Kenali Reaksi Transfusi Darah: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Pelajari bagaimana reaksi transfusi darah bisa terjadi, gejala yang harus diwaspadai, serta langkah-langkah penting untuk mencegah dan mengatasinya agar transfusi berjalan aman dan efektif.
Reaksi transfusi darah dapat terjadi jika golongan darah yang diterima tidak sesuai atau jika darah yang diberikan mengandung mikroba penyebab infeksi. Selain itu, reaksi alergi atau pemberian darah dalam jumlah berlebihan juga dapat memicu masalah ini.
Transfusi darah sangat penting untuk menyelamatkan nyawa ketika terjadi kehilangan darah yang signifikan. Namun, proses penyaringan darah donor yang tepat sangat krusial agar darah tersebut cocok dan aman untuk penerima.
Dalam artikel ini, Anda akan menemukan berbagai jenis reaksi transfusi, gejala yang muncul, serta pilihan pengobatan yang tersedia.
Apa Itu Reaksi Transfusi?
Ketika seseorang mengalami kehilangan darah parah atau kadar darah rendah, transfusi darah menjadi solusi untuk menggantikan darah yang hilang.
Dikenal juga sebagai reaksi hemolitik transfusi, prosedur ini melibatkan penambahan darah donor ke dalam darah Anda dengan syarat kecocokan golongan darah harus tepat.
Bagaimana Proses Transfusi Dilakukan?
Dokter biasanya merekomendasikan transfusi darah jika Anda kehilangan darah atau produksi darah menurun akibat berbagai kondisi, seperti:
- Penyakit tertentu
- Operasi
- Kanker
- Infeksi
- Luka bakar
- Cedera
- Kondisi medis lainnya
Komponen darah yang biasa ditransfusikan meliputi sel darah merah, trombosit, atau plasma. Sebelum transfusi, sampel darah Anda akan diambil untuk diuji tipe dan kecocokannya dengan donor.
Pengetesan ini meliputi:
- Penentuan golongan darah (A, B, AB, atau O) dan rhesus (positif atau negatif)
- Crossmatching untuk memastikan kecocokan darah donor dengan darah penerima
Sel darah merah mengandung antigen yang menjadi penanda golongan darah. Jika darah yang diberikan salah, sistem imun akan mengenali protein asing dan mencoba menghancurkannya, yang dapat menyebabkan reaksi transfusi.
Bank darah menjalankan prosedur ketat untuk memastikan darah aman dan sesuai. Selama transfusi, dokter atau perawat akan memantau Anda secara intensif untuk mengantisipasi risiko.
Gejala Reaksi Transfusi
Reaksi dapat terjadi saat transfusi berlangsung, segera setelahnya, atau bahkan berhari-hari hingga minggu kemudian (reaksi tertunda). Tingkat keparahannya bervariasi dari ringan hingga mengancam nyawa.
Petugas kesehatan akan memeriksa tanda vital dan memantau gejala seperti:
- Nyeri punggung
- Urin berwarna gelap
- Menggigil
- Pusing atau pingsan
- Demam
- Nyeri di sekitar pinggang
- Kulit memerah
- Sesak napas
- Gatal-gatal
Segera hubungi dokter jika Anda merasakan gejala tersebut setelah transfusi.
Jenis Reaksi Transfusi dan Penyebabnya
Reaksi Febril Non-Hemolitik
Jenis reaksi transfusi yang paling umum, muncul selama atau hingga 4 jam setelah transfusi selesai.
Gejala
- Demam
- Menggigil
Penanganan
Segera hentikan transfusi. Gejala biasanya ringan dan dapat diatasi dengan obat penurun demam.
Reaksi Hemolitik Akut
Terjadi ketika antibodi dalam darah penerima menyerang sel darah donor yang tidak cocok. Kejadian ini sangat jarang, kira-kira 1 dari 70.000 transfusi.
Gejala
- Demam
- Nyeri pinggang
- Urin merah atau coklat
- Tekanan darah rendah
Penanganan
Hentikan transfusi dan berikan perawatan suportif. Jika tekanan darah rendah parah, tindakan resusitasi agresif diperlukan.
Reaksi Alergi
Imun penerima bereaksi terhadap alergen dalam darah donor, yang dapat berkembang menjadi anafilaksis jika parah.
Gejala
- Biduran
- Gatal
- Ruam
Penanganan
Hentikan transfusi dan berikan antihistamin. Jika kesulitan bernapas atau pembengkakan tenggorokan terjadi, dokter akan memberikan epinefrin, steroid, dan bronkodilator secara intravena.
TRALI (Transfusion-Related Acute Lung Injury)
Reaksi yang terjadi akibat antibodi dalam plasma donor yang merusak sel imun paru, menyebabkan penumpukan cairan dan gangguan oksigenasi. Biasanya terjadi dalam 6 jam setelah transfusi.
Gejala
- Demam
- Sesak napas
- Tekanan darah rendah
Penanganan
Segera hentikan transfusi dan berikan perawatan suportif untuk meningkatkan oksigenasi.
Infeksi Bakteri (Sepsis)
Kontaminasi bakteri pada darah donor dapat menyebabkan infeksi serius, syok, dan kematian. Ini adalah penyebab kematian transfusi kedua terbanyak di AS.
Gejala
- Demam
- Perubahan tekanan darah
- Kaku tubuh
Penanganan
Dokter akan memberikan cairan intravena dan antibiotik.
TACO (Transfusion-Associated Circulatory Overload)
Kelebihan volume darah yang diberikan dapat membebani jantung dan menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru. TACO dan TRALI adalah penyebab utama kematian terkait transfusi.
Gejala
- Detak jantung cepat
- Pernapasan cepat
- Sesak napas
- Tekanan darah tinggi
- Pembengkakan pembuluh vena leher
- Oksigen darah rendah
Penanganan
Hentikan transfusi. Duduk tegak dapat membantu, dan pada kasus berat dokter mungkin memberikan diuretik intravena.
Cara Mengurangi Risiko Reaksi Transfusi
Bank darah melakukan pemeriksaan ketat dengan mencampur sampel darah penerima dan donor untuk memastikan kecocokan.
Label darah dan identitas pasien dicek berulang kali untuk memastikan produk darah yang tepat diberikan kepada penerima yang sesuai.
Pertanyaan yang Sering Diajukan
Apa reaksi transfusi darah yang paling umum?
Reaksi alergi ringan dan demam adalah yang paling sering terjadi. Reaksi berat seperti anafilaksis atau sepsis sangat jarang.
Apa yang harus diperhatikan setelah transfusi darah?
Perhatikan gejala seperti demam, menggigil, ruam, biduran, kesulitan bernapas, tekanan darah rendah, dan urin berwarna merah.
Berapa lama setelah transfusi reaksi dapat muncul?
Reaksi bisa muncul dalam 24 jam setelah transfusi, namun juga mungkin terjadi hingga satu bulan berikutnya.
Kesimpulan
Reaksi transfusi darah tidak selalu berbahaya, namun beberapa bisa mengancam nyawa. Jika gejala mencurigakan muncul, transfusi harus segera dihentikan dan darah Anda beserta darah donor akan diperiksa ulang untuk memastikan kecocokan.
Dokter mungkin akan memberikan cairan intravena atau obat-obatan untuk mencegah komplikasi seperti gagal ginjal dan syok.
Jelajahi artikel bermanfaat di kategori Kesehatan Seksual pada tanggal 10-05-2022. Artikel berjudul "Kenali Reaksi Transfusi Darah: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya" menawarkan analisis mendalam dan saran praktis di bidang Kesehatan Seksual. Setiap artikel dibuat dengan cermat oleh para ahli untuk memberikan nilai maksimal bagi pembaca.
Artikel " Kenali Reaksi Transfusi Darah: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya " memperluas pengetahuan Anda dalam kategori Kesehatan Seksual, menjaga Anda tetap terinformasi tentang perkembangan terbaru, dan membantu membuat keputusan yang tepat. Setiap artikel berbasis konten unik, menjamin orisinalitas dan kualitas.


