Keterampilan Anak yang Sering Kita Ajarkan Tapi Sebenarnya Tidak Perlu
Sejak bayi lahir, orang tua berusaha keras mengajarkan berbagai hal pada anak. Namun, beberapa keterampilan yang diajarkan justru tidak bermanfaat dan bisa menghambat perkembangan alami anak. Simak penjelasan para ahli tentang bagaimana mengenali keterampilan yang benar-benar diperlukan untuk masa depan anak.
Sejak lahir, orang tua menghabiskan banyak energi untuk mengajarkan anak berbagai hal. Namun, sering kali keterampilan dan pengetahuan ini menumpuk tanpa memberikan manfaat nyata, bahkan kadang merugikan. Mengapa hal ini terjadi? Mari kita bahas bersama para ahli.
Saat saya kecil, saya pernah berharap bisa tiba-tiba menguasai banyak bahasa, bernyanyi, menari, dan tahu segala hal setelah tersambar petir. Keinginan itu aneh, tapi wajar karena orang tua selalu menuntut saya menjadi yang terbaik.
Metode mendidik seperti ini masih umum di kalangan orang tua saat ini. Banyak anak didaftarkan ke sekolah dini, kamp bahasa, mengikuti berbagai pelatihan dengan tujuan agar mereka tidak tertinggal dan menjadi individu yang siap menghadapi dunia.
Tetapi usaha tersebut terkadang seperti kerja sia-sia. Banyak keterampilan sebenarnya akan dikuasai anak secara alami dan gratis saat waktunya tiba, bahkan ada yang tidak diperlukan sama sekali.
Keterampilan yang Diajarkan Terlalu Dini
Mengajarkan keterampilan sebelum anak siap ibarat memaksakan proses kelahiran yang sulit. Anak dan orang tua tidak siap, sehingga prosesnya penuh stres dan air mata. Selain itu, mengalihkan energi anak untuk belajar hal yang baru padahal keterampilan yang penting saat ini belum dikuasai justru merugikan.
Membaca
Di taman bermain, sering terdengar orang tua membanggakan anak yang sudah bisa baca sejak usia dini. Namun, kemampuan membaca yang dipaksakan sebelum usia 5-6 tahun biasanya hanya membaca mekanis tanpa pemahaman.
"Secara psikofisiologis, otak anak baru siap belajar membaca secara alami pada usia 5-6 tahun," jelas neuropsikolog Alexandra Kondrakhina. "Sebelumnya, membaca hanya akan menjadi hapalan mekanis."
Merawat adik terlalu dini
Banyak anak di keluarga besar dipaksa membantu mengurus adik yang masih bayi, padahal mereka seharusnya belajar dan bermain dengan teman sebaya. Hal ini membuat mereka kehilangan masa kecil dan beban menjadi terlalu berat.
Victoria, 27 tahun, berbagi pengalaman: "Saat kelas 6, ibu saya menikah lagi dan punya bayi. Saya harus pulang sekolah cepat untuk membantu mengurus adik. Saya sering lelah dan melewatkan pelajaran karena harus menjaga mereka."
Menurut Dmitry Raevsky, penulis buku "Pedagogi Hati", anak sulung memang harus dilibatkan dalam mengasuh adik, tapi jangan sampai mengorbankan masa kecil mereka.
"Kegiatan ekstrakurikuler seperti klub drama atau fotografi sudah cukup. Kini anak-anak malah diisi jadwalnya dengan kursus bahasa, robotika, bela diri, dan pemrograman yang kadang berlebihan," ujar Irina Stepanova, metodolog sekolah online "Ponyatno.ru". "Penting untuk membedakan mana yang dibutuhkan anak sekarang dan mana yang bisa ditunda."
Keterampilan yang Tidak Berguna
Ada keterampilan dan pengetahuan yang sebenarnya tidak akan berguna dalam hidup anak, bahkan bisa menimbulkan efek negatif. Namun, orang tua sering tidak sadar dan meneruskan kebiasaan lama tanpa pertimbangan.
Menghafal puisi
Banyak anak di Indonesia juga diajarkan menghafal puisi klasik secara berlebihan. Padahal, ini biasanya hanya menjadi tradisi dan tidak meningkatkan kemampuan memori secara signifikan. Malah, hal ini bisa membuat anak tidak menyukai puisi dan bertanya-tanya kapan mereka akan membutuhkannya dalam kehidupan nyata.
Menurut Yulia Kolbasova, pendiri Almanax Education di London, "Di Inggris, anak-anak jarang menghafal puisi kecuali untuk peran teater atau kompetisi baca tahunan."
Terobsesi dengan Kesempurnaan
Sahabat saya pernah menjadi murid teladan yang selalu mendapatkan nilai sempurna. Namun, di balik itu ada jam-jam pengerjaan ulang tugas agar terlihat sempurna. Hal ini bisa berbahaya karena menimbulkan perfeksionisme yang tidak realistis.
"Keinginan sempurna bisa menyebabkan orang membuang-buang waktu dan energi tanpa batas," kata Sonya Samsonova, psikolog dan pengembang sekolah online "Tetrika". "Anak perlu belajar kapan cukup dan bagaimana menggunakan waktunya dengan efektif."
Hidup Berdasarkan Instruksi
Kita sering mengajarkan anak bahwa hidup harus diikuti sesuai aturan: menggambar harus benar, menulis sesuai guru, membangun mainan sesuai petunjuk, menikah seperti orang lain, dan sebagainya. Akibatnya, anak tumbuh dengan anggapan bahwa kebahagiaan hanya datang jika mengikuti pola yang sudah ada.
Namun, kehidupan dewasa penuh ketidakpastian dan tidak bisa diatur seperti algoritma. Ketika berhadapan dengan realita, kekecewaan muncul.
"Memberikan terlalu banyak instruksi membuat anak kehilangan kreativitas dan kemampuan berpikir mandiri," ujar Dmitry Shutylev, pengajar matematika alternatif di "Matklass".
Kesimpulan
Anak bukanlah mesin pencari atau ensiklopedia berjalan. Mengisi mereka dengan keterampilan dan pengetahuan saja tidak cukup. Pertanyaan utama yang harus dijawab orang tua adalah, "Untuk apa semua ini diajarkan?" Sayangnya, banyak orang tua belum menemukan jawaban atau menggunakan metode lama yang tidak relevan lagi.
Foto: Getty Images
Temukan topik menarik dan konten analitis di kategori Anak-anak pada tanggal 17-08-2023. Artikel berjudul "Keterampilan Anak yang Sering Kita Ajarkan Tapi Sebenarnya Tidak Perlu" memberikan wawasan baru dan panduan praktis di bidang Anak-anak. Setiap topik dianalisis secara teliti untuk memberikan informasi yang berguna bagi pembaca.
Topik " Keterampilan Anak yang Sering Kita Ajarkan Tapi Sebenarnya Tidak Perlu " membantu Anda membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kategori Anak-anak. Semua topik di situs kami unik dan menawarkan konten berharga bagi audiens.


