Memahami Defisiensi Regulasi Emosional Diri: Tantangan dan Solusi
Defisiensi regulasi emosional diri (DESR) seringkali menjadi tantangan tersembunyi bagi banyak orang dengan ADHD. Artikel ini mengupas tuntas tentang DESR, gejalanya, penyebab, serta strategi efektif untuk mengelola dan menjalani kehidupan dengan lebih baik.
Arlin Cuncic, MA, adalah penulis buku "The Anxiety Workbook" dan pendiri situs About Social Anxiety. Ia memiliki gelar Magister Psikologi Klinis.
Defisiensi regulasi emosional diri (DESR) merupakan kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan dalam mengendalikan respons emosionalnya. Beberapa ahli menyatakan bahwa DESR merupakan bagian penting dari gangguan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD), walaupun kondisi ini belum menjadi kriteria resmi diagnosis ADHD menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Di Amerika Serikat, dari 6,1 juta anak yang hidup dengan ADHD, hampir separuhnya juga mengalami DESR.
Masih belum jelas apakah DESR adalah gejala dari ADHD atau kondisi yang berdiri sendiri namun berhubungan erat. Definisi dan penelitian tentang DESR pun masih berkembang dan belum mencapai kesepakatan.
Apa Itu Defisiensi Regulasi Emosional Diri?
DESR menggambarkan ketidakmampuan seseorang mengatur respons emosinya dengan baik. Ciri-cirinya meliputi:
- Kesulitan mengendalikan reaksi fisik akibat emosi kuat, seperti kenaikan tekanan darah atau pernapasan cepat.
- Perilaku yang tidak sesuai dengan situasi saat mengalami emosi positif atau negatif.
- Kesulitan mengalihkan fokus saat emosi sedang tinggi.
- Perilaku yang kacau atau tidak terkoordinasi ketika emosi aktif.
Orang dengan ADHD dan DESR biasanya menunjukkan reaksi emosional yang berlebihan dibandingkan dengan situasi yang sebenarnya. Mereka cenderung merespon seperti seseorang yang sedang mengalami tekanan berat.
Istilah ini diperkenalkan oleh Dr. Russell Barkley pada tahun 2015 dalam diskusi mengenai apakah DESR harus dianggap bagian dari diagnosis ADHD atau sebagai sifat yang menyertainya. DESR merupakan salah satu dari berbagai gejala emosional ADHD, seperti impulsivitas emosional, ketidakstabilan, dan reaktivitas.
Meskipun DESR tidak termasuk kriteria diagnosis ADHD, dampaknya bisa sangat signifikan terhadap fungsi sehari-hari dan memperburuk gejala ADHD.
Hubungan DESR dengan Fungsi Eksekutif
Memahami DESR erat kaitannya dengan konsep fungsi eksekutif, yaitu kemampuan otak mengatur dan mengendalikan berbagai proses untuk mencapai tujuan. Fungsi ini membantu fokus pada hal-hal penting, berpindah tugas dengan lancar, dan menjaga gambaran besar tetap jelas.
Beberapa kemampuan yang termasuk fungsi eksekutif antara lain:
- Mampu memproses informasi dan tetap waspada
- Memulai tugas dan mengorganisasi
- Beralih antar tugas tanpa terjebak
- Menggunakan memori kerja dan mengakses ingatan
- Memonitor diri dan mengatur tindakan
Pada umumnya, fungsi eksekutif membantu menghadapi tuntutan kehidupan sehari-hari. Namun, fungsi ini sering kurang optimal pada orang dengan ADHD.
Beberapa ahli berpendapat regulasi emosi tidak terpisahkan dari fungsi eksekutif, melainkan menjadi benang merah yang menghubungkan seluruh proses tersebut. Ketika regulasi emosi gagal, seluruh sistem fungsi eksekutif bisa terganggu, menjelaskan mengapa DESR dapat memengaruhi banyak aspek kehidupan.
Gejala Defisiensi Regulasi Emosional Diri
Jika Anda mengalami DESR, Anda mungkin merasakan gejala seperti:
- Impulsivitas emosional
- Toleransi rendah terhadap frustrasi
- Perubahan suasana hati yang tiba-tiba atau berlebihan
- Ledakan amarah atau kemarahan yang tidak proporsional
Ketika emosi membanjiri, fokus pada tugas atau pengambilan keputusan menjadi sangat sulit. Apa yang tampak sebagai kurangnya kemauan sebenarnya adalah luapan emosi yang membuat produktivitas dan konsentrasi hampir mustahil dicapai. Hal ini sering menyebabkan penundaan, kesulitan mengutamakan hasil jangka panjang, serta kesulitan mengelola antusiasme atau minat yang intens pada hal baru.
Dampak Jangka Panjang DESR
Selain gejala langsung, DESR juga dapat menimbulkan dampak jangka panjang yang memengaruhi hubungan sosial, kehidupan sehari-hari, dan kepatuhan terhadap aturan. Sebuah studi terhadap 329 orang dewasa menunjukkan bahwa individu dengan ADHD dan DESR cenderung menghadapi lebih banyak tantangan dalam kehidupan sosial dan emosional.
Perasaan takut, malu, marah, dan putus asa karena kesulitan mengendalikan emosi juga kerap dialami, yang bisa mengganggu berbagai aspek kehidupan.
Penyebab Defisiensi Regulasi Emosional Diri
Penelitian menunjukkan adanya kemungkinan hubungan genetik antara ADHD dan DESR. Sebuah studi membandingkan kelompok dengan ADHD, ADHD plus DESR, dan tanpa keduanya, menemukan bahwa DESR bisa diturunkan dalam keluarga.
Selain itu, kemampuan bahasa juga memengaruhi regulasi diri. Anak yang mampu mengkomunikasikan kebutuhan dengan baik cenderung memiliki respons emosional yang lebih terkontrol. Kemampuan bahasa juga membantu dalam pengembangan keterampilan pemecahan masalah.
Gangguan tidur juga berkaitan erat dengan DESR. Penelitian tahun 2021 mengungkap bahwa anak dan remaja dengan ADHD yang mengalami DESR lebih sering mengalami masalah tidur.
Pilihan Pengobatan untuk DESR
Karena DESR berkaitan erat dengan ADHD, penanganan ADHD secara umum juga digunakan untuk mengatasi DESR. Dua pendekatan utama adalah pengobatan dan terapi.
Pengobatan
Obat resep, khususnya stimulan yang biasa diberikan untuk ADHD, dapat membantu mengelola DESR jika digunakan dengan benar dan diawasi untuk menghindari efek samping. Namun, efektivitas dan toleransi obat berbeda-beda pada setiap individu, sehingga konsultasi dengan dokter sangat penting.
Terapi
Terapi seperti terapi perilaku kognitif (CBT) dan teknik berbasis mindfulness dapat melatih otak merespon pemicu emosional dengan cara yang lebih sehat. Terapi ini juga mengajarkan keterampilan coping untuk mengelola emosi saat menjadi berlebihan. Kombinasi terapi dan pengobatan seringkali memberikan hasil terbaik.
Mindfulness terbukti bermanfaat dalam menurunkan gejala DESR, terutama pada anak-anak yang mengikuti terapi kelompok berbasis mindfulness.
Strategi Menghadapi DESR dan ADHD
Jika Anda hidup dengan ADHD dan DESR, ketahuilah bahwa Anda tidak sendiri. Sekitar 60% orang dengan ADHD juga menghadapi DESR. Beberapa strategi mandiri yang dapat membantu antara lain meditasi rutin untuk meningkatkan kesadaran, olahraga teratur untuk menstabilkan emosi, dan memperhatikan pengaruh makanan terhadap suasana hati.
Namun, jika kesulitan mengelola emosi terus berlanjut, sangat penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental.
Kesimpulan
DESR memang belum menjadi kriteria diagnosis resmi ADHD, sehingga penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menemukan pengobatan yang paling efektif. Tidak semua orang dengan ADHD mengalami DESR, sehingga komunikasi terbuka dengan tenaga kesehatan tentang gejala yang dialami sangat penting.
Bergabung dengan kelompok dukungan juga bisa membantu Anda merasa dimengerti dan mendapatkan strategi baru. Jika belum ada kelompok dukungan di sekitar Anda, memulai komunitas sendiri bisa menjadi langkah positif.
Terakhir, bagi keluarga dan teman yang mendampingi orang dengan DESR, kesabaran dan dukungan sangat berharga selama proses mereka menghadapi tantangan ini.
Sumber informasi berdasarkan studi dan penelitian terkini untuk memastikan keakuratan dan relevansi konten.
Temukan berita terbaru dan peristiwa terkini di kategori Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (ADHD) pada tanggal 22-12-2023. Artikel berjudul "Memahami Defisiensi Regulasi Emosional Diri: Tantangan dan Solusi" memberikan informasi paling relevan dan terpercaya di bidang Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (ADHD). Setiap berita dianalisis secara mendalam untuk memberikan wawasan berharga bagi pembaca kami.
Informasi dalam artikel " Memahami Defisiensi Regulasi Emosional Diri: Tantangan dan Solusi " membantu Anda membuat keputusan yang lebih tepat dalam kategori Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (ADHD). Berita kami diperbarui secara berkala dan mematuhi standar jurnalistik.


