Momen Kritis Dunia Hampir Terjerumus ke Perang Nuklir: Kisah Nyata yang Menggetarkan
Perang nuklir bukan sekadar fiksi ilmiah; kesalahan teknologi, permainan politik, dan faktor manusia telah beberapa kali membawa dunia ke ambang kehancuran total. Mengungkap kisah nyata di balik momen-momen genting yang nyaris mengubah sejarah umat manusia.
Permainan politik, kegagalan teknologi, dan keputusan manusia telah berkali-kali mengancam kelangsungan hidup seluruh makhluk di bumi.
Perang dunia ketiga bisa menjadi akhir dari peradaban manusia, karena potensi perubahan iklim ekstrem yang diakibatkannya. Debu dan abu yang dihasilkan ledakan nuklir akan menghalangi sinar matahari dan menyebabkan pendinginan global, fenomena yang dikenal sebagai "musim dingin nuklir".
Risiko ini paling nyata selama Perang Dingin, ketika Amerika Serikat dan Uni Soviet berlomba-lomba mengembangkan persenjataan pemusnah massal terbesar dalam sejarah, menciptakan tumpukan senjata mematikan yang tak tertandingi oleh negara mana pun setelahnya.
Dalam sejarah nyata, bom atom hanya pernah digunakan pada akhir Perang Dunia II, ketika Amerika Serikat menjatuhkan dua bom di Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945.
Empat tahun kemudian, Uni Soviet menguji senjata nuklir pertamanya, menandai dimulainya ketegangan nuklir antara dua kekuatan besar tersebut.
Momen Dunia Hampir Terperosok ke Jurang Perang Nuklir
Banyak kesalahpahaman yang hampir berakhir dengan bencana besar.
Insiden Kapal Selam Nuklir Soviet "B-59" Tahun 1962
Tahun 1962 menandai puncak ketegangan Perang Dingin. AS dan Uni Soviet menempatkan rudal nuklir di wilayah yang sangat dekat—Turki dan Kuba—membuat deteksi dan intersepsi hampir mustahil. Peristiwa ini dikenal sebagai Krisis Kuba.


Ketegangan memuncak akhir Oktober ketika AS memberlakukan blokade laut terhadap Kuba. Pada 27 Oktober, pesawat pengintai AS ditembak jatuh oleh pertahanan udara Soviet. Presiden John F. Kennedy berhasil mencegah balasan militer yang bisa memicu perang nuklir.
Hari yang sama, kapal selam nuklir Soviet "B-59" yang dikomandani oleh Kapten Valentin Savitsky mendekati Kuba. Tanpa instruksi jelas tentang penggunaan senjata nuklir di kapal itu, Savitsky diberi kewenangan untuk menggunakan torpedo nuklir jika diserang.

AS mengepung kapal itu dengan bom kedalaman, memaksa awak kapal naik ke permukaan. Dalam kebingungan, Savitsky hampir meluncurkan torpedo nuklir karena mengira perang sudah dimulai. Namun, setelah berdiskusi dengan wakil kapten Vasily Arkhipov, mereka memutuskan untuk menahan diri. Pesan radio dikirim ke kapal dan pesawat AS untuk menghentikan provokasi, dan serangan pun berhenti.
Kebijaksanaan Arkhipov sering disebut sebagai penyelamat dunia dari bencana nuklir.
Setahun sebelumnya, Arkhipov juga pernah bertugas di kapal selam "K-19" yang mengalami kecelakaan parah, menewaskan puluhan awak kapal.
Keesokan harinya, perintah menembak jatuh pesawat AS di atas Kuba ditangguhkan, dan negosiasi dimulai. Pada November, rudal Soviet ditarik dari Kuba, blokade AS dihentikan, dan beberapa bulan kemudian senjata nuklir AS ditarik dari Turki.
Kesalahan Sistem Pertahanan Udara AS 1970-1980-an
Beberapa insiden berbahaya disebabkan oleh alarm palsu sistem peringatan serangan rudal otomatis AS yang mulai dioperasikan pada akhir 1970-an. Hingga 10 alarm palsu bisa terjadi dalam sehari akibat gangguan peralatan, kesalahan program, dan efek cahaya matahari atau bulan yang memengaruhi sensor.
Ketegangan AS-Soviet memburuk sejak 1979, memperparah risiko kesalahan interpretasi data intelijen.
Salah satu insiden terkenal terjadi pada 9 November 1979 ketika satelit AS melaporkan serangan rudal nuklir Soviet, yang ternyata hanyalah simulasi latihan yang tidak sengaja dijalankan oleh teknisi.
Kejadian serupa juga terjadi pada Juni 1980, memicu audit dari Senat AS terkait sistem peringatan tersebut.
Insiden lain pada Maret 1980 melibatkan peluncuran rudal Soviet di dekat Kepulauan Kuril, yang salah diidentifikasi sebagai ancaman terhadap AS, memperkuat kekhawatiran akan potensi perang nuklir.
Alarm Palsu Sistem Peringatan Soviet Tahun 1983
Pada Maret 1983, Presiden AS Ronald Reagan mengumumkan Inisiatif Pertahanan Strategis, dikenal sebagai "Perang Bintang", bertujuan menciptakan sistem pertahanan laser-rudal di darat, udara, dan luar angkasa. Ini meningkatkan gejolak perlombaan senjata antara AS dan Uni Soviet, menghentikan proses pelonggaran ketegangan yang telah dimulai sejak 1970-an.
Kecelakaan tragis memperkeruh situasi ketika pada 1 September 1983, pesawat penumpang Korea Air Lines yang menyimpang jalur ditembak jatuh oleh Soviet, menewaskan 269 orang, termasuk warga AS. Sistem pertahanan mengira pesawat tersebut sebagai pesawat intelijen AS.
Dalam suasana tegang itu, pada 23 September 1983, sistem peringatan rudal Soviet melaporkan peluncuran rudal balistik antar benua dari AS. Letnan Kolonel Stanislav Petrov, petugas jaga, meragukan laporan tersebut karena hanya sedikit rudal yang dilaporkan diluncurkan dan tidak ada tanda visual serangan. Dia memutuskan untuk tidak melaporkan alarm tersebut, mencegah kemungkinan balasan nuklir yang bisa memicu perang dunia.
Keputusan berani Petrov baru terungkap ke publik delapan tahun kemudian dan mendapat penghargaan internasional sebagai "Orang yang Mencegah Perang Nuklir".

Ancaman Nuklir yang Tak Pernah Hilang
Faktanya, ribuan insiden seperti ini tercatat, tidak hanya melibatkan AS dan Uni Soviet, tapi juga negara-negara seperti China, India, dan Israel, bahkan setelah Perang Dingin berakhir.
Salah satunya adalah Insiden Roket Norwegia tahun 1995, ketika rudal penelitian Kanada disangka sebagai rudal balistik AS oleh sistem pertahanan Rusia, sampai Presiden Boris Yeltsin hampir diberi kode peluncuran nuklir.
Pada Oktober 2010, terjadi kegagalan komunikasi selama hampir satu jam antara pusat komando peluncuran rudal di Warren Air Force Base dan 50 sistem rudal siap tempur, menambah kekhawatiran akan keamanan senjata nuklir.
Perlombaan senjata nuklir membuktikan bahwa penimbunan persenjataan berbahaya dan tidak efektif. Saat ini, senjata nuklir lebih digunakan sebagai alat keseimbangan kekuatan daripada alat agresi. Kekuatan saling menghancurkan ini menciptakan situasi di mana perang menjadi tidak masuk akal.

Meskipun jumlah senjata nuklir global menurun sejak Perang Dingin, risiko penggunaannya tetap ada.
Pencipta jam Hari Kiamat pada tahun 1947 mengukur kemajuan manusia menuju bencana nuklir dengan jarum yang menunjuk semakin dekat ke tengah malam. Pada tahun 2020, jarum ini berada di posisi terdekat sepanjang sejarah, menandakan peningkatan ancaman nuklir.
Teknologi yang semakin maju memungkinkan hampir setiap negara atau kelompok kecil memiliki kemampuan membuat bom atom sederhana, sebuah fakta yang mengkhawatirkan para pakar keamanan global.
Selain itu, kurangnya tindakan dari negara-negara pemilik senjata nuklir dan PBB untuk mencegah penyebaran senjata pemusnah massal memperburuk risiko perang nuklir lokal dan ancaman baru seperti serangan siber dan disinformasi.

Senjata nuklir yang ada saat ini sudah cukup untuk menghancurkan seluruh kehidupan di Bumi. Menurut Stockholm International Peace Research Institute, total persediaan nuklir dunia pada 2019 mencapai 13.865 unit, di mana AS dan Rusia menguasai 90% dari jumlah tersebut.
Diperkirakan hanya sekitar 100 ledakan dengan kekuatan 13-18 kiloton sudah cukup untuk menyebabkan kerusakan parah di planet ini.
Saat ini, sembilan negara memiliki senjata nuklir: AS, Rusia, Inggris, Prancis, China, India, Israel, Pakistan, dan Korea Utara. Empat negara terakhir memperoleh senjata nuklir di luar perjanjian Non-Proliferasi Nuklir 1968 yang dirancang oleh PBB.
Namun, perjanjian tersebut tetap memberikan kontribusi positif dengan membatasi jumlah negara pemilik senjata nuklir menjadi jauh lebih sedikit dari prediksi awal yang bisa mencapai 15 hingga 25 negara.
Saat ini, hanya Afrika Selatan yang pernah mengembangkan senjata nuklir secara mandiri lalu secara sukarela melepaskannya.
Kita hanya bisa berharap bahwa kesalahan teknis, faktor manusia, dan niat jahat tidak pernah mengalahkan akal sehat. Tidak ada yang ingin hidup di tengah reruntuhan dunia atau terbakar oleh kobaran api nuklir.
Jelajahi artikel bermanfaat di kategori Tips Survival pada tanggal 05-02-2022. Artikel berjudul "Momen Kritis Dunia Hampir Terjerumus ke Perang Nuklir: Kisah Nyata yang Menggetarkan" menawarkan analisis mendalam dan saran praktis di bidang Tips Survival. Setiap artikel dibuat dengan cermat oleh para ahli untuk memberikan nilai maksimal bagi pembaca.
Artikel " Momen Kritis Dunia Hampir Terjerumus ke Perang Nuklir: Kisah Nyata yang Menggetarkan " memperluas pengetahuan Anda dalam kategori Tips Survival, menjaga Anda tetap terinformasi tentang perkembangan terbaru, dan membantu membuat keputusan yang tepat. Setiap artikel berbasis konten unik, menjamin orisinalitas dan kualitas.


