Memahami Pendekatan Reduksionisme dalam Psikologi
Kendra Cherry
Kendra Cherry 2 tahun yang lalu
Penulis, Spesialis Rehabilitasi Psikososial, Edukator #Teori Psikologi
0
6.2K

Memahami Pendekatan Reduksionisme dalam Psikologi

Pelajari bagaimana pendekatan reduksionisme membantu mengurai kompleksitas perilaku manusia menjadi bagian-bagian kecil yang mudah dipahami, serta kelebihan dan tantangannya dalam studi psikologi.

Kendra Cherry, MS, adalah seorang spesialis rehabilitasi psikososial, pendidik psikologi, dan penulis buku berjudul "Everything Psychology Book."

Reduksionisme adalah sebuah teori dalam psikologi yang berfokus pada pemecahan fenomena kompleks menjadi bagian-bagian terkecilnya. Tujuannya adalah menyederhanakan peristiwa dan proses psikologis dengan mengamati elemen-elemen dasar yang menyusunnya, sehingga sesuatu yang rumit bisa dipahami dalam bentuk paling sederhana.

Pendekatan reduksionisme sering dibandingkan dengan holisme, yang menilai sesuatu secara keseluruhan. Jika reduksionis berpendapat bahwa cara terbaik memahami sesuatu adalah dengan melihat komponennya, holis berargumen bahwa keseluruhan lebih dari sekadar jumlah bagian-bagiannya.

Apa itu reduksionisme?
Verywell / Emily Roberts

Gambaran Umum Pendekatan Reduksionisme

Pendekatan reduksionisme digunakan di berbagai disiplin ilmu, termasuk psikologi. Dasarnya adalah keyakinan bahwa sesuatu dapat dijelaskan dengan membaginya menjadi bagian-bagian kecil dan mempelajari masing-masing. Misalnya, untuk memahami mobil, kita memeriksa mesin, bodi, dan interiornya secara terpisah.

Reduksionisme dapat sangat membantu dalam penelitian tertentu. Namun, seringkali keseluruhan lebih dari sekadar penjumlahan bagiannya. Objek lengkap memiliki sifat emergen yang tidak ditemukan pada bagian-bagiannya secara terpisah.

Misalnya, dengan mengamati komponen mobil secara terpisah, kita bisa memahami mekanisme kendaraan. Namun, kenyamanan interior, kelancaran perjalanan, dan efisiensi bahan bakar hanya bisa diketahui setelah semua bagian dirakit menjadi satu kesatuan.

Dalam psikologi, pertanyaan utama bukanlah apakah reduksionisme berguna, melainkan sejauh mana pendekatan ini dapat diterapkan dengan efektif.

Penggunaan Reduksionisme dalam Psikologi

Dalam memahami perilaku manusia, ilmuwan yang menggunakan perspektif ini akan mempelajari bagian-bagian otak dan tubuh manusia. Dengan mengetahui peran masing-masing bagian, mereka dapat memahami keseluruhan berdasarkan kontribusi elemen-elemen tersebut.

Reduksionisme dapat diterapkan pada beberapa tingkat dalam psikologi, seperti:

  • Neuron dan proses neurologis yang mempengaruhi pikiran dan tindakan
  • Genetika manusia untuk melihat pengaruh DNA terhadap perilaku
  • Bagian-bagian otak dan pengaruhnya pada berbagai proses dan perilaku

Tingkat yang lebih tinggi bisa menelaah perilaku sebagai siklus stimulus-respons (behaviorisme) atau mempelajari bagaimana manusia mengumpulkan, menyimpan, memproses, dan menggunakan informasi (kognitivisme).

Pendekatan reduksionisme yang lebih luas juga bisa digunakan untuk mengkaji pengaruh interaksi sosial dan budaya terhadap pola pikir dan perilaku manusia.

Keuntungan Pendekatan Reduksionisme

Fokus yang Lebih Terarah

Salah satu manfaat utama reduksionisme adalah kemampuannya menyederhanakan objek kajian yang kompleks seperti pikiran dan perilaku manusia menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan mudah diteliti. Ini membantu peneliti memusatkan perhatian pada masalah tertentu.

Misalnya, dalam mempelajari depresi, pendekatan reduksionis mungkin menyoroti proses biologis sebagai penyebab utama, tanpa harus mempertimbangkan semua faktor yang mungkin terlibat secara bersamaan.

Menghilangkan Kerumitan yang Membingungkan

Ketika menghadapi masalah yang kompleks, mudah bagi peneliti untuk merasa kewalahan oleh banyaknya data dan pertanyaan. Dengan reduksionisme, mereka dapat memfokuskan penelitian pada aspek kecil dari fenomena, sehingga bisa mendalami topik tersebut lebih efektif.

Meskipun pendekatan ini mengabaikan faktor lain seperti genetika, hubungan sosial, dan lingkungan, fokus yang sempit memungkinkan eksplorasi yang lebih mendalam.

Kekurangan Pendekatan Reduksionisme

Mengabaikan Faktor Pendukung Lain

Kelemahan utama reduksionisme adalah terlalu terfokus pada bagian kecil sehingga mengabaikan faktor lain yang juga berperan. Ini bisa menyebabkan gambaran yang tidak lengkap.

Misalnya, studi biologis tentang depresi yang hanya melihat reaksi kimia dalam tubuh mungkin mengabaikan aspek kognitif, pengaruh warisan genetik, masalah pribadi, penyalahgunaan zat, dan faktor lain yang juga penting.

Tidak Memperhitungkan Keseluruhan

Walaupun reduksionisme mempermudah analisis bagian-bagian, pendekatan ini seringkali tidak melihat bagaimana bagian-bagian tersebut saling berinteraksi. Sebagian besar fenomena kompleks memiliki banyak penyebab dan sistem yang dinamis serta terus berubah.

Memahami interaksi antarbagian adalah kunci untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana sesuatu berfungsi secara keseluruhan.

Contoh Reduksionisme dalam Psikologi

Pengujian Kepribadian

Tes seperti Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) dan Enneagram mengilustrasikan reduksionisme dengan memecah kepribadian menjadi beberapa dimensi yang lebih kecil dan lebih mudah dipahami.

MBTI, misalnya, mengklasifikasikan kepribadian berdasarkan empat dimensi seperti ekstroversi vs introversi, sensing vs intuisi, berpikir vs perasaan, dan menilai vs mempersepsi.

Biopsikologi

Biopsikologi memusatkan perhatian pada bagaimana proses biologis memengaruhi perilaku manusia. Pendekatan ini bersifat reduksionis karena fokus pada aspek biologis tertentu dalam pengalaman manusia.

Dalam menangani masalah kesehatan mental, biopsikolog mungkin melihat kondisi sebagai akibat proses biologis di otak dan tubuh, dan merekomendasikan pengobatan yang menargetkan aspek fisiologis tersebut.

Namun, penelitian reduksionis belum memberikan penjelasan pasti tentang dasar biologis gangguan mental.

Behaviorisme

Behaviorisme menekankan bagaimana interaksi dengan lingkungan memengaruhi belajar dan perilaku manusia. Pendekatan ini menganggap semua perilaku manusia bisa dijelaskan melalui pengkondisian dan penguatan, mengabaikan faktor kognitif dan biologis.

Untuk mengatasi kondisi psikologis, behavioris mungkin menggunakan teknik modifikasi perilaku untuk mengubah asosiasi lama dan membentuk yang baru.

Psikologi Kognitif

Psikologi kognitif fokus mempelajari proses mental internal secara objektif dan terukur. Pendekatan ini reduksionis karena hanya memusatkan perhatian pada kognisi dan mengabaikan faktor lain yang memengaruhi perilaku.

Psikolog kognitif mungkin menjelaskan kondisi mental berdasarkan pola pikir yang mendasari perasaan dan tindakan seseorang, serta merekomendasikan terapi untuk mengganti pola pikir negatif dengan yang lebih sehat dan realistis.

Perbedaan Reduksionisme dan Holisme

Pendekatan reduksionisme sering dibandingkan dengan holisme yang melihat sesuatu secara menyeluruh. Holisme tidak mengabaikan bagian-bagian kecil, tetapi menekankan pentingnya melihat bagaimana bagian-bagian tersebut berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain dalam berbagai tingkatan.

Beberapa cabang psikologi seperti psikologi sosial, humanistik, dan positif cenderung mengadopsi pendekatan holistik, yang fokus pada keseluruhan fungsi manusia daripada aspek kecil saja.

Kesimpulan

Kritik terhadap reduksionisme sering menyebut pendekatan ini menyederhanakan hal yang kompleks secara berlebihan. Namun, pendekatan ini tetap berguna untuk memahami aspek-aspek tertentu dari perilaku manusia yang sangat beragam dan rumit.

Menggunakan reduksionisme secara selektif dapat memberikan wawasan berharga, meskipun tidak bisa dijadikan satu-satunya pendekatan. Pilihan antara pendekatan reduksionis atau holistik sangat bergantung pada topik dan konteks penelitian.

Sumber Referensi:

  1. Kesić S. Systems biology, emergence and antireductionism. Saudi J Biol Sci. 2016;23(5):584-591. doi:10.1016/j.sjbs.2015.06.015
  2. Bakker GM. A new conception and subsequent taxonomy of clinical psychological problems. BMC Psychol. 2019;7(1):46. doi:10.1186/s40359-019-0318-8
  3. Borsboom D, Cramer A, Kalis A. Brain disorders: Not really: why network structures block reductionism in psychopathology research. Behav Brain Sci. 2018;42:E2. doi:10.1017/S0140525X17002266
  4. Staddon J. Theoretical behaviorism. Contemp Behaviorisms Debate. 2021;702:79-95. doi:10.1007/978-3-030-77395-3_7
Kendra Cherry

Ditulis oleh Kendra Cherry, MSEd, seorang spesialis rehabilitasi psikososial, pendidik psikologi, dan penulis buku "Everything Psychology Book."

Temukan topik menarik dan konten analitis di kategori Teori Psikologi pada tanggal 11-11-2023. Artikel berjudul "Memahami Pendekatan Reduksionisme dalam Psikologi" memberikan wawasan baru dan panduan praktis di bidang Teori Psikologi. Setiap topik dianalisis secara teliti untuk memberikan informasi yang berguna bagi pembaca.

Topik " Memahami Pendekatan Reduksionisme dalam Psikologi " membantu Anda membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kategori Teori Psikologi. Semua topik di situs kami unik dan menawarkan konten berharga bagi audiens.

0
6.2K

Inliber adalah platform berita global yang menyajikan informasi akurat dan terpercaya dari seluruh dunia secara cepat.

Kami menyajikan liputan mendalam tentang teknologi, politik, kesehatan, olahraga, budaya, keuangan, dan banyak lagi. Inliber dirancang untuk semua pengguna internet dengan antarmuka yang ramah, sumber tepercaya, dan konten berkualitas tinggi di era digital saat ini.