Memahami Skizofrenia pada Wanita: Gejala, Perkembangan, dan Respons Terapi
Skizofrenia pada wanita bisa menunjukkan ciri dan perkembangan yang berbeda dibandingkan pria. Pelajari bagaimana gejala, usia onset, dan respons pengobatan pada wanita dapat memengaruhi penanganannya secara efektif.
Skizofrenia adalah gangguan kesehatan mental yang dapat menyerang siapa saja tanpa memandang jenis kelamin. Namun, pada wanita, perkembangan dan gejalanya kadang berbeda dibandingkan pria.
Penderita skizofrenia mengalami perubahan persepsi dan realitas yang dikenal sebagai psikosis. Gejala umum meliputi halusinasi, delusi, pola pikir dan perilaku yang tidak teratur, serta penurunan fungsi yang disebut gejala negatif.
Meski siapa saja bisa didiagnosis skizofrenia, terdapat perbedaan karakteristik antara pria dan wanita.
Seberapa Umum Skizofrenia pada Wanita?
Diperkirakan sekitar 1% populasi dewasa di dunia hidup dengan skizofrenia, meskipun prevalensi ini bervariasi antar negara.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa skizofrenia sedikit lebih jarang terjadi pada wanita dibanding pria. Setiap satu wanita dengan skizofrenia, diperkirakan terdapat 1,4 pria dengan kondisi yang sama.
Pentingnya Bahasa
Dalam penyajian data dan statistik, istilah seperti "pria/wanita" sering digunakan untuk kejelasan, meskipun dalam kenyataan identitas gender lebih beragam.
Penelitian yang menjadi sumber artikel ini belum memasukkan data dari peserta transgender, nonbiner, atau identitas gender lainnya.
Apakah Skizofrenia pada Wanita dan Pria Berbeda?
Kriteria diagnostik skizofrenia sama untuk semua jenis kelamin. Namun, terdapat perbedaan dalam perkembangan, perjalanan penyakit, dan gejala yang dominan.
Skizofrenia pada wanita dan pria tetap merupakan diagnosis yang sama secara medis.
Bagaimana Skizofrenia Dideteksi pada Wanita?
Diagnosis skizofrenia berdasarkan kriteria dalam panduan klinis seperti DSM-5-TR. Diagnosis ditegakkan jika seseorang mengalami minimal dua dari gejala berikut selama sebagian besar waktu dalam satu bulan:
- Halusinasi
- Delusi
- Pola pikir yang tidak teratur
- Perilaku yang tidak teratur
- Gejala negatif
Minimal satu dari gejala tersebut harus berupa halusinasi, delusi, atau pola pikir yang tidak teratur.
Gejala Skizofrenia pada Wanita
Jenis kelamin memengaruhi bagaimana skizofrenia dialami seseorang.
Wanita cenderung menunjukkan gejala afektif seperti ketidakstabilan suasana hati, sementara pria lebih sering mengalami gejala negatif, gangguan penyalahgunaan zat, dan perilaku agresif.
Gejala Positif dan Negatif
Gejala positif menambah pengalaman seperti halusinasi dan delusi, sedangkan gejala negatif mengurangi fungsi seperti berkurangnya berbicara atau hilangnya kesenangan.
Penelitian menunjukkan wanita lebih rentan mengalami depresi, halusinasi sensorik, dan delusi penganiayaan.
Beberapa gejala yang lebih sering muncul pada wanita meliputi:
- Penyiaran pikiran (percaya orang lain dapat mendengar pikiran mereka)
- Pemasangan pikiran (percaya pikiran orang lain tertanam dalam pikiran mereka)
- Halusinasi pendengaran (mendengar suara tanpa sumber nyata)
- Cemburu delusional (percaya pasangan tidak setia)
- Delusi seksual dan perilaku tidak pantas (percaya seseorang tertarik secara berlebihan)
- Impulsivitas
Episode aktif skizofrenia pada wanita biasanya lebih singkat dan fungsi sosial serta kognitif lebih terjaga dibanding pria.
Namun, setiap individu memiliki pengalaman unik dengan skizofrenia tanpa memandang jenis kelamin.
Usia Munculnya Skizofrenia pada Wanita
Wanita cenderung mengalami onset skizofrenia antara pertengahan 20-an hingga awal 30-an, sekitar 3–5 tahun lebih lambat dari pria.
Uniknya, wanita memiliki puncak kedua onset setelah usia 45 tahun, sedangkan pria hanya memiliki satu puncak antara usia 16 hingga 30 tahun.
Setelah usia 45, wanita menjadi mayoritas penderita baru skizofrenia, mencapai hingga 87% dari kasus.
Peran Estrogen dalam Skizofrenia
Penurunan hormon reproduksi wanita, terutama estrogen, selama dan setelah menopause diduga meningkatkan risiko skizofrenia.
Estrogen dianggap melindungi dari gejala psikosis dengan menjaga fungsi fisiologis penting seperti respons stres, aktivitas dopamin, dan fungsi mitokondria.
Seiring menurunnya kadar estrogen seiring usia, risiko mengalami skizofrenia dapat meningkat.
Faktor lain seperti isolasi sosial, kesepian, dan pengalaman hidup negatif juga dapat berkontribusi pada perkembangan psikosis pada wanita usia lanjut.
Respons Terapi Skizofrenia pada Wanita
Wanita umumnya menunjukkan hasil pengobatan yang lebih baik dibanding pria, dengan episode aktif yang lebih singkat.
Kepatuhan terhadap pengobatan lebih tinggi pada wanita, dan fungsi sosial yang lebih baik membantu pemulihan hubungan interpersonal dan pekerjaan lebih cepat.
Hormon estrogen juga meningkatkan efektivitas obat antipsikotik, sehingga wanita sering memerlukan dosis lebih rendah untuk hasil optimal.
Kesimpulan
Skizofrenia pada wanita bukanlah diagnosis terpisah dari pria, melainkan gangguan mental yang dapat memengaruhi semua orang.
Perbedaan pada perkembangan, usia onset, dan gejala memang ada antara jenis kelamin. Wanita biasanya mengalami onset lebih lambat dengan puncak kedua setelah 45 tahun.
Wanita dengan skizofrenia cenderung mempertahankan fungsi sosial dan kognitif lebih baik serta membutuhkan dosis pengobatan yang lebih rendah untuk hasil yang efektif.
Temukan berita terbaru dan peristiwa terkini di kategori Kesehatan Seksual pada tanggal 19-08-2023. Artikel berjudul "Memahami Skizofrenia pada Wanita: Gejala, Perkembangan, dan Respons Terapi" memberikan informasi paling relevan dan terpercaya di bidang Kesehatan Seksual. Setiap berita dianalisis secara mendalam untuk memberikan wawasan berharga bagi pembaca kami.
Informasi dalam artikel " Memahami Skizofrenia pada Wanita: Gejala, Perkembangan, dan Respons Terapi " membantu Anda membuat keputusan yang lebih tepat dalam kategori Kesehatan Seksual. Berita kami diperbarui secara berkala dan mematuhi standar jurnalistik.


