Panduan Lengkap Mengenai Demensia: Memahami, Mengenali, dan Mengelola Kondisi Ini
Demensia adalah gangguan fungsi kognitif seperti ingatan, bahasa, dan penalaran yang memengaruhi kehidupan sehari-hari. Pelajari perbedaan demensia dengan lupa biasa, gejala, penyebab, serta cara penanganannya.
Demensia adalah penyakit neurodegeneratif yang memiliki berbagai bentuk, gejala, dan penyebab. Meskipun belum ditemukan obatnya, para peneliti terus mencari pengobatan efektif dan cara pencegahan yang potensial.
Penurunan fungsi kognitif seperti kemampuan berpikir, mengingat, dan bernalar adalah hal yang wajar seiring bertambahnya usia. Namun, pada sebagian orang, penurunan ini bisa sangat parah sehingga memengaruhi aktivitas sehari-hari, emosi, hingga kepribadian mereka. Kondisi ini dikenal sebagai demensia.
Meski penurunan kognitif adalah bagian alami dari proses penuaan, demensia bukanlah hal yang normal. Risiko demensia meningkat seiring bertambahnya usia.
Teruskan membaca untuk memahami lebih dalam tentang demensia, cara mengenalinya, bagaimana perkembangannya, serta cara mengelola kondisi ini.
Apa Itu Demensia?
Demensia adalah penurunan berat fungsi kognitif yang bisa memengaruhi satu atau lebih kemampuan berikut:
- ingatan
- berpikir
- bahasa
- penilaian
- perilaku
Berbagai kondisi kesehatan atau cedera dapat menyebabkan demensia dengan tingkat keparahan yang beragam. Kondisi ini juga dapat menyebabkan perubahan kepribadian.
Beberapa jenis demensia bersifat progresif, artinya gejalanya berkembang dan memburuk seiring waktu. Namun ada juga yang dapat diobati atau bahkan dibalik kondisinya. Istilah "demensia" sering digunakan untuk menggambarkan penurunan fungsi otak yang tidak dapat dipulihkan.
Demensia vs Gangguan Neurokognitif Mayor
Istilah medis resmi untuk demensia adalah "gangguan neurokognitif mayor." Perubahan istilah ini dilakukan oleh DSM-5 untuk menggambarkan kondisi secara lebih tepat dan menghindari stigma negatif yang melekat pada kata "demensia," yang berarti "hilang akal" dalam bahasa Latin.
Seberapa Umum Demensia?
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 55 juta orang di seluruh dunia hidup dengan demensia, dan sekitar 10 juta kasus baru dilaporkan setiap tahun.
Jumlah penderita demensia meningkat seiring peningkatan harapan hidup.
Menurut Alzheimer’s Association, di Amerika Serikat terdapat sekitar 6,9 juta orang berusia 65 tahun ke atas yang hidup dengan penyakit Alzheimer, tipe demensia yang paling umum, dan angka ini diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada tahun-tahun mendatang.
Gejala dan Tanda Demensia
Pada tahap awal, demensia dapat menimbulkan gejala seperti:
- Kesulitan menghadapi perubahan: Sulit menerima perubahan jadwal atau lingkungan
- Perubahan memori jangka pendek yang halus: Mengingat kejadian lama dengan jelas tapi lupa hal baru seperti apa yang dimakan
- Kesulitan menemukan kata yang tepat saat berbicara
- Pengulangan kata atau tindakan yang sama
- Bingung arah: Tempat yang dulu dikenal menjadi asing
- Kesulitan mengikuti alur cerita
- Perubahan suasana hati: Mudah frustrasi, marah, atau depresi
- Kehilangan minat pada aktivitas yang dulu disukai
- Kebingungan tentang orang, tempat, dan kejadian
- Kesulitan menyelesaikan tugas sehari-hari
Penyebab Demensia
Demensia umumnya disebabkan oleh kerusakan neuron otak atau gangguan sistem tubuh lain yang memengaruhi fungsi otak.
Penyebab umum meliputi penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson yang mengganggu komunikasi antar neuron.
Menurut DSM-5, terdapat 13 penyebab utama demensia, antara lain:
- Penyakit Alzheimer (penyebab paling umum)
- Penyakit vaskular
- Degenerasi lobus frontotemporal
- Penyakit badan Lewy
- Cedera otak traumatis
- Pemakaian zat, alkohol, atau obat-obatan
- HIV
- Penyakit prion
- Penyakit Parkinson
- Penyakit Huntington
- Kondisi medis lain
- Gabungan beberapa penyebab
- Penyebab tidak spesifik
Degenerasi lobus frontotemporal mencakup kerusakan pada bagian depan dan samping otak, termasuk kondisi seperti:
- Penyakit Pick
- Palsi supranuklear
- Degenerasi kortikobasal
Kondisi lain yang berkontribusi bisa berupa:
- Gangguan struktural otak seperti hidrosefalus tekanan normal dan hematoma subdural
- Gangguan metabolik seperti hipotiroidisme, kekurangan vitamin B12, serta gangguan ginjal dan hati
- Tumor atau infeksi otak tertentu
Jenis-Jenis Demensia
Jenis demensia ditentukan berdasarkan kondisi penyebabnya. Menurut Dementia UK, ada lebih dari 200 subtipe, dengan yang paling umum sebagai berikut:
- Penyakit Alzheimer: Menyumbang 60-80% kasus demensia.
- Demensia vaskular: Disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otak, misalnya akibat stroke atau penyumbatan pembuluh darah.
- Demensia badan Lewy: Akumulasi protein dalam sel saraf mengganggu sinyal otak, menyebabkan hilangnya ingatan dan reaksi lambat.
- Demensia Parkinson: Terjadi pada tahap lanjut penyakit Parkinson dengan gangguan penalaran dan perubahan emosi.
- Demensia frontotemporal: Melibatkan perubahan bahasa, perilaku, dan hilangnya kontrol diri, umum pada pasien ALS.
Jenis demensia lain sangat langka, seperti penyakit Creutzfeldt-Jakob yang hanya terjadi 1 per juta orang per tahun.
Beberapa orang dapat mengalami demensia campuran, misalnya kombinasi Alzheimer dan demensia vaskular.
Apa Itu LATE?
Limbic-predominant Age-related TDP-43 Encephalopathy (LATE) adalah jenis demensia baru yang masih diteliti. Penyebabnya adalah penumpukan protein TDP-43 yang salah lipat di otak.
Gejalanya mirip Alzheimer, tapi diagnosis hanya bisa dipastikan melalui biopsi otak setelah kematian.
Studi autopsi memperkirakan lebih dari sepertiga orang di atas 85 tahun mungkin memiliki LATE.
Tahapan Demensia
Demensia umumnya berkembang secara bertahap, dengan gejala yang makin memburuk. Berikut tahapannya:
Gangguan Kognitif Ringan
Beberapa lansia mengalami gangguan kognitif ringan (MCI) yang tidak berkembang menjadi demensia. Gejalanya termasuk lupa ringan dan kesulitan mengingat kata.
Demensia Ringan
Penderita masih bisa mandiri, namun mulai mengalami:
- Lupa jangka pendek
- Perubahan kepribadian seperti mudah marah atau depresi
- Sering kehilangan barang
- Kesulitan tugas kompleks
- Kesulitan mengungkapkan perasaan
Demensia Sedang
Butuh bantuan untuk aktivitas sehari-hari, dengan gejala:
- Kesulitan mengambil keputusan
- Kebingungan dan frustrasi meningkat
- Memori memburuk
- Kesulitan mandi dan berpakaian
- Perubahan kepribadian signifikan
- Gejala memburuk di sore hari (sundowning)
Demensia Berat
Gejala fisik dan mental memburuk, seperti:
- Hilang fungsi berjalan, menelan, dan kontrol kandung kemih
- Kesulitan komunikasi
- Memerlukan perawatan penuh waktu
- Risiko infeksi meningkat
Kecepatan perkembangan demensia berbeda tiap individu.
Metode Diagnosa Demensia
Tidak ada satu tes tunggal untuk memastikan demensia. Dokter biasanya melakukan serangkaian pemeriksaan, seperti:
- Riwayat medis dan keluarga
- Pemeriksaan fisik menyeluruh
- Evaluasi gejala memori, perilaku, dan fungsi otak
- Tes darah dan urin untuk menyingkirkan kondisi lain
- Tes cairan serebrospinal untuk mendeteksi protein terkait penyakit neurodegeneratif
- Tes kognitif untuk menilai kemampuan berpikir dan memori
- Pemindaian otak untuk melihat kondisi otak dan menyingkirkan penyebab lain
Dokter dapat menentukan dengan tingkat kepastian tinggi apakah seseorang mengalami gejala demensia, meski menentukan jenisnya bisa sulit karena tumpang tindih gejala.
Jika diperlukan, konsultasi dengan neurolog atau geriatri spesialis demensia dapat membantu diagnosis lebih detail.
Penanganan Demensia
Belum ada obat untuk menyembuhkan demensia, namun ada pengobatan untuk mengelola gejala.
Obat-Obatan
FDA telah menyetujui beberapa obat yang membantu meningkatkan fungsi kognitif, seperti:
- Inhibitor kolinesterase: Meningkatkan acetylcholine untuk membantu memori dan penilaian, contoh: donepezil, galantamin, rivastigmin.
- Memantin: Membantu menunda gejala pada Alzheimer sedang hingga berat.
- Antibodi monoklonal: Protein buatan laboratorium yang menargetkan protein penyebab Alzheimer, seperti donanemab dan lekanemab, diberikan secara infus.
Terapi Non-Obat
Berbagai terapi non-obat juga dapat membantu mengurangi gejala dan komplikasi, antara lain:
- Mengatur lingkungan agar lebih tenang dan teratur
- Membantu memecah aktivitas sehari-hari menjadi langkah yang lebih mudah
- Terapi okupasi untuk meningkatkan keamanan dan kemampuan dalam aktivitas harian
Bisakah Demensia Dicegah?
Dulu diyakini demensia tidak bisa dicegah, namun penelitian terbaru menunjukkan sekitar 45% kasus mungkin dapat dihindari dengan mengelola faktor risiko.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi meliputi:
- pendidikan rendah
- gangguan pendengaran
- tekanan darah tinggi
- merokok
- obesitas
- depresi
- kurang aktivitas fisik
- diabetes
- konsumsi alkohol berlebihan
- cedera otak traumatis
- polusi udara
- isolasi sosial
- gangguan penglihatan tidak terobati
- kolesterol LDL tinggi
Mengelola faktor-faktor ini dapat memperlambat atau mencegah perkembangan demensia.
Hubungan Demensia dengan Alkohol
Penggunaan alkohol adalah salah satu faktor risiko yang paling dapat dicegah. Studi menunjukkan bahwa gangguan penggunaan alkohol meningkatkan risiko demensia hingga tiga kali lipat.
Para ahli menyarankan konsumsi alkohol dalam batas moderat: maksimal satu gelas per hari untuk wanita dan dua gelas untuk pria.
Harapan Hidup Penderita Demensia
Banyak pasien demensia hidup bertahun-tahun setelah diagnosis. Namun, pada tahap lanjut, demensia dapat menyebabkan kematian.
Perkiraan harapan hidup sulit karena tiap individu berbeda. Studi di Swedia dan Belanda menunjukkan rata-rata waktu bertahan sekitar 4 hingga 5 tahun setelah diagnosis.
Faktor risiko kematian meliputi usia lanjut, penurunan fungsi tubuh, dan kondisi medis lain seperti diabetes atau kanker.
Perjalanan penyakit bisa lambat atau cepat, sehingga harapan hidup sangat bervariasi.
Perbedaan Demensia dan Penyakit Alzheimer
Demensia adalah istilah umum untuk gangguan fungsi kognitif, sedangkan Alzheimer adalah tipe demensia paling umum.
Gejala Alzheimer mirip dengan demensia lain, namun sering disertai depresi, gangguan penilaian, dan kesulitan berbicara.
Penelitian Terbaru Tentang Demensia
Para ilmuwan di seluruh dunia terus mengembangkan pemahaman tentang demensia untuk:
- menciptakan langkah pencegahan
- mengembangkan alat diagnostik dini
- menemukan pengobatan lebih efektif dan tahan lama
- mencari kemungkinan obat penyembuh
Beberapa kemajuan terbaru meliputi:
- terapi gen untuk Alzheimer onset terlambat
- studi hewan untuk terapi mengatasi penumpukan protein TDP-43
- tes kognitif berbasis web
- tes darah untuk mendeteksi protein tau
- alat analisis rekam medis elektronik untuk deteksi demensia
Penelitian juga fokus pada faktor genetik, neurotransmitter, inflamasi, kematian sel terprogram, protein tau, dan stres oksidatif.
Prospek Hidup dengan Demensia
Penyakit Alzheimer adalah penyebab kematian ketujuh di AS menurut CDC. Namun perjalanan dan gejala demensia sangat bervariasi.
Meski belum ada obat, penelitian terus dilakukan sehingga prospek pengobatan di masa depan lebih cerah.
Jika Anda atau keluarga mulai mengalami gejala demensia, segera konsultasikan ke dokter untuk diagnosis dini dan perencanaan perawatan.
Temukan berita terbaru dan peristiwa terkini di kategori Kesehatan Seksual pada tanggal 30-04-2024. Artikel berjudul "Panduan Lengkap Mengenai Demensia: Memahami, Mengenali, dan Mengelola Kondisi Ini" memberikan informasi paling relevan dan terpercaya di bidang Kesehatan Seksual. Setiap berita dianalisis secara mendalam untuk memberikan wawasan berharga bagi pembaca kami.
Informasi dalam artikel " Panduan Lengkap Mengenai Demensia: Memahami, Mengenali, dan Mengelola Kondisi Ini " membantu Anda membuat keputusan yang lebih tepat dalam kategori Kesehatan Seksual. Berita kami diperbarui secara berkala dan mematuhi standar jurnalistik.


