Memahami Penyebab dan Penanganan Cairan Putih Saat Berhubungan Intim
Pelajari segala hal tentang cairan putih yang muncul saat dan setelah berhubungan seksual. Ketahui kapan cairan tersebut normal dan kapan perlu perhatian medis untuk menjaga kesehatan intim Anda.
Cairan putih adalah cairan yang keluar dari vagina atau penis, termasuk saat dan setelah aktivitas seksual.
Beberapa jenis cairan ini memiliki fungsi penting dalam mendukung proses hubungan seksual.
Misalnya, lendir serviks membersihkan dan melumasi vagina, sedangkan cairan pada penis membantu menetralkan asam sisa agar sperma dapat melewati dengan aman.
Cairan ini umumnya normal dan berwarna bening hingga putih keruh.
Namun, dalam beberapa kasus, cairan putih bisa menjadi tanda infeksi. Mari kita telaah penyebab cairan putih selama atau setelah aktivitas seksual.
Cairan putih dari vagina saat berhubungan intim
Cairan vagina saat penetrasi penis-vagina biasanya merupakan hal yang wajar.
Rangsangan seksual
Rangsangan seksual sering menjadi penyebab keluarnya cairan putih. Biasanya, cairan vagina berwarna bening atau putih keruh yang berfungsi membersihkan, melindungi, dan melumasi vagina.
Ketika terangsang secara seksual, cairan ini menjadi lebih banyak dan kental sehingga terasa lebih jelas. Selama penetrasi tidak menimbulkan rasa sakit, cairan jenis ini adalah normal.
Perubahan siklus menstruasi
Cairan vagina akan berubah sesuai siklus menstruasi Anda.
Pada awal dan akhir menstruasi, cairan putih yang kental adalah hal yang biasa. Saat masa ovulasi, cairan menjadi bening dan elastis seperti putih telur.
Jika berhubungan seksual pada masa ini, Anda mungkin memperhatikan cairan putih tersebut, yang merupakan kondisi normal.
Cairan putih dari vagina setelah berhubungan intim
Cairan putih yang keluar setelah berhubungan seksual umumnya mengindikasikan adanya infeksi.
Vaginosis bakteri
Vaginosis bakteri (VB) terjadi akibat pertumbuhan berlebih bakteri normal vagina dan terganggunya pH vagina, bisa dipicu oleh hubungan seksual, douching, atau kebersihan yang berlebihan.
VB sering dialami oleh individu aktif secara seksual, namun juga bisa muncul tanpa aktivitas seksual.
Cairan akibat VB biasanya berwarna putih keabu-abuan dengan bau amis yang semakin kuat setelah berhubungan. Gejala lain termasuk:
- Bau amis yang meningkat setelah berhubungan
- Cairan yang lebih banyak dari biasanya
- Gatal-gatal
- Rasa terbakar saat buang air kecil
VB bisa saja tanpa gejala. Pengobatan umumnya menggunakan antibiotik, namun bisa juga hilang tanpa pengobatan. Sebaiknya konsultasikan ke dokter karena VB yang tidak diobati dapat meningkatkan risiko infeksi menular seksual (IMS) dan komplikasi kehamilan.
Infeksi jamur
Infeksi jamur terjadi ketika Candida, jamur normal di vagina, tumbuh berlebihan. Ini juga dikenal dengan kandidiasis vagina.
Infeksi jamur bisa menular melalui hubungan seksual, namun dapat muncul tanpa adanya aktivitas seksual.
Cairan akibat infeksi jamur biasanya kental, putih, dan bertekstur seperti dadih tanpa bau tidak sedap.
Gejala tambahan:
- Rasa terbakar
- Kulit vagina dan vulva kemerahan
- Buang air kecil terasa sakit
- Rasa sakit saat berhubungan intim
Pengobatan meliputi obat antijamur yang bisa didapatkan tanpa resep atau dengan resep dokter.
Infeksi menular seksual (IMS)
IMS dapat menyebabkan keluarnya cairan putih setelah berhubungan seksual. IMS menyebar melalui hubungan seksual vaginal, anal, atau oral tanpa pelindung.
Penyebab dan gejala IMS meliputi:
- Chlamydia: cairan kuning-putih, pendarahan vagina antar siklus, dan rasa sakit saat buang air kecil. Kadang tanpa gejala.
- Trikomoniasis: cairan berbau amis yang bisa berwarna putih, bening, hijau, atau kuning, dengan rasa gatal, kemerahan, dan terbakar saat buang air kecil.
- Gonore: sering tanpa gejala, bisa muncul cairan putih, jumlah cairan lebih banyak, pendarahan vagina antar siklus, dan rasa sakit saat buang air kecil.
IMS diobati dengan antibiotik dan pasangan seksual juga harus menjalani pengobatan.
Cairan putih dari penis saat dan setelah berhubungan
Beberapa penyebab keluarnya cairan putih dari penis adalah:
Rangsangan seksual
Rangsangan seksual bisa menyebabkan keluarnya cairan putih keruh yang dikenal sebagai cairan pra-ejakulasi, yang merupakan hal normal.
Saat ejakulasi, cairan putih terdiri dari semen dan sperma.
Cairan ini merupakan satu-satunya jenis cairan penis yang normal akibat rangsangan seksual.
Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) dapat menyerang berbagai bagian saluran kemih, termasuk uretra penis yang menghubungkan kandung kemih ke penis.
ISK uretra biasanya terjadi bila bakteri dari anus masuk ke uretra.
Hal ini dapat menyebabkan uretritis atau peradangan uretra, dengan gejala berupa keluarnya cairan dari penis dan rasa terbakar saat buang air kecil.
Gejala lain ISK:
- Sering buang air kecil dengan jumlah sedikit
- Rasa terus ingin buang air kecil
- Urin keruh
- Urin berwarna merah atau berdarah
- Bau urin yang kuat
ISK diobati dengan antibiotik resep dokter dan terkadang pengobatan tambahan.
Infeksi jamur pada penis
Infeksi jamur pada penis juga disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan Candida, seringkali setelah berhubungan dengan pasangan yang memiliki infeksi jamur vagina.
Selain cairan putih, gejala infeksi jamur pada penis meliputi:
- Peradangan kepala penis (balanitis)
- Patch putih
- Gatal
- Rasa terbakar
- Ruam merah
Risiko lebih tinggi pada pria yang tidak disunat, kelebihan berat badan, atau memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.
Pengobatan dengan krim atau salep antijamur.
Infeksi menular seksual (IMS)
IMS dapat menyebabkan keluarnya cairan putih disertai rasa sakit dan iritasi pada penis akibat hubungan seksual tanpa pelindung.
IMS yang dapat menyebabkan cairan putih:
- Chlamydia: gejala berupa cairan dari penis dan uretritis.
- Trikomoniasis: disertai rasa gatal, iritasi, dan terbakar setelah ejakulasi atau buang air kecil.
- Gonore: cairan bisa berwarna putih, hijau, atau kuning, dengan gejala peradangan kulup dan rasa sakit saat buang air kecil.
Pengobatan utama IMS adalah antibiotik.
Perbandingan gejala
Berikut tabel perbandingan gejala keluarnya cairan putih dan penyebabnya:
| Vaginosis Bakteri | Infeksi Jamur | Chlamydia | Trikomoniasis | Gonore | ISK/Uretritis | |
|---|---|---|---|---|---|---|
| Bau | Bau amis, terutama setelah berhubungan | Tanpa bau | Bau kuat mungkin ada | Bau amis (vagina) | Mungkin ada | Tanpa bau |
| Gatal | Sering | Sering | Mungkin | Sering | Mungkin | Jarang |
| Ruam/Merah | Jarang | Sering | Mungkin | Sering | Peradangan kulup | Jarang |
| Pendarahan | Jarang | Jarang | Pendarahan vagina antar siklus atau setelah hubungan | Jarang | Pendarahan vagina antar siklus | Urin berdarah |
| Rasa terbakar | Saat buang air kecil | Sering | Saat buang air kecil atau hubungan | Saat hubungan, buang air kecil, atau ejakulasi | Saat hubungan atau buang air kecil | Saat buang air kecil |
| Nyeri | Jarang | Saat hubungan atau buang air kecil | Saat hubungan; nyeri testis atau perut bawah | Mungkin | Nyeri punggung bawah, perut (vagina), atau testis | Saat buang air kecil |
Berapa banyak cairan yang normal?
Jumlah cairan yang keluar selama dan setelah hubungan seks berbeda-beda tiap orang.
Jika tidak yakin, perhatikan kondisi cairan normal Anda saat tidak melakukan hubungan oral, vaginal, atau anal.
Biasanya, jumlah cairan meningkat saat berhubungan seksual.
Orang dengan vagina biasanya mengeluarkan sekitar satu sendok teh cairan bening hingga putih keruh setiap hari. Sedangkan orang dengan penis biasanya tidak mengeluarkan cairan kecuali saat terangsang atau ejakulasi, dengan volume sekitar satu sendok teh saat ejakulasi.
Jumlah cairan juga dipengaruhi oleh:
- Siklus menstruasi
- Rangsangan seksual
- Perubahan hormon
- Penggunaan kontrasepsi
- Kesehatan secara umum
- Infeksi pada vagina atau penis
Jika ada infeksi, aktivitas seksual dapat memperburuk gejala seperti peningkatan cairan dan rasa sakit. Sebaiknya jalani pengobatan dan hindari hubungan oral, anal, dan vaginal sampai infeksi sembuh.
Kapan harus ke dokter?
Segera temui dokter jika cairan Anda berubah warna atau bau yang tidak biasa.
Cairan putih yang bercampur warna kuning, hijau, atau abu-abu perlu perhatian khusus.
Anda juga harus memeriksakan diri jika mengalami:
- Rasa sakit saat berhubungan seksual
- Rasa sakit saat buang air kecil
- Nyeri perut atau panggul
- Gatal
- Rasa terbakar
- Ruam atau luka pada area genital
Cairan yang keluar biasanya normal jika tidak disertai gejala tersebut.
Kesimpulan
Keluarnya cairan putih saat berhubungan intim seringkali normal, terutama saat terangsang dan tanpa rasa sakit.
Namun, cairan putih baru setelah berhubungan bisa menandakan infeksi seperti vaginosis bakteri, infeksi jamur, atau IMS.
Penting untuk mengenali kondisi cairan normal Anda dan segera konsultasi ke dokter jika ada perubahan warna, bau, atau keluhan lain yang mengganggu.
Jelajahi artikel bermanfaat di kategori Kesehatan Seksual pada tanggal 12-07-2019. Artikel berjudul "Memahami Penyebab dan Penanganan Cairan Putih Saat Berhubungan Intim" menawarkan analisis mendalam dan saran praktis di bidang Kesehatan Seksual. Setiap artikel dibuat dengan cermat oleh para ahli untuk memberikan nilai maksimal bagi pembaca.
Artikel " Memahami Penyebab dan Penanganan Cairan Putih Saat Berhubungan Intim " memperluas pengetahuan Anda dalam kategori Kesehatan Seksual, menjaga Anda tetap terinformasi tentang perkembangan terbaru, dan membantu membuat keputusan yang tepat. Setiap artikel berbasis konten unik, menjamin orisinalitas dan kualitas.


