Mengungkap Relapsing Polychondritis: Gejala, Diagnosis, dan Pilihan Pengobatan
Relapsing polychondritis adalah penyakit inflamasi langka yang menyebabkan kerusakan pada tulang rawan di berbagai bagian tubuh seperti telinga, hidung, dan sendi. Pelajari gejala, penyebab, dan cara mengelola kondisi ini untuk menjaga kualitas hidup Anda.
Relapsing polychondritis adalah kondisi langka yang memicu peradangan pada tulang rawan tubuh. Penyakit ini sering menyerang telinga, sendi, dan hidung Anda.

Walaupun penyebab pasti relapsing polychondritis belum sepenuhnya dipahami, para peneliti menduga bahwa sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tulang rawan yang sehat secara keliru.
Penderita mengalami serangan nyeri dan pembengkakan berulang yang kemudian disusul masa remisi saat gejala mereda. Kondisi ini umumnya memberi prognosis baik, namun dalam beberapa kasus dapat menimbulkan komplikasi serius seperti kerusakan pada saluran pernapasan yang mengancam jiwa.
Artikel ini akan mengupas tuntas penyakit langka ini, mulai dari gejala, penyebab, hingga opsi pengobatan yang dapat membantu Anda mengatasi relapsing polychondritis.
Apa itu Relapsing Polychondritis?
Istilah "relapsing" menggambarkan sifat penyakit yang kambuh berulang kali, sementara "polychondritis" mengacu pada peradangan yang menyerang banyak area tulang rawan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), relapsing polychondritis termasuk dalam kategori chondropathy, yaitu gangguan pada jaringan tulang rawan. Tulang rawan merupakan jaringan penghubung keras yang berperan penting dalam tubuh, seperti:
- mengurangi gesekan antar sendi
- menyerap guncangan
- memberi bentuk pada hidung dan telinga
Seiring waktu, penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan yang perlahan dan tidak dapat diperbaiki pada tulang rawan di berbagai bagian tubuh. Biasanya, penyakit ini mulai muncul pada usia 40 hingga 55 tahun.
Gejala Relapsing Polychondritis
Penyakit ini sering diawali dengan nyeri atau sensasi lembut tiba-tiba di tulang rawan satu atau kedua telinga. Serangan dapat berlangsung selama beberapa hari hingga minggu.
Gejala pada Telinga
Hampir 90% penderita mengalami gejala pada telinga, terutama bagian tulang rawan keras dari telinga luar, sementara daun telinga biasanya tidak terpengaruh.
Gejala yang umum meliputi:
- rasa nyeri
- sensitivitas atau rasa lembut
- pembengkakan
- kemerahan
- perubahan warna
Beberapa orang juga mengalami kerusakan pada saluran telinga atau peradangan pada bagian dalam telinga yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan gejala seperti:
- mual
- muntah
- tinnitus (denging di telinga)
- vertigo
- masalah keseimbangan
Gejala pada Sendi
Lebih dari 70% penderita merasakan nyeri dan pembengkakan sendi yang bisa bertahan berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Gejala ini mirip dengan arthritis, dengan sekitar 30% penderita mengalami nyeri sendi sebagai gejala awal.
Sendi yang biasanya terdampak adalah sendi di tangan, jari, dan pergelangan tangan.
Gejala pada Hidung
Lebih dari 50% penderita mengalami keluhan pada hidung, seperti nyeri dan sensasi lembut di bagian lunak hidung.
Dalam kasus berat, tulang rawan hidung bisa rusak sehingga menyebabkan hidung menjadi cekung, kondisi yang dikenal sebagai "saddle nose".
Gejala pada Mata
Antara 20% hingga 60% penderita mengalami masalah mata, seperti:
- protrusi bola mata
- konjungtivitis (mata merah)
- ulkus kornea
- mata merah
- peradangan pada lapisan tengah mata (uveitis)
- pembengkakan di sekitar mata
Gejala Kardiovaskular
Komplikasi pada sistem kardiovaskular dialami oleh 25% hingga 50% penderita dan dapat berbahaya. Gejalanya meliputi:
- peradangan pembuluh darah besar
- aneurisma
- penyakit katup jantung
Gejala pada Sistem Pernapasan
Hampir 50% penderita mengalami gangguan pada kotak suara atau trakea, dengan gejala seperti:
- keruntuhan saluran napas
- masalah hidung atau sinus
- kesulitan bernapas
- batuk
- suara serak
- mengi
Gangguan pernapasan menjadi penyebab kematian paling umum pada penyakit ini.
Gejala pada Sistem Saraf Pusat
Sekitar 3% penderita mengalami keterlibatan otak dan sumsum tulang belakang, dengan gejala seperti:
- kelelahan
- peradangan dan pembengkakan otak
- gangguan kognitif
- kehilangan memori
- meningitis
- dementia
- sakit kepala
- pusing
- gangguan pendengaran
Bagaimana Relapsing Polychondritis Didagnosis?
Mendiagnosis relapsing polychondritis bisa menantang karena tidak ada tes darah atau pencitraan tunggal yang dapat memastikan penyakit ini. Gejalanya juga dapat menyerupai kondisi medis lain.
Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan diagnosis sejak gejala muncul adalah sekitar 2,9 tahun.
Langkah Diagnosis
Diagnosis biasanya berdasarkan pengamatan terhadap gejala dan tanda klinis, dengan kriteria sebagai berikut—minimal tiga dari enam kriteria harus terpenuhi:
- Peradangan berulang pada tulang rawan kedua telinga
- Peradangan pada tulang rawan hidung
- Radang sendi tanpa kerusakan tulang atau tulang rawan
- Peradangan pada lapisan tengah atau luar mata
- Peradangan pada tulang rawan saluran pernapasan, termasuk kotak suara atau trakea
- Kerusakan pada struktur telinga bagian dalam yang menyebabkan gangguan pendengaran, tinnitus, atau vertigo
Dokter mungkin juga akan melakukan pemindaian CT untuk memeriksa perubahan pada saluran napas, serta tes tambahan seperti:
- PEM-CT (positron emission tomography-CT)
- biopsi sendi yang terkena
- tes darah
Apa Penyebab Relapsing Polychondritis?
Penyebab pasti belum diketahui, namun kondisi ini diduga sebagai penyakit autoimun di mana sistem imun menyerang kolagen tipe II, protein penting dalam struktur tulang rawan.
Faktor pemicu yang mungkin melibatkan kombinasi genetika dan lingkungan meliputi:
- infeksi
- paparan bahan kimia
- trauma langsung pada telinga
Sekitar 30% penderita juga memiliki penyakit autoimun lain, dengan rheumatoid arthritis sebagai yang paling umum.
Bagaimana Pengobatan Relapsing Polychondritis?
Belum ada terapi khusus yang menjadi standar pengobatan, sehingga pengobatan difokuskan pada pengelolaan gejala.
Untuk kasus ringan, dapat menggunakan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), dapsone, atau kolkisin.
Kasus berat mungkin memerlukan kortikosteroid seperti prednisolon oral atau methylprednisolon lewat infus untuk mengurangi peradangan.
Obat biologis seperti infliximab bisa direkomendasikan bagi pasien yang tidak merespons kortikosteroid atau memiliki kontraindikasi terhadapnya. Obat ini bekerja dengan menekan aktivitas sistem imun.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kombinasi awal prednisolon dan imunosupresan dapat memperlambat kambuhnya penyakit.
Apa Ada Cara Mencegah atau Menyembuhkan Relapsing Polychondritis?
Hingga kini, belum ditemukan penyebab pasti maupun obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini secara total. Faktor genetik dan lingkungan diyakini berperan.
Menjalani pemeriksaan rutin dan mematuhi pengobatan dapat membantu mengurangi frekuensi serangan.
Mencatat waktu dan pemicu serangan dalam jurnal bisa membantu memahami pola dan mengelola kondisi dengan lebih baik.
Prognosis
Secara umum, prognosis penderita relapsing polychondritis cukup baik dengan sekitar 91% bertahan hidup lebih dari 10 tahun. Namun, keruntuhan saluran napas merupakan komplikasi yang paling berisiko.
Ringkasan
Relapsing polychondritis adalah penyakit langka yang menyebabkan kerusakan tulang rawan di telinga, hidung, dan sendi. Walaupun kebanyakan penderita memiliki prognosis baik, beberapa mengalami komplikasi serius yang dapat mengancam nyawa.
Jika dicurigai mengidap penyakit ini, dokter akan melakukan serangkaian tes untuk menyingkirkan kemungkinan lain dan membantu merancang rencana pengobatan yang efektif untuk mengendalikan gejala dan mengurangi kambuhnya penyakit.
Jelajahi artikel bermanfaat di kategori Kesehatan Seksual pada tanggal 23-12-2022. Artikel berjudul "Mengungkap Relapsing Polychondritis: Gejala, Diagnosis, dan Pilihan Pengobatan" menawarkan analisis mendalam dan saran praktis di bidang Kesehatan Seksual. Setiap artikel dibuat dengan cermat oleh para ahli untuk memberikan nilai maksimal bagi pembaca.
Artikel " Mengungkap Relapsing Polychondritis: Gejala, Diagnosis, dan Pilihan Pengobatan " memperluas pengetahuan Anda dalam kategori Kesehatan Seksual, menjaga Anda tetap terinformasi tentang perkembangan terbaru, dan membantu membuat keputusan yang tepat. Setiap artikel berbasis konten unik, menjamin orisinalitas dan kualitas.


