Memahami Hasrat Seksual: Rahasia di Balik Daya Tarik dan Keinginan
Jelajahi dunia hasrat seksual yang kompleks dan menakjubkan, dari dasar biologis hingga pengaruh emosional dan sosial. Temukan bagaimana hormon, feromon, dan otak Anda bekerja sama menciptakan pengalaman yang penuh gairah dan makna.
Hasrat pada dasarnya adalah perasaan yang muncul ketika sesuatu belum terpenuhi. Hasrat bisa menjadi pendorong untuk hal-hal baru dan lebih baik, namun juga bisa membawa kita ke dalam situasi sulit. Sejak zaman Aristoteles, para filsuf dan pemikir memandang hasrat sebagai penyebab hampir semua hal; hasrat adalah kemungkinan yang menanti untuk diwujudkan.
Apa Itu Hasrat?
Seringkali, kita menganggap hasrat sebagai emosi—sesuatu yang muncul dari kondisi mental, seperti kasih sayang, kemarahan, kesedihan, atau kegembiraan. Namun, para ilmuwan dan psikolog modern percaya bahwa hasrat sebenarnya adalah dorongan fisik, mirip seperti rasa lapar atau kebutuhan darah akan oksigen. Bagi seseorang yang pernah jatuh cinta dengan intensitas yang menggila, dorongan ini terasa sangat nyata. Menurut psikolog klinis Dr. Rob Dobrenski, "Dalam banyak hal, kita tidak dapat mengendalikan apa yang kita inginkan karena ini adalah respons emosional dan fisiologis yang tertanam dalam diri kita."
Dr. Dobrenski berbicara khusus tentang hasrat seksual. Tidak mengherankan, hasrat dan seksualitas hampir tidak bisa dipisahkan. Kata "hasrat" sering kali terasosiasi dengan kisah cinta yang menggairahkan, aktivitas dewasa, dan keinginan akan koneksi seksual. Bahkan teori psikoanalitik menyatakan bahwa semua bentuk hasrat dan energi kreatif berasal dari energi seksual yang dialihkan ke berbagai tujuan lain. Dorongan tubuh ini bersifat seksual; segala hal lainnya merupakan kondisi emosional yang berkembang dari hasrat dasar tersebut.
Apapun pandangan Anda, jelas bahwa hasrat seksual adalah salah satu kebutuhan manusia yang paling kuat. Ia menyita banyak waktu, energi emosional, dan kehidupan kita. Apa yang menggerakkan tenaga dahsyat dari hasrat seksual ini?
Bagaimana Hasrat Terbentuk
Menurut ahli seksologi Miss Jaiya dan Ellen Heed, "hasrat adalah gabungan dari rangsangan visual, biokimia, emosional, dan biomekanik yang memicu kaskade hormon yang dapat berujung pada pembuahan sel telur oleh sperma." Penjelasan ini terdengar klinis, namun diakui luas dalam bidang studi terkait. Buku penting David Buss, The Evolution of Desire: Strategies of Human Mating, menjelaskan bahwa pada dasarnya insting menguasai hasrat kita; preferensi seksual kita adalah ekspresi pencarian keuntungan evolusioner.
Dalam bukunya, Buss mengemukakan beberapa prinsip yang sering dianggap kebenaran umum tentang preferensi seksual berdasarkan evolusi:
- Penampilan menarik lebih penting bagi pria karena menunjukkan kesehatan yang baik dan kemampuan reproduksi yang lebih tinggi.
- Wanita mengutamakan status sosial pasangan karena hal itu menandakan kemampuan untuk merawat dan melindungi anak-anak mereka di masa depan.
- Wanita lebih menyukai pria yang lebih tua karena mereka cenderung memiliki sumber daya untuk memberikan dukungan bagi keluarga.
Buss berpendapat bahwa insting dasar ini mendorong hasrat dan berlaku di seluruh budaya dan masyarakat. Bagi Buss dan banyak ilmuwan lain, pada akhirnya semuanya bertujuan untuk tujuan reproduksi.
Tentu saja, penjelasan ini menyederhanakan kompleksitas seksualitas manusia. Pertanyaan muncul: bagaimana dengan pria yang menyukai pria, wanita yang menyukai wanita, atau mereka yang secara fisik tidak dapat bereproduksi tapi masih merasakan hasrat seksual? Meski begitu, argumen ini tetap menarik dan relevan.
Dr. Dobrenski juga menegaskan, "Hasrat memang didasari kebutuhan evolusioner. Kita memiliki dorongan kuat, seringkali tak sadar, untuk melanjutkan keberlangsungan spesies." Namun, ekspresi hasrat seksual—perasaan sadar dan tindakan seksual kita—jauh lebih rumit daripada sekadar upaya memiliki keturunan.
Ekspresi hasrat seksual kemungkinan besar berakar pada masa kanak-kanak. Menurut pakar manajemen stres Debbie Mandel, "Anak-anak mengamati orang tua dan menyerap pelajaran tentang seksualitas dan hasrat orang tua mereka." Meskipun saat itu mereka belum bisa mengekspresikan hasrat tersebut, kesan awal ini tidak hilang begitu saja. Saat pubertas, keinginan reproduksi mulai terasa dan segera menampilkan diri melalui seksualitas yang telah dipelajari selama masa kanak-kanak. Seiring bertambahnya usia, hasrat berubah dan dibentuk oleh pengaruh sosial dari teman sebaya dan media massa. Hasrat memang sederhana, namun seksualitas sangat beragam dan kompleks. Seksualitas adalah cara kita mengekspresikan hasrat, sekaligus aspek yang dapat kita akses, kelola, dan nikmati.
Pesona Aroma Daya Tarik
Hasrat seksual adalah dorongan yang bekerja di dalam tubuh, tanpa kita sadari dan di luar kendali kita. Jaiya dan Heed percaya bahwa kita tertarik secara bawah sadar karena rangsangan biomekanik, termasuk postur dan feromon—"aroma" seksual yang kita keluarkan—yang menentukan pilihan pasangan. Industri parfum dan periklanan memanfaatkan teori feromon ini dengan memasarkan produk yang katanya dapat "membantu Anda menarik perhatian seksual secara instan dari lawan jenis!" Tapi apa sebenarnya yang mereka jual?
Feromon adalah sinyal kimia yang dikirim oleh satu individu kepada individu lain dalam spesies yang sama untuk memicu respons alami. Feromon sudah lama diamati pada hewan, terutama serangga, sebagai cara berkomunikasi secara bawah sadar. Pada tahun 1971, Dr. Martha McClintlock mempublikasikan penelitian terkenal yang menunjukkan bahwa siklus menstruasi wanita yang tinggal bersama cenderung menjadi sinkron dari waktu ke waktu. McClintlock dan peneliti lain percaya bahwa ini disebabkan oleh komunikasi feromon antarwanita dan merupakan salah satu contoh komunikasi seksual yang terus berlangsung di antara manusia secara bawah sadar.
Berdasarkan riset dari ilmuwan saraf Dr. R. Douglas Fields, Jaiya dan Heed menyimpulkan bahwa feromon "berkomunikasi dengan pusat seks di otak dan dapat memicu pelepasan hormon seks tertentu," seperti testosteron dan estrogen. Efek feromon terlihat jelas ketika pasangan yang seharusnya tidak tertarik satu sama lain tiba-tiba tak bisa berpisah setelah pertemuan dekat, misalnya rekan kerja saat perjalanan bisnis.
Belakangan ini, para ilmuwan mulai mencurigai bahwa saraf kranial yang kurang dikenal mungkin menjadi kunci misteri feromon. Ditemukan pertama kali pada manusia tahun 1913, "saraf kranial nol" atau "saraf terminal" menghubungkan rongga hidung ke otak dan berakhir di "wilayah seks yang sensitif" di otak menurut Dr. Fields. Awalnya dianggap bagian dari saraf penciuman, pada 2007 Dr. Fields menemukan bahwa paus pilot sama sekali tidak memiliki saraf penciuman, namun memiliki saraf nol. Paus sudah lama kehilangan kemampuan mencium karena hidungnya berubah menjadi lubang sembur, tapi saraf nol tetap ada menghubungkan lubang sembur ke otak. Eksperimen lain menunjukkan stimulasi saraf nol memicu respons seksual otomatis pada hewan.
Dr. Fields dan banyak ilmuwan kini percaya saraf kranial nol mungkin bertanggung jawab menerjemahkan sinyal feromon dan memulai perilaku reproduksi. Dengan kata lain, saraf nol adalah mesin biologis dari hasrat.
Campuran Hormon yang Memikat
Feromon ibarat lampu lalu lintas untuk hasrat seksual, memberi sinyal bahwa "semua siap", tapi mereka tidak bekerja sendirian. Ada campuran hormon dan neurokimia di otak yang menggerakkan seluruh proses ini.
Wilayah "seks" di otak yang disebut nucleus septalis mengontrol pelepasan dua hormon utama: testosteron dan estrogen. Kedua hormon ini krusial dalam proses hasrat. Saat pria menua, kadar testosteron turun, yang sering menyebabkan masalah ereksi dan libido. Wanita juga mengalami penurunan testosteron seiring usia. Namun, percobaan pemberian testosteron pada wanita dengan hasrat seksual rendah tidak selalu berhasil, sehingga para ilmuwan kini percaya kombinasi testosteron dan estrogen adalah "hormon cinta" sejati.
Kedua hormon ini merangsang neurokimia otak seperti dopamin, serotonin, noradrenalin, dan oksitosin. Dr. Craig Malkin, psikolog klinis, menjelaskan bahwa campuran neurokimia ini memberi sensasi kegembiraan, euforia, dan gairah yang luar biasa. Beberapa studi otak menunjukkan aktivitas neural pada orang yang sedang jatuh cinta mirip dengan mereka yang mengalami gangguan obsesif-kompulsif. Hasrat dan cinta memang bisa membuat kita 'gila'.
- Dopamin – Neurotransmitter ini berperan dalam kecanduan dan membuat rangsangan eksternal menjadi menggairahkan. Dopamin mengajarkan otak mengasosiasikan sensasi puas dan nikmat dengan objek atau orang yang menarik secara seksual.
- Serotonin – Mirip dopamin, serotonin mengatur siklus hasrat dan kepuasan dalam tubuh.
- Noradrenalin – Biasanya dilepaskan saat kita butuh energi ekstra untuk menghindari bahaya, tapi juga meningkat selama masturbasi dan hubungan seksual, mencapai puncak saat orgasme lalu menurun.
- Oksitosin – Dikenal sebagai "hormon pelukan", oksitosin berperan penting dalam ikatan emosional antara orang tua dan anak serta pasangan. Studi pada prairie vole yang monogami menunjukkan pelepasan oksitosin saat pembentukan ikatan, dan jika oksitosin diblokir, ikatan tidak terbentuk sama sekali. Oksitosin tidak memicu gairah, tapi membantu menurunkan pertahanan dan memperdalam kepercayaan.
Banyak penelitian menunjukkan neurokimia lain juga terlibat dalam hasrat seksual, termasuk epinefrin, polipeptida alfa melanosit, fenetilamin, dan gonadotropin. Namun, sulit untuk mengisolasi satu mekanisme saja karena kerumitannya.
Misteri Hasrat
Ketika teknologi pencitraan otak untuk stimulasi seksual tersedia, para ilmuwan mengharapkan jalur yang sederhana dari pengenalan visual ke minat seksual. Namun, penelitian oleh Stephanie Ortigue dan Francesco Bianchi-Demicheli pada 2007 menunjukkan bahwa hasrat seksual menciptakan jaringan aktivitas otak yang sangat rumit dan tidak linear, melibatkan area otak yang berkaitan dengan fungsi tingkat tinggi seperti kesadaran diri dan pemahaman terhadap orang lain sebelum menyalakan bagian otak yang lebih sederhana untuk respons fisik. Semua ini terjadi sangat cepat dan sering di luar kesadaran kita. Banyak orang bahkan tidak tahu apa yang membuat mereka terangsang.
Menjelaskan hasrat secara ilmiah memang rumit. Interaksi neurokimia yang terlibat sangat kompleks, dan mekanisme utama seperti feromon dan saraf kranial nol masih belum sepenuhnya dipahami. Hal ini menjelaskan mengapa pengobatan untuk kehilangan libido sering kali tidak konsisten dan kurang efektif. Dalam banyak kasus, plasebo sama efektifnya dengan obat. [Jika Anda penasaran, Viagra memang bekerja, tapi hanya memengaruhi gairah, bukan hasrat, yang merupakan mekanisme berbeda dan topik lain.]
Mungkin ketidakpastian ini justru membuat keajaiban cinta dan hasrat tetap hidup. Jika hasrat bisa sepenuhnya dipahami, mungkin ia tidak akan lagi menjadi kekuatan yang menggerakkan kita. Tanpa ketidakpastian, mungkin tidak akan ada kisah Adam dan Hawa, Sorrows of Young Werther, atau Titanic. Jadi, mungkin memang lebih baik kita tidak tahu semuanya.
Temukan topik menarik dan konten analitis di kategori Kesehatan Seksual pada tanggal 05-02-2010. Artikel berjudul "Memahami Hasrat Seksual: Rahasia di Balik Daya Tarik dan Keinginan" memberikan wawasan baru dan panduan praktis di bidang Kesehatan Seksual. Setiap topik dianalisis secara teliti untuk memberikan informasi yang berguna bagi pembaca.
Topik " Memahami Hasrat Seksual: Rahasia di Balik Daya Tarik dan Keinginan " membantu Anda membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kategori Kesehatan Seksual. Semua topik di situs kami unik dan menawarkan konten berharga bagi audiens.


