokok
- mengidap diabetes, PPOK, atau penyakit jantung
- memiliki sistem imun yang lemah
Tanda-Tanda yang Harus Diwaspadai
Tinjauan 13 studi dalam Journal of Infection menyebutkan bahwa sesak napas meningkatkan risiko penyakit COVID-19 menjadi parah atau kritis.
Meski pemantauan di rumah dianjurkan untuk kasus ringan, konsultasikan dengan dokter jika ragu.
Sesak napas yang menetap atau memburuk dapat menyebabkan hipoksia, kondisi kadar oksigen darah turun di bawah 90%, yang bisa mengganggu fungsi otak dan menimbulkan kebingungan atau lesu.
Jika oksigen turun sampai sekitar 80% atau kurang, risiko kerusakan organ vital meningkat.
Sesak napas yang berlanjut bisa menjadi tanda pneumonia yang berkembang menjadi sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), yaitu kegagalan paru progresif di mana cairan memenuhi kantung udara paru-paru.
Pada ARDS, paru-paru menjadi kaku dan sulit mengembang, sehingga dibutuhkan alat bantu pernapasan mekanis.
Kapan Harus Mendapatkan Perawatan Medis?
Segera cari bantuan medis jika Anda mengalami:
- napas cepat dan berat
- nyeri atau sesak di dada atau perut bagian atas
- bibir, kuku, atau kulit kebiruan atau berubah warna
- demam tinggi
- tekanan darah rendah
- kebingungan mental
- detak jantung cepat atau lemah
- tangan atau kaki dingin
Hubungi dokter atau rumah sakit terlebih dahulu untuk petunjuk lebih lanjut.
Dampak COVID-19 pada Paru-paru
Beberapa kerusakan paru akibat COVID-19 bisa sembuh secara perlahan, namun ada juga yang mengalami masalah paru kronis.
Kerusakan ini dapat menyebabkan terbentuknya jaringan parut atau fibrosis paru yang membuat paru-paru semakin kaku dan sulit bernapas.
Kondisi Lain yang Menyebabkan Sesak Napas
Selain COVID-19, ada banyak kondisi yang dapat menyebabkan sesak napas, antara lain:
- Asma: Penyakit saluran napas yang menyebabkan pembengkakan dan penyempitan serta penumpukan lendir.
- Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK): Kelompok penyakit yang mempersempit saluran napas dan menyebabkan penumpukan lendir.
- Serangan Jantung: Mengurangi aliran darah dan oksigen ke jantung dan paru-paru, menyebabkan kesulitan bernapas.
- Penyakit Paru Interstisial (ILD): Kondisi yang menyebabkan jaringan parut dan peradangan di paru-paru sehingga sulit mengembang.
Kesimpulan
Berbagai kondisi kesehatan dapat memicu sesak napas. Jika sesak napas muncul sendiri, kecil kemungkinannya menjadi gejala awal COVID-19. Namun, jika disertai demam, batuk, atau nyeri tubuh, maka perlu waspada.
Gejala sesak napas pada COVID-19 biasanya muncul 4 hingga 10 hari setelah infeksi. Dalam beberapa kasus, sesak napas bisa ringan dan singkat, namun bisa juga berkembang menjadi pneumonia, ARDS, dan kegagalan organ yang mengancam jiwa.
Setiap episode sesak napas harus dianggap serius. Segera hubungi dokter jika Anda merasa khawatir atau gejala semakin memburuk.
Temukan topik menarik dan konten analitis di kategori Kesehatan Seksual pada tanggal 09-06-2020. Artikel berjudul "Mengatasi Sesak Napas dan COVID-19: Kenali Tanda dan Cara Penanganannya" memberikan wawasan baru dan panduan praktis di bidang Kesehatan Seksual. Setiap topik dianalisis secara teliti untuk memberikan informasi yang berguna bagi pembaca.
Topik " Mengatasi Sesak Napas dan COVID-19: Kenali Tanda dan Cara Penanganannya " membantu Anda membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kategori Kesehatan Seksual. Semua topik di situs kami unik dan menawarkan konten berharga bagi audiens.


